Teknik Menulis Opini untuk Santri

in #writing7 years ago

image
Belajar bersama santri

Tuan dan Puan Steemians...

Tadi pagi (06/05/2018) sekira pukul 10.30, saya berkesempatan mengisi Pelatihan Menulis Santri 2018 di Hotel Grand Nanggroe, Banda Aceh. Saya diberi waktu memberikan materi sampai dengan pukul 12.30 Wib.

image
Grand Nanggroe

Dalam pelatihan yang dilaksanakan DPD Aceh tersebut, saya diminta menyampaikan materi tentang teknik menulis opini untuk para santri.

Para peserta terdiri dari santri yang datang dari beberapa daerah di Aceh. Hasil amatan saya, para peserta rata-rata berusia di bawah 18 tahun. Namun ada juga beberapa peserta yang berusia di atas 20 tahun.

image

Dalam kesempatan tersebut saya memyampaikan beberapa teknik menulis opini di koran. Materi tersebut saya rangkum dari pengalaman saya sendiri dalam beberapa tahun terakhir.

Semampu mungkin saya mencoba membangkitkan semangat mereka untuk mulai menulis. Sebab, tanpa memutuskan untuk memulai, maka selamanya tulisan itu tidak akan pernah ada. Dan pastinya, sampai kapan pun mereka tidak akan menjadi penulis.

image

Saya hanya menyampaikan sedikit teori. Bahkan sangat sedikit, sebab menulis itu sendiri adalah kerja praktik. Bukan melulu teori yang panjangnya mengular dan tingginya menggunung. Pola semacam itu hanya akan mengantarkan mereka pada titik jenuh sebelum waktunya.

Menulis opini tentunya sangat berbeda dengan menulis berita. Untuk katagori berita mungkin memang agak "rumit," tapi opini justru lebih "longgar." Sebab itulah saya meminimalkan teori agar para calon penulis dari kalangan santri ini tidak merasa "terbebani" untuk mulai menulis.

Saya menyebut opini lebih longgar, bukan berarti menulis opini boleh dilakukan asal-asalan. Kejelian menangkap isu, kemampuan berpikir dengan baik, penggunaan sudut pandang yang tepat dan kemampuan analisis justru sangat dibutuhkan sehingga hasilnya nanti layak disajikan ke hadapan sidang pembaca. Tapi proses mengasah kemampuan ini bisa dilakukan secara bertahap, tidak harus "sekali tepuk."

image

Di hadapan para santri saya juga menyampaikan bahwa kualitas tulisan hanya akan muncul pada saat kualitas berpikir telah terasah. Sementara salah satu cara mengasah kualitas berpikir adalah dengan banyak membaca tulisan orang lain. Jika tidak, maka pikiran akan terus kering kerontang bagai jerami di musim kemarau.

Setelah menyampaikan materi sekedarnya, menjelaskan pengertian opini dan membuat kerangka tulisan, saya pun meminta kepada para santri untuk segera mengeluarkan kertas dan pulpen. Aksi pun dimulai!

Saya mengajak santri untuk memulai menuangkan pikirannya tidak lagi dari mulut, tapi di kertas. Sambil berkeliling dari satu meja ke meja, saya pun mengintip coretan-coretan mereka.

image

"Apa yang ingin kamu ucapkan, itu yang kamu tulis," kata saya kepada salah seorang santri yang terlihat bingung. Sembari mendekat ke arah santri tersebut, saya mengajak agar dia menulis semampunya dulu. "Yang miring nanti kita luruskan, dan yang kasar nanti kita haluskan," pesan saya. Dan dia pun mulai menulis.

"Perintah" agar langsung menulis ini sengaja saya tekankan guna melihat kemampuan dasar mereka untuk kemudian dilakukan evaluasi.

Menggali kemampuan dasar ini penting, sebab setiap orang memiliki potensi yang berbeda sehingga nantinya penanganannya pun tepat.

Setelah memberikan waktu tiga puluh menit, saya meminta mereka mengumpulkan hasilnya.

Alhamdulillah, seluruh santri berhasil menulis dan tidak ada selembar pun kertas kosong. Karena waktu terlalu singkat, sebagian peserta berhasil menulis empat sampai lima paragraf, sementara sisanya menulis satu atau dua paragraf.

Nah, bagaimana hasilnya? Sebagai peserta yang masih belajar, tentu terdapat beberapa kekurangan. Meskipun demikian saya tetap memberikan semangat agar mereka terus menulis. Sebab jika mereka berhenti, maka tamatlah riwayat!

Selanjutnya, dari beberapa kekurangan yang ditemukan, pengajar dapat memetakan bagian mana yang harus ditekankan kepada mereka. Di sinilah teori itu dibutuhkan sebagai "obat."

image

Di akhir pertemuan dengan para santri, saya juga mengajak mereka untuk bergabung dengan steemit sebagai ruang latihan bagi mereka. Tapi, saya tidak bisa "menyeberang" ke materi steemit, sebab ini adalah bagian materi yang malam nanti akan disampaikan @rismanrachman.

image
image
image
image
image
image
image
image
image
image
Materi sederhana

Demikian dulu Tuan dan Puan Steemians, lain waktu disambung kembali...

Sort:  

Tuan @tinmiswary ternyata kurang konsisten juga dengan teori menulis yang pernah ditulisnya sendiri. Menurutnya pada tulisan terdahulu, teori untuk menulis itu, singkat sahaja. "Tutup mulutmu, lalu menuliskah."

Namun pada pelatihan ini, beliau ternyata banyak bicara juga untuk mengajarkan tata cara menulis. Mungkin babnya sedikit berbeda. Menulis opini. Hingga mungkin lupa teori dasar miliknya. He....

Mantap, selamat tgk @tinmiswary.

Haha, sudah terjawab di sini

S80506-222928.jpg

Memang pada bagian penutup, kembali ke teori dasar. Mohon ijin, linknya saya share Ke beberapa group WA. Menarik

Haha, mita peng kupi, laen pu tapeugah man😂😂😂😂

seuleubeh nyan cit ka tabloe meuh.he....
Pu na meurumpok taufik @acehpungo, dan kawan2?

IMG-20180506-WA0039.jpg

Oma..... ka meurumpok lom para penulis andal dalam satu meja. Jep kupi mangat bek pungo. Bertusss

Nyan kana lago

Sebuah materi yang baik buat pemula dalam menulis opini.
Cuma saya kurang dalam mendapatkan sebuah angle untuk menulis opini agar tidak berhenti pada sup tema lanjutannya.
Semoga postingan selanjutnya bagaimana mendapatkan dan meningkatkan angel untuk sebuah tulisan.

Sangat bagus dan bermanfaat,
Terutama bagi pemula,
Saya sangat suka dengan postingannya ini @tinmiswary

Mantap, Anda memang luar biasa.

Tuan miswari. Tulisannya bukan pakai huruf Arab Jawi kan..?

sukses selalu yaaa