Mirna dan Harta Karunnya
Cerita Pendek Iswandi Usman
Dalam Cerita Pendek kali ini akan saya tunjukkan beberapa majas yang terdapat dalam isi cerita. Saya aingin membagi pengalaman sedikit secara langsung lengkap dengan ceritanya. Sahabat Steemit semua dapat membaca isi cerita saya ini sampai habis dan temukan majas-majas yang terkandung di dalamnya. Plot dan settingnya tempat dan waktu serta temanya dapat anda tentukan sendiri setelah membacanya. Semoga bermanfaat.
Mirna terlihat buru-buru. ia dengan cekatan meraih tas sekolahnya di sangkutan dan bergegas membuka pintu depan rumahnya. Tapi, begitu ia menginjakkan kaki di teras, hujan diam-diam turun dengan perlahan. Mirna berusaha untuk terus menerobos hujan, namun hujan semakin lama semakin deras, membuat Mirna terpaksa harus masuk kembali ke dalam rumahnya untuk menunggu hujan reda.
Mirna duduk sebentar di ruang tamu. Matanya menatap ke jendela. Ia tampaknya sangat cemas. Mirna melirik ke arah jam yang menempel pada dinding. Jarum jam telah menunjuk angka 6:30. Mirna bangkit dan beranjak menuju jendela. Dengan perasaan lesu, Mirna menyingkap gorden dan menjenguk ke luar dari balik kaca jendela. Mirna mengarahkan pandangan ke langit. Mendung masih menghitam. Kecil harapan buat Mirna untuk mengharap hujan segera berhenti. Mirna melangkah menuju kamar tidurnya. Meraih hp yang ia letakkan di atas tualet. Mirna menelpon Aini, teman sekelasnya di SMA.
“ Aini. Kamu dimana?”
“ Aku udah di sekolah nich. Baru saja sampai. Apa kamu udah ada di dalam kelas?”
“ Aku masih di rumah nich Ai....pas mau berangkat udah turun hujan. Deras lagi. Duhhh...gimana nich. aku bisa diberi alpa oleh guru. Gima dong? ”
“ Tut.” Bunyi dari HP Mirna mengakiri pembicaraannya dengan Aini.
“ Habis pulsa lagi.” Gumam Mirna lagi.
Mirna murung. Ia duduk di ujung tempat tidurnya. Ia terpekur ke lantai memendam kekecewaannya.
Dalam kenangan masa lalu yang sangat buruk tentu Mirna tak mau lagi jatuh ke jurang yang sama. Karena terlambat ke sekolah dan tak membuat pr yang diberikan oleh gurunya. Nilai rapornya menjadi sangat rendah. Mirna telah bertekad akan memperbaiki nilai rapornya untuk semester ini dan untuk semester-semester lain. Tapi hujan telah menghalangi Mirna ke sekolah. Padahal, semalam ia telah berusaha sekuat tenaganya untuk bertarung melawan rasa kantuknya untuk menyelesaikan pr yang diberikan oleh guru IPS nya yaitu menggambar peta. Dan Mirna sudah membuatnya dengan rapi.
“ Darrr....” Suara petir menggelegar membelah angkas( majas Hiper Bola). Membuat Mirna tersentak kaget.
“ Ya Allah....”
Mirna mencoba melawan rasa takut. Ia menghampiri jendela lalu menjenguk keluar. Hujan tampaknya mulai reda. Tinggal gerimis yang turun satu-satu. Mirna Melirik jam tangannya, jarum jam menunjukkan angka 7:15. Mirna benar-benar telah berubah. Semangatnya bagaikan baja ( Majas asosiasi/perumpamaan) untuk bisa memperbaiki nilai rapornya yang rendah. Mirna meraih tasnya dan melangkah keluar menuju jalan.
Tak lama. Sebuah Mobil BE berhenti. Mirna segera naik.
“ Aku harus bisa meraih prestasi. Nilai raporku adalah harta karunku.” ( Majas metafora) dalam hati Mirna bergudik lagi.
Langit yang mendung perlahan berubah warna, yang semula hitam karena mendung kini menjadi biru oleh sinaran pagi yang bercahaya. Pelan-pelan pelangipun menghilang dari angkasa. Mentaripun muncul dari balik awan di ufuk timur. Seakan mengiri semangat Mirna dalam berjuang meraih mimpi.***
Waktu yang sudah dilalui adalah satu-satunya hal tang terus meninggalkan seisi alam dengan teramat jauh ke belakang. Waktu yang sudah terlewati tak pernah akan kembali ke hari ini. Akan terus tertinggal dan akan menjadi sebuah kenangan dalam sebuah perjuangan hidup.
