A "Misafirperver" Turkey. An Unforgettable Trip to Konya, Turkey. [Eng-Ind)

in #turkey7 years ago (edited)

I spent three years living in Turkey for studying purpose. During my stay, one attitude constantly and tremendously occurs from Turkish community, and also my favorite one is their "Misafirperver". The term means that they love treating their guest as privileged as they can. This might sound aggrandizing, but I would love to denote Turkey as the home of hospitality. I am also aware that in every place in the world, there are bad people there are good people. Nevertheless, had you had a chance to communicate directly or to live in Turkey for quite sometimes, you probably will agree my general conclusion for I am speaking from my own experiences.

Back in the end of 2010, I happened to make friend with a young Turkish student in Ankara. He, at that time, was an undergraduate student at Ankara University, the same campus I was pursuing magister program. He is originally from Konya, a city where the famous Sufi, Jalaluddin Rumi, lived and was buried. One day before Winter break, he invited my friends and me to visit his house in Konya. Indeed, I felt very happy to accept it. "Wow, that's a brilliant idea," I thought to myself. For me, as a foreign student who spoke terrible Turkish, having a native guide was indeed a very good opportunity to explore towns in Turkey. Moreover, I would have a chance to see the famous Sema (whirling) Dance directly.

In the beginning, I thought it was just like a regular trip to visit a city as the activities were visiting tourist sites and spend quality time with friends. Don't get me wrong, the activities mainly were like that. But what is very significant for me was the way they treated us. Not as just a friends, but more like a family. For me, this is very heart-warming (or in Turkish "Sıcak Kanlı").

Right after we arrived in Konya, he directly brought us to his home, where his parents and siblings were very exciting receiving us. Despite our very limited Turkish, we managed to converse, laughed, and definitely kept eating (this is very Turkish) for three hours straight. The next day, we went around the town and watched the Sema Dansı (whirling dance). What was very intriguing to me was that I almost didn't spend any single penny during my trip there. He kept insisting on paying for almost anything even the gift that we supposed to buy for ourselves.

For me, this is one of the unforgettable trips ever, not because of the Konya itself, but of the Turkish characters known as Misafirperver.

Orang Turki yang "Misafirperver"; Sebuah Perjalanan ke Kota Konya, Turki, yang Tidak Terlupakan.

Saya pernah tinggal di Turki selama tiga tahun untuk tujuan belajar. Selama menetap di sana, ada sebuah sikap yang selalu muncul dan dari orang-orang Turki, yang juga merupakan sikap yang paling saya senangi, yaitu "Misafirperver". Istilah ini artinya orang-orang Turki sangat suka memperlakukan tamu mereka seistimewa mungkin. Karena sikap ini, saya berani menyimpulkan bahwa Turki dengan istilah "Rumah yang penuh keramahan". Memang, istilah ini bisa terkesan berlebihan, karena hokum alamnya pada setiap tempat pasti ada yang baiknya dan juga buruknya. Namun demikian, jika saja nanti kalian punya kesempatan untuk berkomunikasi langsung dan hidup di Turki dalam jangka waktu yang cukup, saya yakin kalian akan sepakat dengan kesimpulan umum saya ini, karena saya berbicara dari pengalaman.

Pada akhir tahun 2010, Saya kebetulan telah berteman dengan salah seorang pelajar muda Turki yang hidup di Ankara. Dia, pada saat itu, sedang melanjutkan kuliah sarjana di Universitas Ankara, kampus dimana saya juga sedang menempuh program magister. Lelaki ini berasal dari kota Konya, sebuah kota dimana seorang ulama sufi paling terkenal pernah hidup dan kemudian dikuburkan, Jalaluddin Rumi.

Pada sebuah liburan musim dingin tahun 2010 itu, dia mengundang saya dan teman-teman Indonesia saya lainnya untuk mengunjungi rumahnya di Konya. Wah, "perjalanan ini bakalan sangat menyenangkan" pikir saya, karena bagi saya yang bahasa Turki sangat pas-pasan akan sangat membantu jika ada orang Turki yang bersedia membawa saya jalan-jalan di Kotanya, apalagi jika saya bisa melihat langsung Tari Sema, sebuah tari sufi yang mistis itu.

Pada awalnya, saya pikir perjalanan ini hanya sebuah perjalanan biasa saja. Yah, paling saya hanya berkeliling kota, mengunjungi tempat bersejarah dan menghabiskan waktu dengan teman saja. Dan, memang ternyata seperti itu adanya. Namun yang paling berkesan bagi saya bukanlah pada perjalanannya, tapi pada penerimaan yang ditunjukkan oleh orang-orang Turki sendiri. Mereka tidak hanya menerima dan menganggap saya sebagai teman, bahkan saya merasa telah diterima sebagaimana selayaknya sebuah keluarga. Saya merasa sangat senang dan tenang karena kehangatan hati (Sıcak KanlI) dari jamuan mereka.

Setibanya di kota Konya, dia langsung membawa kami ke rumahnya dengan Metro (sejenis Kereta diatas tanah). Sesampainya di rumah, kami langsung disambut hangat oleh orang tuanya, dan juga adik perempuannya. Selama tiga jam tanpa henti dan dengan bahasa Turki yang sangat pas-pasan, kami bercengkrama, makan, dan ketawa hingga larut malam. Keesokan harinya, kami berkeliling kota dan kemudian menonton langsung Tari Sufi itu. Lalu apakah yang menjadi sangat spesial bagi saya? Selama perjalanan kami di Kota Konya itu, hampir sedikitpun kami tidak mengeluarkan sepeser uang. Dia bersikeras agar dia yang tetap membayar pengeluaran kami selama di kota tersebut, bahkan pada akhir perjalanan, ia memberikan kami hadiah sebagai kenang-kenangan.

Bagi saya pribadi, ini adalah perjalanan yang tidak terlupakan. Bukan karena Kota konyanya sendiri, tapi karena karakter "misafirperver"* itu.

19039_343224755608_7960739_n.jpg

Gambar Sema Dance di Kota Konya

Sort:  

Kalau balek ke Indonesia saya mau oleh- oleh Turkis Delightnya Pak Baiquni. I love that sweets very much. :)

mungkin lebih tepatnya, kalau saya balek ke Turki kali ya... :D. karena sekarang sudah di Indonesia :), baklava is the best I guess :)

Kalau begitu tambah satu lagi nanti oleh- olehnya,, Baklava gak pernah makan soalnya. Kenal Kristina yang di pelatihan bahasa TTDC ? dulu dia yang kasih Turkish Delighnya... abes itu gak tau lagi mau cari dimana.. :)

mmm...engga kenal. dah lama engga ke ttdc nya...yeahh Turkish Delightnya termasuk yang sangat khas dengan Turki :)