BANDA ACEH - Bencana tsunami 26 Desember 2004 menyimpan tidak sedikit kisah yang tidak sempat dilupakan rakyat Aceh, serta dunia sekalipun.
Bencana yang merenggut ratusan ribu korban rakyat Aceh ini dianggap salah satu bencana paling besar serta terdahsyat dalam abad ini.
BANDA ACEH - December 26, 2004 tsunami disaster save not a few stories that can not be forgotten the people of Aceh, and the world though.
The disaster that claimed hundreds of thousands of victims of Acehnese people is considered one of the greatest disasters and terahsyat in this century.
Di antara tak sedikit kisah mengenai kedahsyatan tsunami di Aceh terfoto dari terhempasnya suatu kapal raksasa, PLTD Apung dari laut Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh ke tengah permukiman penduduk Desa Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh.
Kedhasyatan gelombang tsunami yang menerpa pesisir utara Banda Aceh pada Bulan Desember 2004 yang lalu nyatanya tetap meninggalkan jejak. Tak hanya tetap terbayang dalam semua ingatan masyarakat, tsunami juga meninggalkan jejak berupa monumen. Monumen yang satu ini sangat menjadi peringatan bagi siapapun kepada dahsyatnya kekuatan alam.
Among the few stories about the magnitude of the tsunami in Aceh photographed from the crash of a giant ship, PLTD Apung from Ulee Lheue Sea, Meuraxa Subdistrict, Banda Aceh to the middle of the settlement of Punge Blang Cut Village, Jaya Baru Sub-district, Banda Aceh.
The devastation of the tsunami waves that hit the northern coast of Banda Aceh in December 2004 in fact still left a trail. Not only remain in the memory of all the people's memories, the tsunami also left a trail of monuments. This one monument is a warning to anyone to the enormous power of nature.
Salah satunya adalah Monumen PLTD (Pembangkit Listips Tenaga Diesel) Apung di Desa Punge, Blancut, Banda Aceh. Sesuai sangat dengan namanya, kapal PLTD apung ini adalah sebuah sumber yang bertenaga listrik bagi wilayah Ulee Lheue – tempat kapal ini ditambatkan sebelum terjadinya tsunami.
Kapal dengan panjang 63 meter ini sanggup menghasilkan daya sebesar 10,5 megawatt. Dengan bagian luas mencapai 1.900 meter persegi serta bobot 2.600 ton, tak ada yang bisa membayangkan bahwa kapal ini bisa bergerak dan jatuh sampai ke tengah Kota Banda Aceh.
Ketika tsunami terjadi pada tanggal 26 Desember 2004, kapal ini terseret gelombang pasang dengan tinggi 9 meter jadi bergeser ke jantung Kota Banda Aceh sejauh 5 kilometer. Kapal ini terhempas sampai ke tengah-tengah pemukiman warga, tak jauh dari Museum Tsunami.
One of them is the Dynamic Power Plant (Diesel Power Plant) Monument in Punge Village, Blancut, Banda Aceh. As the name implies, this floating PLTD vessel is an electric power source for the Ulee Lheue region - where the ship was tethered before the tsunami.
The ship with a length of 63 meters is capable of generating power of 10.5 megawatts. With a total area of 1,900 square meters and a weight of 2,600 tons, no one can imagine that this ship can move and fall to the middle of Banda Aceh City.
When the tsunami occurred on December 26, 2004, the ship was dragged tidal waves with a height of 9 meters so shifted to the heart of Banda Aceh as far as 5 kilometers. The ship slammed into the middle of a residential area, not far from the Tsunami Museum.
Dari 11 orang awak serta berbagai warga yang berada di atas kapal ketika tsunami terjadi, hanya satu orang yang sukses selamat. Fenomena pergeseran kapal PLTD apung ini menunjukkan sebuahkedahsyatan dan kekuatan gelombang yang menimpa Serambi Makkah kala itu.
Saat ini, area kurang lebih PLTD Apung sudah dibeli oleh pemerintah untuk ditata ulang menjadi wahana wisata edukasi. Untuk mengenang korban jiwa yang jatuh dampak tsunami, dibuat monumen peringatan. Pada monumen saat itu, sudah tertera tanggal serta waktu kejadian dari musibah yang juga menimpa berbagai negara tidak hanya Indonesia.
Di sekeliling monumen, dibuat dinding dengan relief menyerupai gelombang air bah. Dari atas kapal ini, pengunjung juga bisa menonton rangkaian pegunungan Bukit Barisan.
Of the 11 crew members and various citizens who were aboard when the tsunami occurred, only one person survived. The phenomenon of this floating PLTD ship shift shows a wave and wave power that hit the porch of Mecca at that time.
Currently, the area more or less PLTD Apung already purchased by the government to be reorganized into educational tourism rides. To commemorate the casualties that were affected by the tsunami, a memorial was made. On the monument at that time, already listed the date and time of the incident of the disaster that also afflicted the various countries not only Indonesia.
Around the monument, made a wall with reliefs resembling a flood wave. From this boat, visitors can also watch the series of Bukit Barisan mountains.