Provinsi Aceh yang sejatinya sudah mendapatkan kewenangan besar oleh pemerintah Republik Indonesia melalui disahkankannya Undang-Undang Pemerintah Aceh (UUPA), telah memberikan peluang besar untuk mengelola energi terbarukan secara otonom. Dimana, manajemen pendistribusian dan pengadaan pembangkit energi listrik bisa dikontrol oleh pemerintah Aceh. Apalagi, provinsi yang merupakan Tanoh Aulia ini terdapat akan berbagai potensi listrik yang melimpah dari berbagai sumber energi. Mari kita simak secara seksama, sebesar apa energi terbarukan yang dimiliki Aceh?
Pada urutan yang paling utama didominasikan oleh Padi, dengan luas lahan sebesar 310.746 ha, padi merupakan produk utama pertanian di Aceh. Sekam padi sebagai turunannya dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk memanaskan mesin pemanas (thermal machine) jika dikombinasikan dengan arang. Sepengetahuan saya, PT. Lafarge Cement Indonesia yang berada di Lhoknga, Aceh Besar telah memanfaatkan sumber energi yang berasal dari sekam. Selain itu, tebu di Ketol, Aceh Tengah serta jagung yang berlimpah di Aceh Tenggara sangat berpotensi untuk diproses menjadi bioethanol yang dapat menggantikan bensin.
Kelapa sawit, memiliki berbagai macam potensi. Kelapa sawit mentah dapat digunakan sebagai biodiesel yang menggantikan minyak solar. Daun dan batang kelapa sawit digabungkan dengat kulit buahnya dapat digunakan sebagai bahan bakar tungku pemanas, menggantikan fungsi batu bara. Selain itu, limbah dari kelapa sawit menjadi sumber gas metana yang dapat menggerakkan generator listrik. Perkebunan sawit yang terdapat di Aceh terletak di Aceh Timur, Aceh Tamiang, Nagan Raya dan Aceh Singkil dengan luas keseluruhan mencapai 400.000 ha.
Kulit biji kopi, dapat diberdayakan sebagai sumber energi alternatif (bio-bean). Produksi kopi Arabika di wilayah dataran tinggi Gayo (Aceh Tengah, Gayo Lues dan Bener Meriah) adalah terbesar di Asia dan telah diekspor ke berbagai negara di dunia. Berdasarkan data yang saya dapatkan, tanaman kopi ditanam oleh sekitar 100.000 petani pada 100.000 ha lahan.
Dengan iklim tropis yang dimiliki Aceh serta berkelimpahan energi matahari, ada banyak tanaman yang bisa tumbuh cepat dengan siklus yang pendek seperti Eucalyptus, Sengon, Nyamplung, Acacia, Kaliandra dan Kemiri. Tanaman tersebut dapat ditanam kemudian dipotong dalam waktu yang relatif singkat menjadi bentuk pelet kayu yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk tungku biomassa, memanaskan ketel (boiler), menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik. Potensi alternatif ini sangat besar di Aceh, mengingat ada lahan kritis yang luas, di dalam hutan lindung, produksi dan konversi di Aceh.
Lebih dari dari 700.000 sapi dan 300.000 kerbau di seluruh Aceh menawarkan potensi gas metana yang amat sangat besar. Sebuah studi yang komprehensif dan mendalam, terkait dengan pemanfaatan biogas yang dihubungkan dengan berbagai aspek lainnya seperti budaya, permintaan serta skala ekonomi harus dilakukan, sehingga pemanfaatan biogas dapat dilaksanakan secara lestari (keberlanjutan).
Kerena letaknya yang unik yaitu di ujung paling barat Indonesia, Aceh dikelilingi oleh laut yang menawarkan energi yang dihasilkan dari gelombang laut. Energi gelombang laut tersebut merupakan bentuk energi yang lebih padat daripada angin atau tenaga surya. Di Aceh daerah yang memiliki gelombang laut dengan kecepatan 3,41 m/detik berada di Selat Aroih Cut, dimana potensi maksimum tenaga listrik yang dihasilkan bisa mencapau 20.414,67 W/menit.
Semoga saja pemegang tampuk kekuasaan di Aceh terbangun dari tidurnya. Mengapa demikian, karena pada dasarnya Aceh memiliki potensi yang sangat besar dalam hal energi terbarukan. Akan tetapi, masih sangat sedikit yang dieksploitasi. Padahal, memanfaatkan semua sumber energi terbarukan tidak hanya akan mengatasi permasalahan kekurangan energi, namun juga akan memperkuat ketahanan energi di Aceh.
Potensi energi di Aceh sangat besar, kalau dikelola dengan baik, Aceh tidak akan pernah mengenal yang namanya mati lampu.
Cakeeep
Saya setuju. Memang sangat bnyak energy di bumi kita aceh.
Masyarakat juga bnyak yg tidur , karna kurang dukungan dri pemerintah
Ada petani yg ulet tapi terbatas lahan. Ada yg punya lhan hektaran. Tpi nanam nya di mja warung kopi.
Adaisaja masyarakat dan pmrintah besinergy dalm memanfaatkan potensi yg ada
Aceh kaya
Semoga para Lempap Berdasi bergegas dari empuknya kursi-kursi untuk mewujudkan perkara ini.
Suah ta meuka oi sang baru sadar lem pap itu
Karna 98% yg duduk i empuk kursi bukan mngabdi dan untk kmjuan bangsa. Tapi peng lam utak
Mantap tulisannya,, Semoga tulisan ini dibaca juga oleh mereka yang memiliki power politik dibidang ini..