SUDAH menjadi semacam keteraturan sosial, jika pergi ke suatu daerah belumlah dikatakan "sah" bila tidak mengunjungi tempat-tempat yang menjadi spesific atau kekhasan di daerah tersebut.
Dikatakan spesific atau khas, itu artinya sesuatu yang menjadi berbeda dengan daerah lainnya. Karena itu, kekhasan pada daerah yang satu berbeda dengan daerah lainnya.
Bisa jadi kekhasan suatu daerah lebih kepada keindahan bangunan atau arsitektur gedung-gedungnya, seperti Mesjid Raya Baiturrahaman (MRB) di Banda Aceh, dan lain sebagainya.
Dan, memungkinkan juga kekhasan di suatu daerah itu bukan pada bangunannya, melainkan pemandangan alamnya seperti keindahan pemandangan alamnya (pulau Rubiah, gua Sarang) di Sabang.
Atau, tak terelakkan juga, kekhasan di suatu daerah lebih kepada makanan, minuman atau bumbu makanannya --segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan perut-- seperti Haluwa Bluek di Pidie, Terasi di Langsa, dan lain sebagainya.
Jadi, kalau ke Banda Aceh belum sah bila tidak singgah ke MRB, meskipun hanya sebentar. Belum dianggap sah juga bila ke Sabang belum dapat satu foto selfie di pulau Rubiah. Dan, belum dikatakan sah pula jika ke Pidie bila belum merasakan Haluwa Bluek.
Nah, demi mendapatkan predikat sah bahwa sudah mengunjungi salah satu kota besar Aceh, yaitu Langsa, sore kemaren (20/03/2018), saya beserta teman-teman serombongan berusaha seharian mencari sesuatu yang khas di kota tersebut.
Maka berangkatlah kami ke pasar tradisional Langsa guna mencari sesuatu yang khas disitu yaitu Terasi. benar, Terasi yang kami cari!
Terasi merupakan hasil olahan dari bahan baku udang atau ikan yang dicampurkan dengan sayuran. Terasi bisa dijadikan bumbu makanan dan bisa pula dijadikan lauk makan --tentunya setelah diolah dengan cara tertentu hingga enak dimakan.
Kedengarannya aneh memang, sesuatu yang khas di Langsa adalah sesuatu yang kesannya remeh-temeh; Terasi (bahasa modernnya "Tration", dibaca "tresyen" bukan "tra-ti-on").
Bahkan jika ada orang yang tahu bahwa kita seharian bersusah payah hanya demi mendapatkan Terasi, maka langsung saja semua ragam celotehan yang berujung ketawa besar diarahkan pada kita. Segitulah remeh temennya Terasi dalam anggapan banyak orang.
Akan tetapi, apa yang hendak dikata, demi mendapatkan predikat sah, bahwa sudah mengunjungi Langsa, kami rela panas-panasan di jalanan demi mendapatkan Terasi.
Ya, namanya Terasi Langsa, meskipun namanya sama tapi rasanya beda. Begitulah kata penjual Terasi tersebut. #nyanban
Rabu, 21 Maret 2018 || @emsyawall
Nice
Congratulations @emsyawall! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of comments
Award for the number of upvotes received
Award for the number of comments received
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
To support your work, I also upvoted your post!
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Lagei sie rusaaa keudeh. Pdahai trasiiiii ahahaa
Nyangkeuh nyan Teurasi Langsa. Leumak mabok nyan hahaha
bit chit, hii lagee sii ke burger... :D
Saya selalu membawa pulang oleh-oleh terasi dari langsa untuk keluarga apabila mengunjungi kota langsa.
Postingan yang bagus sobat.
Ya, kebiasaan yg bagus itu bg @saifulyukache, agar setiap kunjungannya sah. Hehhe
Terimakasih sudah singgah d lapak saya 🙂
Tulisannya sangat mengalir kawan. Mau nya tag nya travel, food.
Akan sya ubah bg @munawar87. Terimakasih atas sarannya.
Kelupaan saya, hehe 🙂
Mangat that teurasi nyan. Bei.. oppo smartphone.
Lumpah mangat, abeh bu saboh dang 😁
baru kemaren dapat kiriman dari temen yang baru pulang dari langsa. terasi langsa emang mantap (bagi pecinta terasi) :D
Betul sekali bung, rasanya emang beda☺