Salah satu hal yang terlihat paling menakutkan di masa perkuliahan adalah di penghujung perkuliahan. Ketika seorang mahasiswa harus menuliskan tugas akhir perkuliahannya, skripsi, sebagai syarat dari kelulusan. Melakukan penelitian adalah hal penting lainnya yang dibebankan pada mahasiswa setelah melakukan pengajaran dan pengabdian.
Nah, menulis skripsi ini bagi mahasiswa adalah 'hantu'. Selalu saja mengusik pikiran, merusak ketenangan, dan membuat galau para mahasiswa semester akhir. Sehingga tidak aneh, jika sudah berhadapan dengan tugas akhir ini mahasiswa mendadak menjadi orang super sibuk dan super sensitif. (Bener ga ya? :D)
Hanya saja di dalam kegalauan dan keseriusan mahasiswa memikirkan dan mengerjakan tugas akhirnya tersebut, menurut pengalaman pribadi saya sejak menjadi mahasiswa hingga sekarang dosen, ada beberapa hal yang agaknya sering diabaikan ataupun terlewatkan oleh mahasiswa. Sehingga apa yang dikerjakan tidak maksimal, dan selalu menjadi repetan dosen ketika disidangkan.
Untuk itu, saya di sini tertarik untuk merangkum beberapa tema kesalahan yang sering dilakukan mahasiswa, khususnya dalam meramu latar belakang penelitian yang baik. Inilah beberapa kesalahan yang sering dilakukan mahasiswa :
Memulainya dengan Mencari Judul
Hal paling umum dilakukan oleh mahasiswa akhir adalah mencari judul penelitian. Dan ini adalah suatu kesalahan besar. Ide penelitian tidak akan akan datang dari judul, tapi sebaliknya. Judul akan datang ketika ada ide. Logikanya ya seperti itu. Yakan?
Nah, lantas bagaimana ide penelitian itu bisa hadir? Ini juga menjadi suatu kesulitan yang sering ditemui mahasiswa. Ide akan hadir ketika ada permasalahan, ada fenomena. Ide menuntut kejelian dari peneliti untuk menangkap fenomena. Caranya? Bisa dilakukan dengan cara melihat, mendengarkan, mengamati, atau mengalaminya sendiri. Artinya, mahasiswa harus peka terhadap perkembangan di sekitarnya.
Tangkap fenomena, temukan ide, tentukan fokus masalah, barulah judul dapat ditentukan.
Permasalahan Tidak Fokus
Setelah ide muncul, maka kesulitan lainnya yang ditemukan oleh mahasiswa adalah meramu latar belakang masalah penelitian. Keseringan, latar belakang masalah yang dituliskan tidak jelas arah dan maksud yang ingin disampaikan, kebanyakan hanya memindahkan kajian-kajian teoritis atau parahnya memindahkan isi dari Google. Alias tidak fokus.
Mahasiswa juga terbiasa menjabarkan hal-hal yang umum, tapi tidak menekankan pada esensi dasar/sudut pandang/angle/batasan konsep dari apa yang ingin dilihat. Sehingga inti dari permasalahan yang hendak dikaji menjadi tidak fokus, dan pembaca pun kebingungan terhadap apa yang ingin dikaji oleh penelitinya.
Fokus masalah adalah masalah yang lebih dominan muncul dalam fenomena/objek yang ingin dikaji, lebih krusial, dan lebih aktual. Setiap fenomena atau kasus pasti memiliki fokus utama permasalahan, dan peneliti hendaknya jeli terhadap hal itu. Peneliti tidak boleh terlalu rakus ingin membahas segala hal, dari berbagai sisi. Karena sudah sifatnya kajian yang abstraksi, hanya mampu menjelaskan sisi tertentu saja. Jika keseluruhan, pasti akan sangat melelahkan peneliti dan membuat kajian tidak mendalam.
Misalnya, fenomena yang ditangkap adalah mengenai adanya eksploitasi perempuan di media massa. Maka yang seharusnya dibahas adalah mengenai penekanan pada bentuk-bentuk eksploitasi yang diterima oleh perempuan, seperti: stereotipe, labelisasi, stigmatisasi, komodifikasi, patriarkisme, kekerasan simbolik, dsb dari industri media terhadap perempuan. Penekanan masalah lebih baik membahas satu konteks konsep saja agar batasan masalah tidak meluas kemana-mana.
Masalah lainnya yang sering muncul adalah tidak adanya kejelasan standing point atau posisi peneliti dalam apa yang ingin dikajinya. Apakah ingin melihat suatu kajian dalam sudut pandang negatif, ataukah positif. Sehingga dapat memberikan warna dalam kajian yang hendak ditelitinya nanti. Misalnya ketika ingin melihat fenomena perempuan dan syariat Islam dalam pemberitaan media, peneliti harus punya posisi untuk dapat melihat fenomena tersebut dalam sudut pandang yang positifkah atau negatifkah. Menolakkah atau justru mendukungnya.
Remeh dengan Data/Observasi Awal
Penulisan latar belakang masalah juga harus didukung dengan data-data awal sebagai bukti bahwa masalah itu benar terjadi, bukan diciptakan. Data-data yang ditemukan peneliti di lapangan dapat menjadi fakta bahwa penulisan latar belakang bukan sekadar anganan penulis belaka. Hanya saja, inilah yang paling sering diabaikan mahasiswa ketika meramu latar belakang masalah. Tidak menganggap penting data awal penelitian.
