Gayo merupakan salah satu nama suku yang mendiami wilayah dataran tinggi pegunungan Gayo, Aceh. Suku Gayo tersebar luas di kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues. Pada umumnya masyarakat Gayo berprofesi sebagai petani kopi. Kopi Gayo merupakan salah satu produk unggulan dari wilayah Dataran Tinggi Gayo. Kopi Gayo itu merupakan hasil produksi dari perkebunan masyarakat di daerah Tanah Gayo dan Gayo Lues. Menurut penuturan salah seorang Petua di desa yang sedang saya tempati saat ini, perkebunan kopi di daerah gayo sudah berkembang sejak tahu. 1900-an. Pada tahun 1904 Belanda memasuki ke Dataran Tinggi Gayo.
Ini Adalah Tampak Desa Yang Saat Ini Saya Tempati
Mereka memperkenalkan berbagai jenis tanaman kepada masyarakat, termasuk salah satunya adalah kopi. Pada saat itu, kopi yang diperkenalkan adalah jenis kopi Robusta dan Arabika. Kedua jenis kopi itu masih di budidayakan hingga sampai sekarang. Awalnya pada saat itu perkebunan kopi di Gayo adalah milik dari Kolonil Belanda di bawah kekuasaan penjajahannya. Namun, saat ini perkebunan itu merupakan miliki usaha masyarakat Gayo. Selain sebagai sumber penghidupan ekonomi, Perkebunan kopi di Gayo juga menjadi sebuah identitas bagi masyarakat Gayo. Pada saat proses penanaman, perawatan, dan setelah panen masih kuat dengan unsur kerjasama dan saling membantu diantara mereka.
Berikut ini adalah tabel perbedaan antara kopi Arabika dengan kopi Robusta :
Keterangan | Arabika | Robusta |
---|---|---|
Tahun Ditemukan | 1753 | 1895 |
Kromosom | 44 | 22 |
Waktu Berbuah | 10 bulan | 11 bulan |
Produksi | 3000 kg/ha | 4000 kg/ha |
Temperatur | 15-24°C | 24-30°C |
Bentuk Biji | Datar | Oval |
[ENGLISH]
Gayo is one of the tribe names inhabiting the highlands of Gayo mountains, Aceh. Gayo tribes are widespread in the districts of Central Aceh, Bener Meriah, and Gayo Lues. Gayo people generally work as coffee farmers. Gayo Coffee is one of the superior products of the Gayo Highlands region. Gayo coffee is the production of community plantations in the area of Gayo Land and Gayo Lues. According to one of the Petua in the village I am currently occupied, coffee plantations in Gayo area have grown since know. 1900s. In 1904 the Dutch entered the Gayo Highlands.
This Is The Current Village Looks I Placed
They introduce various types of plants to the community, including one of which is coffee. At that time, coffee that was introduced was Robusta and Arabica coffee. Both types of coffee is still in cultivation until now. Originally at that time the Gayo coffee plantations belonged to the Dutch Colonel under the rule of his colonization. However, the plantation is now owned by Gayo community. In addition to being a source of economic livelihood, Gayo Coffee plantations also become an identity for the Gayo community. At the time of planting, care, and after harvest is still strong with elements of cooperation and mutual help among them.
The following is a table of differences between Arabica coffee and Robusta coffee:
Description | Arabica | Robusta |
---|---|---|
Year Found | 1753 | 1895 |
Chromosome | 44 | 22 |
Time Fruits | 10 months | 11 months |
Production | 3000 kg / ha | 4000 kg / ha |
Temperature | 15-24 ° C | 24-30 ° C |
Shape Seeds | Flat | Oval |
Terima kasih telah membaca ini !
>*"LITTLE FISH MUST HELP LITTLE FISH"*
Thanks @worktrades
You welcome ^_^