Dalam satu nasihat pernah terdengar, bahwa 1000 guru tidak akan mampu menggantikan seorang Ayah, Benarkah.?
Di KTP namanya tertulis : Teungku Ramli Khatem. Lelaki lansia yang dilahirkan hampir bersamaan dengan detik-detik kemerdekaan Bangsa Raya ini, adalah sosok Ayah dari 7 bersaudara, "Abu" merupakan nama lain dari sebutan Ayah.
Lelaki yang dulunya sehat, kuat, dan selalu mengajarkan kebaikan dalam setiap tindakan yang pernah aku saksikan. Aku membayangkan bila saja beliau bagian dari pelaku kejahatan, mungkin berapa banyak orang yang sudah aku jahati, aku zhalimi, bahkan aku tumbuh subur sebagai penyakit masyarakat, namun sampai saat ini Tuhan masih menyelamatkan ku dari itu semua, dengan mendidikku melalui sang Ayah. Tuhan menitipkan aku pada seorang guru. Dan mereka adalah guru laki-laki pertama yang dicintai oleh setiap anak.
Kami guru kalian, kamilah yang mengelkan kalian pada dunia dan akhirat, sedangkan orang tua kalian hanya penerima hasil dari setelah kalian dititipkan pada kami, "kurang lebih begitulah semboyan yang pernah di ucapkan oleh seorang guru". Mencoba memahami semboyan usam itu, aku mulai tidak setuju, karna tampa guru seperti ayah tidak mungkin mereka (guru-guru) itu mampu membenahi kami, mengenalkan dunia dan akhirat kami.
Namun bagiku satu hal yang tidak dapat kutiadakan yaitu, " ayah adalah guru dan setiap guru itu adalah ayah". Sehingga hormat pada dasarnya Rasulallah membagi kepada tiga yaitu :
Hormati Ibu mu,
Hormati Ayah mu, dan
Hormati Guru-Guru mu.
Pun, Ayah ku adalah Guruku...
Ayah mu adalah guru mu....