Untuk menemukan masalah, penulis harus dapat memperkuat temuan data/fakta terhadap suatu fenomena. Dikatakan terdapat suatu masalah adalah ketika ada kesenjangan antara das sein dengan das sollen, ada pertentangan antara fakta yang ditemukan di lapangan (kasus-kasus ataupun bukti data yang sudah teruj/kredibel) dengan harapan-harapan ataupun norma-norma yang telah disepakati bersama (visi-misi, undang-undang, kebijakan, dsb). Hal ini juga sering diabaikan mahasiswa dalam menjabarkan latar belakang masalahnya.
Menuliskan latar belakang masalah juga dapat beranjak dari rasa keingintahuan. Hanya saja, hal ini juga tentu harus punya penekanan pada konsep masalah yang unik dan menarik. Mahasiswa harus jeli pada istilah-istilah asing dan unik, atau gejala yang kira-kira belum pernah ada sebelumnya. Kemudian, rasa keingintahuan ini juga harus didukung dengan adanya data-data ilmiah pendukung di lapangan. Bukan hanya sekadar beropini/berargumentasi, sehingga memberi kesan penulisan yang hanya "angan-angan" penulis belaka.
Data-data awal sebenarnya dapat ditemukan dengan mencari kajian literatur atau penelitian sebelumnya terhadap kajian yang sejenis, atau dari dokumentasi data dan hasil survey lembaga tertentu. Jika tidak menemukannya, maka peneliti juga dapat memperkuat latar belakang masalah dengan membuat observasi awal sederhana terkait objek yang hendak diteliti.
Misalnya, untuk menunjukkan fakta gejala ketidakadilan terhadap perempuan dalam teks syariat Islam di media massa, maka penulis bisa menyebutkan data awal bentuk kekerasan terhadap perempuan oleh Lembaga Komnas Perempuan sebagai gambaran umum, survey oleh AJI terhadap pelanggaran etika di media massa, dan membuat riset kuantitatif sederhana terkait objek penelitian terhadap isi pemberitaan di media massa.
Salah dalam Menjelaskan
Hal terakhir yang juga mungkin rentan dilakukan oleh peneliti pemula adalah kesalahan dalam menjelaskan latar belakang masalah. Kesalahan dalam menjelaskan membuat alur tulisan tidak runut dan teratur, sehingga tidak enak dibaca dan membingungkan. Kesalahan dalam menjelaskan bisa berkaitan dengan alur, kelengkapan unsur-unsur tulisan, teknik transisional, kedalaman, dan teknik penutupan yang tepat.
Cara paling mudah agar dapat menjelaskan dengan baik adalah membuat pointer atau kerangka penulisan latar belakang. Penulis pemula lebih baik menyusun terlebih dahulu poin-poin penting yang ingin dibahas, dengan melengkapi temuan kasus, data-data, undang-undang /kebijakan/norma yang berkaitan, kajian teoritis yang tepat, dan alasan mengapa penelitian penting dilakukan.
Untuk menuliskan suatu penjelasan, ada dua jenis penjelasan yang dapat digunakan oleh peneliti, yaitu penjelasan induktif dan deduktif. Penjelasan induktif adalah pola penulisan bersifat khusus-umum, yaitu upaya peneliti memaparkan hal-hal yang khusus menuju suatu kesimpulan yang sifatnya umum. Seperti menjabarkan kasus-kasus, temuan di lapangan, data-data, dan ditutup dengan kaitan terhadap norma/kebijakan dan penarikan suatu kesimpulan terhadap fenomena. Jenis penjelasan induktif biasa digunakan terhadap penelitian yang bersifat kualitatif.
Sedangkan penjelasan deduktif adalah pola penulisan bersifat umum-khusus. Penjelasan latar belakang dapat beranjak dari hal-hal yang bersifat teoritis, kajian undang-undang, baru diperkuat dengan adanya bukti-bukti dan contoh kasus. Biasanya penjelasan seperti ini cenderung digunakan pada jenis penelitain kuantitatif, yang sangat mempertimbangkan telaah konseptual untuk menemukan hipotesis awal penelitian.
Hal-hal seperti ini juga cenderung tidak diperhatikan oleh mahasiswa ketika menuliskan latar belakang penelitian. Sehingga tidak heran jika latar belakang masalah tidak dibahas secara mendalam dan tepat sasaran.
Tentu saja kesimpulan yang saya paparkan tentang kesalahan umum penulisan latar belakang penelitian ini masih banyak kekurangannya. Akan tetapi, beberapa hal di atas mungkin dapat menjadi masukan bagi para mahasiswa untuk dapat meramu suatu bentuk latar belakang yang baik dan benar. Silahkan mencobanya. :)
bersambung...
Sangat bermanfaat Bu, apalagi buat saya yg udh dekat nyusun skripsi 😊
Iya. Karna udah baca, nanti jangan salah2 lagi yaa nulis skripsinya. 😄
Betul-betul, walaupin begitu jangan pernah takut menghadapi skripsi. Bismillah, Aamiin
Iya, ngapain skripsi ditakutkan. Nanti ga selesai-selesai. 😁