Holaaaa steemians yg slalu ceria all along day.. saya mau melanjutkan cerita yang sebelumnya nih.
Jadi setelah tahu diagnosa dokter, saya langsung tu telpon kakak saya yang ada dikampung, coz kebutulan dia bergelut di dunia kebidanan, jadi saya sering juga konsultasi ke dia. Saya menceritakan mengenai diagnosa dokter, respon kakak saya sangat kaget mengetahui saya KET ( kehamilan ektopik terganggu) . Lalu dia bertanya apakah saya merasakan sakit yg luar biasa atau tidak di sekitar perut. Alhamdulillah saya tidak merasakan sakit seperti itu dan itu yang membuat dokter mencatat tidak ada tanda-tanda klinis di foto usg. Kakak saya lalu bilang kalau tidak sakit insya Allah bukan ket, karna ket itu sakit dan bisa membahayakan nyawa kita kalau tidak segera dioperasi. Kakak saya menyarankan untuk pergi ke dokter lain sebagai 2nd opinion, tapi saya menolak karna dokter melarangnya. Saya menceritakan latar belakang dan siapa si dokter yang membuat saya yakin. Ternyata kakak saya juga tahu dokter itu karna dokter tempat dia bekerja sering juga merujuk pasiennya kesana. Begitu melihat foto usg yang saya kirim ke dia, kakak saya menduga sepertinya itu bukan ket, karna kantung kehamilan ada didalam uterus (rahim), tapi posisinya memang sudah tidak bagus. Seketika pupus rasanya harapan mendengarnya. Kakak saya berusaha menguatkan saya supaya tidak stres dan mengingatkan untuk besrest, siapa tahu bukan ket jadi janin masih bisa diperthankan.
Dirumah saya benar-benar melakukan bedrest total. Makan dan sholat saya lakukan diatas tempat tidur, bahkan saya bela-belain tidak mandi, tapi masih cuantik jugaaaa. (taktuntuang..taktuntuang) hahaha. Saya ke kamar mandi hanya kalau mau buang air saja. Sebenarnya keluarga menyarakan pakai diaper atau pispot. Tapi ahhh... males banget.. agak-agak gimana gitu rasanya hehe.. dan alhamdulillah memang bedrest berdampak positif juga, darah tidak lagi keluar. Tapi setiap saya ke kamar mandi malah terjadi lagi, dan darah yang keluar semakin banyak berbentuk gumpalan. Saya dan suami langsung panik... khawatir kenapa-kenapa, suami langsung telepon ke rumah sakit dan menceritakan apa yang terjadi dan tidak lupa menanyakan apakah obat yang diresepkan sudah termasuk obat penguat kandungan. Karna dari yang kami baca-baca, setiap pendarahan diawal kehamilan dokter selalu meresepkan obat penguat kandungan. Dan ternyata dokter tidak meresepkan obat penguat dengan alasan kehamilan yang berada diluar rahim tidak mungkin untuk dipertahankan, jadi mana mungkin seauatu yang tidak baik dipertahankan dokter kasih penguat. Ohhh begitu , Akhirnya kami mengerti setelah mendengar pejelasan pihak rumah sakit, dan mereka kembali mengingatkan untuk bed rest saja.
Baiklah, saya meningkatkan kualitas bedrest saya. Untuk ke kamar mandi saya tidak lagi berjalan, syukurnya suami mau menggendong saya dan harus rela pekerjaan kantornya dikerjakan dirumah. Benar-benar suami idaman ya hehehe... Dan benar saja, alhamdulillah darah tidak keluar lagi, hanya sesekali keluar flek coklat mirip krim alas bedak, dan itu terjadi sampai hari ke 7 dimana saya harus melakukan check up setelah masa observasi.
Masa observasi selesai, kamipun berangkat ke rumah sakit untuk check up, ditemani ibu dan kakak saya yang sengaja datang dari kampung. Tidak butuh waktu lama dokter melakukan usg. Saat di usg, saya melihat dari monitor yang ada didepan saya. Kantung kehamilan berubah menjadi sesuatu seperti gumpalan daging. Saat saya bertanya itu apa, dokter tidak menjawab tapi saya melihat dia mengetik sesuatu.
Setelah keluar dari ruangan usg, dokter mengatakan masih ada sisa ket, jadi harus dikuret hari ini juga, maka sebelum dilakukan tindakan kuret sebaiknya dibicarakan dengan keluarga dulu, apakah keluarga setuju. Spontan air mata saya langsung jatuh, Kakak saya yang sudah setia mendampingi saya untuk mendengar pernyataan dokter lantas merasa aneh dan langsung bertanya kepada dokter, kenapa dikuret ya dok? Bukannya ini ket? Tapi penjelasan dokter tidak cukup jelas buatnya, dan kakak saya sangat menghormati beliau apalagi beliau sudah menempuh pendidikan tinggi hingga menjadi profesor. Jadi jawaban dari dokter tidak lagi disangkalnya. Memang dari beberapa literatur yang saya baca, ket itu adalah kehamilan diluar rahim, sedangkan kuretase adalah tindakan untuk membersihkan rahim. Jadi bagaimana mungkin sesuatu yang diluar rahim bisa dikuret. Dengan begitu kami menyimpulkan bahwa kemungkinan kehamilan saya saat itu sebenarnya bukan diluar rahim. Dan sangat disayangkan, jika itu benar saya tidak diberi penguat kandungan untuk menghindari keguguran. Tapi Semua itu sudah menjadi kehendak Allah swt.
Kami izin untuk berembuk diluar. Sebelum keluar dokter kembali mengeluarkan beberapa coklat dan dodol dari lacinya. Duh, benar-benar dokter yang baik. Tapi coklat itu tidak bisa menyembuhkan kesedihan saya saat itu. Air mata tetap saja mengalir, maklumlah... kehamilan ini sangat saya tunggu mengingat usia pernikahan sudah 2,5 tahun.
Begitu di luar ruangan dokter, kakak, suami dan keluarga saya berusaha menenangkan saya. Lalu kakak saya menyarankan untuk ke dokter lain dulu. Siapa tahu dokter yang ini salah mendiagnosa, dokter kan juga manusia. Sepintar apapun tetap aja manusia tempatnya hilaf dan salah. Saya merasa sedikit tenang, timbul secercah harapan lagi. Saya tidak sabar untuk ketemu dokter berikutnya. Karna kebetulan lagi hari itu dalah hari sabtu, dan hari berikutnya adalah hari libur nasional tahun baru, jadi praktek dokter banyak yang tutup.
Sangat panjang perjalanan yang kami tempuh untuk mendapatkan si buah hati. Tapi diluar sana pasti juga ada yang lebih lama dari kami. So, kami tidak mau mengeluh. Kaya kata suami saya, sedih secukupnya, bersabar sebanyaknya. Allah swt maha tahu kapan waktu terbaik untuk kami.
Postingan berikutnya saya akan menceritakan hasil pemeriksaan dokter yang berbeda. Jangan bosan-bosan dengan cerita saya ya hehe.. semoga ada pelajaran yang bisa diambil dari sini. Breath is Grace... Keep Thank To Allah SWT...
Resteeemed !!!!