Malam ini aku menunaikan janji pada diriku sendiri, mendatangi (kembali) kedai kopi di pojok Taman Sari Banda Aceh--kini bersalin nama menjadi Taman Bustanussalatin--. T-36. Wajah dan suasananya benar-benar baru, lebih ceria, lebih terasa ruh-nya, dengan konsep yang kekinian. Beberapa tahun lalu aku pernah menjadi salah satu pengunjung yang rutin ke kedai kopi ini, ketika namanya masih berbeda, dan dikelola oleh orang yang berbeda pula.
Ke kedai kopi tidak memesan kopi bukanlah suatu dosa, maka kupesan cokelat dingin dan kentang goreng sebagai kudapan. Aku memilih duduk di kursi di taman belakang, menghadap ke ruang tengah, dengan sekat jeruji besi berhiaskan tanaman rambat. Lampu-lampu menggantung dengan pendar kuning yang temaram menghadirkan suasana romantis yang mendebarkan. Membawaku pada secuil kenangan pada Zenja, beberapa tahun lalu, di kedai kopi ini kami pernah saling melempar pandang dari meja yang berbeda. Kenangan itu mencuat seiring petikan gitar yang sayup-sayup terdengar dari bilah kiri, dan suara musik dari ruang tengah.
Aku suka konsep kedai kopi ini. Lebih lapang dengan penataan meja dan kursi yang saling berjarak. Memberikan kenyamanan bagi pengunjung dalam hal privasi, setidaknya obrolan mereka tidak dengan mudah dicuri-curi dengar oleh pengunjung di sebelahnya. Kecuali, jika mereka sengaja membiarkan obrolannya dicuri dengar oleh telinga-telinga lain, karena volume suara yang melebihi.
Kafe ini mendekati konsep rumah impianku, karena pada dasarnya memang rumah bergaya lama yang disulap menjadi sebuah tongkrongan yang asyik. Bangunan induknya berlantai dan berdindingkan kayu. Ruangannya luas dengan jendela-jendela berkelir cokelat dan berpelitur. Dinding-dinding yang menyekat antar ruang dicat putih sehingga tampak lebih terang.
Halamannya luas, dengan seluruh permukannya dilapisi semen kasar yang dibuat dengan motif kotak-kotak. Bunga-bunga dalam pot besar ditebar di berbagai sudut dan posisi. Ada pohon-pohon yang menambah semarak halaman ini, tepatnya di halaman belakang. Yang menjadi jantung dari tata letak kafe ini. Sementara halaman depan hanya difungsikan sebagai area parkir.
Duduk di kafe ini, sambil menikmati manisnya cokelat dingin, dan kentang goreng, seperti membawaku ke dunia lain. Dunia yang jauh dari ingar bingar kehidupan yang bising. Tembok setinggi lebih dari satu meter yang mengelilingi bangunan ini seperti sengaja mengurung kami agar bebas menikmati semua keasyikan ini. Bebas menikmati awan yang sekalipun tanpa bintang dan tampak kelabu, tetaplah indah. Bebas menikmati semilir angin, sembari membiarkan imajinasiku berloncatan, dan jari-jemariku merangkainya menjadi tulisan yang kuselesaikan bertepatan dengan sedotan terakhir minuman cokelat-ku.[]
Salam sehangat mentari pagi
Rabu, 28 Februari 2018
Sebuah ispirasi konsep bagi yg ingin membuka usaha cafe,,
heheheh iyaaaa...
Jnguk2 ke tmpat sya bg y,,, hh
hehhe sipp sippp yaaa
nanti kalau saya di banda, kawanin ngopi di situ ya
pasti-pasti.....yang penting jangan lupa kabari yaaa ;-)
Wahhh asik nih.. Yok kemari lg
Yok Kak.... Ihan bisa tunjukkan tempatnya wkwkwkkw
Kayaknya boleh kalau udah di Banda nongkrong di situ ya Ihan. Asek.
boleh banget Pilo......nanti aku bawa hahahh
Beberapa hari yg lalu sempat mau singgah, tp belum buka, mungkin krn msh jam 2. Tempatnya asik buat kerja ngejar deadline kayaknya ni ya. Pilihan makanannya byk kk? Wifinya aman?
eh, kalau soal wifi nggak tahu sih ada atau enggak. kalau makanan, ada nasi goreng, roti bakar, pisang bakar, kopi-kopian, cokelat, itu sih....nggak banyak2 kali
pagi yang bersemangat. semoga sehat selalu
aminnn thanks Bang sudah mampir di blog saya heheheh