Inilah nyatanya

in #story6 years ago


Yakin, Allah mendengarmu!!!
ﺭَﺏِّ ﻫَﺐْ ﻟِﻲ ﻣِﻦْ ﻟَﺪُﻧْﻚَ ﺫُﺭِّﻳَّﺔً ﻃَﻴِّﺒَﺔً ﺇِﻧَّﻚَ ﺳَﻤِﻴﻊُ ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀِ
“Robbi hab lii min ladunka dzurriyyatan thoyyibatan, innaka samii’ud du’aa’” [Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mengdengar doa] (QS. Ali Imron: 38)
Bagi sebagian org moment idul fitri ini berbahagia menyambut hari kemenangan setelah berjihad akbar melawan nafsu selama ramadhan. Tapi buat kami, ini merupakan puncak ikhtiyar kami, sekaligus menjadi awalnya.
Memiliki momongan pasti menjadi idaman bagi setiap org tua. Saat itu usia pernikahan kami sudah lbh dr 2 tahun dan masih belum diberi amanah momongan. Bagi sebagian pasangan mgkn masih sangat singkat, tapi bagi sebagian besar itu waktu yg sgt lama. Apalagi bagi yg memiliki lingkungan org tua di pedesaan. Pertanyaan "kapan py momongan?" terus menghantui. Tdk jrg pertanyaan itu berubah jd statement yg menyudutkan istri. "ko bisa sih blm py bayi?" atau "samean g gelem tah punya bayi? Wes nikah tp masih pgn dolin ae". Statement yg srg didengar saat plg menjenguk org tua di kampung halaman. Yg Awalnya kita jawab baik2 panjang lebar, tapi kami sdr mrk hanya ingin menyudutkan, sampai akhirnya kami putuskan hanya menjawab dengan senyum.
Ayat diatas adalah potongan surat yg sering kami panjatkan setiap solat, ikhtiar pun sdh kami jalani sjk usia pernikahan msh sangat dini. Tp jika Allah belum berkehendak, tdk ad yg bisa merubahnya.
Ikhtiar sdh dilakukan mulai dr promil ke dokter spesialis yg umum sampai ke dokter ahli recommended yg terbilang sangat menguras tabungan. Berbagai pengobatan dan pijat refleksi, bekam, ruqyah mandiri dan non mandiri. Sampaipun pijat kehamilan di perut kami lakoni (yg ini jgn ditiru).
Awal pernikahan kami tgl di kediri, wkt itu sy mengajar di salah satu kampus swasta yg gaji awal tidak mencukupi utk membayar biaya kos. Alhamdulillah istri bekerja di bank BUMN dgn profit terbesar, yg gajinya saat itu sangat bisa mencukupi kehidupan kami (saat awal kerja, gaji istri bisa sampai 10x gaji pertama sy. Tapi alhamdulillah setelah pengangkatan dosen tetap non pns, kehidupan dr gaji sy bisa mencukupi dengan seadanya)
Kembali pada doa, tidak ad pasangan muslim yg tdk ingn memiliki keturunan saleh, dengan ikhtiyar "mengetuk" pintu langit, kami mulai berpikir, mungkin ad yg salah dgn ikhtiar kami menjemput rizki. Ingin anak saleh, tp jalan rizki saat itu masih dari arah yg tidak halal (riba). Mgkn Allah belum menghendaki keturunan saleh karena hal yg sangat mustahil mendidik anak soleh sedangkan dia kami beri makan dr rizki yg haram.
Kami bukannya tidak paham tentang riba, tp saat itu kebutuhan utk hidup cukup masih sangat menghantui sehingga pekerjaan "haram" rela kami akui sebagai "makruh" demi menyambung hidup. Sampai akhirnya Allah mempertemukan kami dengan artikel2 yg khusus membahas tentang riba (terimakasih untuk mas Saptuari Sugiharto atas wejangannya di buku kembali ke titik nol. Mudah2an Allah senantiasa mengalirkan jariyahmu).
Kondisi keuangan saat itu sedang sangat mencukupi karena pemasukan dr istri sbg pegawai bank sngt bsr utk kami wkt itu, berbagai amal dilakukan demi menebus kesalahan jalan rizki, walau sebenarnya kami yakin itu sia2. Namun kondisi psikis keluarga sy rasa jauh dr kata samara. Hampir setiap hari ada permasalahan. Kehidupan hanya mengejar dunia yg tidak seberapa sampai masalah sedikit selalu terlihat sangat besar. Pemasukan yg begitu besar selalu tidak tersisa. Termasuk diantaranya untuk keperluan promil calon buah hati. Walhasil kami mulai menelaah kembali ttg jalan rizki trsbt dan mulai mencari2 ceramah2 para asatid yg membahas ttg riba.