Mirna kini sudah menjadi seorang perempuan setengah baya dengan nganga luka di dadanya. Harapan untuk masa depannya telah terenggut dengan penuh tragis. Hujan di masa lalunya seakan telah memberangus semua impiannya untuk menjadi seorang Dokter Spesialis Kandungan. Ya, cita-cita Mirna dikerkau oleh problema yang bergejolak melanda seisi kampung. Memporak-porandakan
Seunuddon Aceh, Indonesia 25 Maret 2017
Mirna and his Treasure
Short Story Iswandi Usman
In this Short Story I will show you some of the masters in the story. I would like to share the experience a bit directly with the story. Steemit's friends can all read the contents of my story until it runs out and find the masters embodied in it. Plot and setting the place and time and theme you can set yourself after reading it. May be useful.
Mirna looks rushed. he deftly grabbed his schoolbag in the cradle and hurried to open the front door of his house. But, once he set foot on the porch, the rain quietly descended slowly. Mirna tried to continue through the rain, but the rain grew heavier, making Mirna forced to go back into her house to wait for the rain to stop.
Mirna sat for a while in the living room. His eyes stared out the window. He seems very anxious. Mirna glanced at the clock attached to the wall. The clock has pointed at 6:30. Mirna got up and went to the window. Lethargic, Mirna unfolded the curtains and looked out the window. Mirna looks up at the sky. Cloudy is still blackened. Little hope for Mirna to expect the rain to stop soon. Mirna stepped into her bedroom. Grabbed the phone he put on the tualet. Mirna called Aini, her classmate in high school.
"Aini. Where are you?"
"I've been in school nich. Just arrived. Are you in the class? "
"I'm still at home nich Ai .... fitting to go already rain. Hurry up again. Duhhh ... how nich. I can be neglected by the teacher. Gima dong? "
"Tut." The sound of HP Mirna ends his conversation with Aini.
"It's over again." Mirna muttered again.
Moody Mirna. He sat on the edge of his bed. He stumbled to the floor with his disappointment.
In the memory of the past is very bad of course Mirna no longer want to fall into the same abyss. Being late to school and not making the pr given by his teacher. The value of his report card became very low. Mirna has determined to improve her report card value for this term and for other semesters. But the rain had blocked Mirna to school. In fact, last night he had tried his best to fight against his drowsiness to finish the pr given by his IPS teacher is drawing a map. And Mirna has made it neatly.
"Darrr ...." Thunderous lightning sounds split (field of Hiper Bola). Make Mirna startled.
" Dear Allah...."
Mirna tries to fight fear. He went to the window and looked out. The rain seemed to start to subside. Live drizzle down one by one. Mirna Glanced at her watch, clockwise showed 7:15. Mirna has really changed. His spirit is like steel (Majas association / parable) to be able to improve the value of his low report card. Mirna grabs her bag and steps out onto the street.
Not long. A BE car stopped. Mirna immediately went up.
"I must be able to achieve. The value of my reporter is my treasure. "(Majas metaphor) in Mirna's heart rode again.
The overcast sky slowly changes color, which was originally black because the clouds are now blue by the glowing morning rays. Slowly pelangipun disappear from space. Mentaripun emerges from behind the clouds on the eastern horizon. As if Mirna Mirna's spirit in fighting for a dream. ***
The time already passed is the only thing that keeps leaving the natural world very far back. The time has passed never to return to this day. Will continue to fall behind and will become a memory in a life struggle.
Mirna has now become a middle-aged woman with a gap on her chest. Hope for his future has been tragically taken away. The rain in his past seemed to suppress all his dreams of becoming a Gynecology Specialist. Yes, the ideals of Mirna dikerkau by the turbulent problems that hit the whole village. Destroy
Seunuddon Aceh, Indonesia March 25, 2017
Hey @monalisa7, nice piece! Thanks for sharing. I enjoyed your writing. Keep up the good work!
thank you exxsodus for your appreciation. Your suggestion is very useful for me. Good luck always accompanies you.
Hello too resteemsupport. Thank you. Nice to meet you. Thank you too for your information. Good Luck.