Ilustrasi Rintangan dan Persahabatan.
Lima pemuda yang bernyali, dua org perempuan dan sisanya laki2. Mereka memutuskan mendaki bersama untuk mengenal batas diri dan menguji arti persahabatan y hakiki. Ya, tekad mereka sdh bulat, nyali jg sdh tinggi. Berangkat mereka dg misi menaklukkan diri. Leuser, gunung tertinggi di sumatra berdiri tegak menjulang tinggi, seolah menghardik, nyali kalian terlalu kecil untuk menapak diatas lerengku. Mereka berlima dg ketabahan hati memeriksa bekal diri dan kekukuhan hati melangkah pasti meninggalkan kaki bukit menuju lereng leuser, menembus hutan, rimba dan melewati sungai tanpa tuan selain Ilahi Rabbi. Dua hari sudah mereka melangkah jauh dari rmh, lelah letih setengah mati sedang mereka lalui. Mereka sekelompok pemuda pemudi yg komplit, dg tugas dan tanggung jawab. Seorang perempuan dan laki2 bertanggung jwb atas konsumsi, dg bekal ilmu survive di alam liar. Seorang perempuan navigator yg ahli maping dan membaca arah, seorang laki2 kekar sebagai pembuka jalan dg tangkas parang d tangan membuka jalan untuk dilalui. Seorang leader tim yg tdk muda jg tidak tua, dy terlihat tenang, jarang bersuara, tetapi dia slalu sigap mengamati. 4 hari berlalu, puncak terlihat masih terlalu tinggi, ditengah letih setengah mati, berkali2 mengelilingi rimba krn nyasar menghindar tebing, makanan hampir habis, ditengah caci maki, amarah tak terkendali, putus asa menghampiri, mereka saling menyalahkan satu sama lain, yg bertugas konsumsi memaki navigator yg sering berganti arah, mereka tertuduk, terdiam, puncak leuser tersenyum sinis menciutkan nyali. Ditengah sepi, sunyi, penuh emosi, keluarlah leader tim dari semak hutan, dia yg lebih muda dari navigasi, setengah lantang, dg penuh tatapan dia berkata, inikah akhir persahabatan, inikah yg kita cari, apakah lantaran tebing yg begitu tinggi, kita saling memaki, mari kita memilih mati disini? Mati di jalan kembali? Atau mati diatas tebing menuju puncak yg menjulang tinggi? Selesai bicara dy beranjak pergi diamati tebing dan garis sungai. Dipasang pancing, dicari daun apapun yg bisa dimakan. Kawan2 y lain satu per satu mengikuti, mereka bernyanyi: Bunda Izinkan daku mendaki, nanda pergi ke tempat yg tinggi, setinggi kasih bunda yg abadi, jika nanda tdk kembali, jgn bunda cari dan tangisi.
Keesokan harinya sesudah cukup bekal, mereka memanjat tebing terus melangkah kaki sampai hati tak lagi memaki. Mereka tertawa, mereka bahagia tersenyum lepas di puncak leuser yg angkung menjulang.
Terimakasih Ilahi, untuk persahabatan y hakiki. Terimakasi Leuser untuk menaklukkan diri dan arti persahabatan.
Catatan Kaki, Leuser mengenal batas diri dan arti persahabatan y hakiki.
;)
:)