Sering ada pertanyaan: berapa lama sih waktu tunggu pemuatan tulisan yang kita kirim ke koran? Masing-masing koran punya kebijakan sendiri soal ini. Standarnya 1-3 bulan untuk karya sastra (puisi, cerpen) dan 1-2 Minggu untuk tulisan esai dan opini.
Waktu tunggu pemuatan cerpen dan puisi lebih lama karena, antara lain, tulisan sastra itu awet karena tidak dikejar-kejar peg atau kehangatan berita. Waktu tunggu opini lebih singkat karena tulisan opini biasanya berangkat dari kehangatan berita. Jika lebih dua pekan biasanya kehangatannya sudah lewat. Maka itu penulis opini berkejaran dengan waktu dalam menulis.
Soal-soal ini barangkali lebih tepat kita mendengarkan pengalaman @teukukemalfasya yang biasa menulis opini di Kompas. Atau bisa juga tanya kepada penulis opini seperti @hermanrn dan @tabraniyunis . Semoga TKF dan teman-teman lain suatu waktu bersedia menulis pula pengalamannya. Saya sendiri sudah lama tidak menulis opini, lebih banyak cuap-cuap gak jelas haha....
Saya kini lebih fokus nulis puisi. Cerpen pun sudah lama tak saya tulis. Belum ada hentakan untuk menulis cerpen. Tapi baiklah, kita kembali ke waktu tunggu pemuatan. Saya ingin menceritakan pengalaman saya. Pada 12 Desember 2017 saya mengirim beberapa puisi ke Media Indonesia. Puisi-puisi itu kemudian dimuat di Media Indonesia, 7 Januari 2018. Waktu tunggu sekitar tiga minggu.
Sebelumnya, saya kirim puisi ke Media Indonesia pada 16 September 2017. Di luar dugaan, puisi-puisi itu kemudian dimuat di Media Indonesia, 24 September 2017. Hanya sekitar satu minggu dari jarak pengiriman. Sebelumnya lagi, 1 September 2017, saya mengirim puisi ke Kompas. Beberapa puisi saya dipilih dan dimuat di Kompas, 16 September 2017. Sekitar dua pekan.
Selain 1-3 bulan yang sudah menjadi semacam standar waktu tunggu, terkadang karya kita bisa dimuat lebih cepat dari waktu yang kita perkirakan. Ada beberapa penyebab. Salah satunya, boleh jadi editor sastra tidak menemukan karya lain yang lebih baik pada pekan itu, sehingga mengambil karya yang baru masuk atau baru dikirim. Tapi ketika karya bagus banyak yang masuk, otomatis sistem antrian berlaku.
Cerpen juga begitu. Ada seorang penulis cerpen yang baru beberapa hari mengirim cerpen ke Koran Tempo langsung muncul di edisi akhir pekan pada pekan itu. Puisi pun demikian, ada yang baru dikirim beberapa hari langsung dimuat. Ya situasi dan kualitas karya yang masuk ikut mempengaruhi lamanya pemuatan.
Baiknya, jika tidak mau menunggu lama, seorang penulis memberi batas waktu di pengantar tulisan, misalnya seperti ini: jika dalam waktu sebulan tulisan saya tidak ada kabar maka tulisan itu saya kirim ke media lain. Seorang editor yang menemukan karya bagus, jika tidak bisa memuat dalam waktu dekat, akan menghubungi si penulis mengabarkan karyanya akan dimuat namun harus menunggu antrian.
Satu hal yang menjadi kesepakatan dalam dunia penulisan: jangan mengirim satu karya ke lebih satu media. Itu sama saja Anda menjual kambing kepada dua orang berbeda dalam waktu bersamaan. Baiknya, jika sudah pasti tidak "berjodoh" di media yang satu, baru mengirim ke media lain.
Terakhir: jangan cepat putus asa kalau tidak dimuat. Tulis lagi, kirim lagi, tulis lagi, kirim lagi, dan seterusnya. Ingat ini: tidak ada kata menyerah bagi seorang petarung....
DEPOK, 10 Januari 2017
MUSTAFA ISMAIL | @musismail.
Tulisan semacam ini layak mendapat tempat lebih bagi Steemian yang ingin tulisannya bermutu. Tidak banyak dari kita yang benar-benar memahami apa yang dituliskan oleh Abang kita @musismail.
Terima kasih ya Bang? Salam sukses dari kami di Bireuen.
Wah terima kasih @bahagia-arbi. Alhamdulillah jika tulisan singkat ini bisa membantu teman-teman. Saleuem mulia
Tulisan yang mencerahkan kak @musismail terimaksih, seolah tulisan ini khusus untuk saya baca. soalnya saya pernah memiliki pertanyaan semacam itu. He he
Amin jika bisa menjawab pertanyaan yang sering ditanyakan ini. Makasih
Salam kenal bang. Saya @muhammadhaidar, pemula di dunia sastra dan puisi. Mohon bimbingannya bang, baru post beberapa cerita aja di steemit ini. Hehe
Salam kenal juga. Kita sama-sama belajar.
Tulisan bernas dan penting, bang @musismail. Sudah diupvote ya.
Ya makasih. Banyak yang tanya. Nanti kalau ada yang tanya tinggal forward link tulisan ini
Penulis terkini dengan target pemuatan di media cetak semakin sepi peminat saya rasa. Tapi yang mengirim ke sana juga tak kalah banyak.
Di media tempat saya bekerja ada puluhan email berisi cerpen dan puisi. Itu membuktikan minat orang menulis di media cetak tidak pernah surut.
Betul,bang. Tidak akan menyurut.
Hai ka @musimail ... Salam kenal dari Bandung... :)
Saya suka puisi kaa.. Dan ingin bisa membuat syair syair Indah dan menawan hehehe... Mohon bimbingannya ya kaa :)
Salam kenal juga. Terus belajar dan berlatih menulis + baca puisi-puisi bagus. Saran saya baca puisi-puisi yang dimuat di Kompas dan Koran Tempo tiap hari Sabtu dan Pikiran Rakyat dan koran lain tiap hari Minggu. Banyak baca karya orang lain yang bagus salah satu cara untuk belajar menulis
Tidak ada kata tidak beruntung untuk seorang pendekar penulis hee hhe
Nah benar
Nah,, yang terakhir itu yang palint penting, jangan patah semangat dan terus maju.
Semangat!