Menjelang genap satu tahun bekerja di kediri, istri yg selama ini jrg tersentuh kajian islami tiba2 mengutarakan niat untuk segera berhenti dr pekerjaannya, membulatkan tekad utk keluar dr lingkaran haram. Antara setuju dan galau, sy mencoba untuk mendukung keinginan istri. Perlu diketahui saat itu, jika istri berhenti sblm sls masa kerja percobaan satu tahun di Bank, penalti berupa denda menanti, sedangkan sk pengangkatan pegawai bank saat itu sdh menunggu terbit. Kehidupan sbg karyawan tetap bank BUMN terbesar sgt menggiurkan. Tp bismillah.. Kami mencoba untuk memasrahkan hasilnya nanti. "Yg pntg keluar dulu" hiburku memotivasi.
"man jadda wajada" bgtu kira2 yg bs mewakili solusi kami selanjutnya. Allah permudah keluarnya istri dr pekerjaan tsb dengan bantuan perantara saudara yg memiliki jabatan Pimca di jawa barat yg kebetulan teman dekat Pimca bank tsb di kediri. Atasan dan rekan istri sgt menyayangkan. Org tua yg pada awalnya menentang keputusan kami, Allah perlunak hatinya. "Allah sebaik2 pembolak balik hati" sangat kami rasakan dalam proses tsb. Dan masih banyak rintangan lain yg tdk bisa kami sebut satu persatu.
Setelah keluar dr bank, kehidupan tdk serta merta membaik. Jgn prnh dibayangkan mudah menjalani dan mempertahankan "hijrah". Istilah bagi para xbank, kami sedang di "detoksifikasi", sedang dibersihkan dr harta2 haram tsb. Berbagai cara Allah membersihkannya pun beragam. Mulai dengan cr halus, sampai sangat halus. Istri masuk RS, Rekening nol, bahkan minus sdh menjadi hal biasa di akhir bulan. Perhiasan dan seserahan pernikahan pun menjadi korban detoksifikasi. Terseok? Alhamdulillah iya. Sangat. Sampai akhirnya Allah beri kesempatan pertama utk bangkit yg tdk mgkn bs kami sia2kan, yaitu saat ada bukaan lowongan mengajar sebagai tenaga tetap non PNS di salah satu kampus negeri islami di malang. Mudah2an itu adalah solusinya, pikir kami.
Proses meraih solusi bisa dibilang tdk begitu mulus, mulai dr proses pemindahan NIDN yg hrs sgr selesai dlm waktu krg lbh seminggu (yg dosen pasti paham itu hal yg jauh dr kata mustahil, walhasil sampai detik ini NIDN masih nyangkut di kampus lama di kediri). Sampai proses hari H tes dan pemberkasan, berbagai nikmat kami rasakan, hilir mudik kediri-malang, kediri-surabaya demi mengurus berkas dgn kondisi dana yg waw emeijing, ban motor bocor setiap perjalanan kediri-malang di tengah hutan kasembon dan pujon, Ah indahnya. Tapi sekali lagi, "man jadda wajada", alhamdulillah sy trmsk org luar dengan bondo nekat berupa "yakin" yg akhrnya lolos dr tes. Iya satu2nya org yg tdk pernah berafiliasi dgn kampus tsb, tdk memiliki siapapun untuk membantu proses penerimaan, kecuali Allah!
Dari situ sy mulai meyakini, akhirnya proses detoksifikasi selesai, dan akhirnya, mgkn buah hati itu akan disegerakan stlh hijrah hati dan hijrah lokasi.
Dan memang, alhamdulillah,, Allah kembali memberi nikmat. Penyakit yg mengharuskan sy berbaring 1 minggu di ICU, total 3 minggu di RS. 3 bulan pemulihan rawat jalan. Penyakit yg sempat menghilangkan harapan orgtua mendapat cucu. Yang sempat membuat istri hampir kehilangan suami plg kece. Sementara buah hati belum kunjung muncul. Proses pengangkatan dosen Non PNS terhambat, dan lain sebagainya. Alhamdulillah
Singkat cerita, setahun yang lalu, bbrp bulan setelah mulai masuk kerja kembali, di penghujung ramadhan tahun lalu, ikhtiar tanpa putus. Ditambah berkah ramadhan, pembuahan itu terjadi di malam suci ini, Yang baru kami sadari tepat di hari ulang tahun istri beberapa pekan setelah idulfitri, kado terindah itu dianugerahkan. 2 garis legendaris itu akhirnya muncul. Pada alat tes kehamilan.. "maka nikmat Tuhanmu yg manakah yg engkau dustakan?".
Kami yakin! Seyakin2nya, Allah maha pembuat rencana terbaik. Penjawab doa terbaik. Penjaga terbaik. Allah berikan karunia tak ternilai disaat kami bisa memastikan makanan untuk menghidupinya tidak berasal dari yg haram. Allah berikan di waktu paling tepat, saat kondisi kami lebih stabil. Lebih dekat denganNya. Sehingga bisa menunaikan kewajiban mendidiknya dengan cara terbaik, insyaAllah
Terimakasih bunda Intan Fransisca Nanda atas suport dan kesabarannya
mudah2an bermanfaat
ﺍﺣﺴﺐ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺍﻥ ﻳﺘﺮﻛﻮﺍ ﺍﻥ ﻳﻘﻮﻟﻮﺍ ﺀﺍﻣﻨﺎ ﻭﻫﻢ ﻻ ﻳﻔﺘﻨﻮﻥ – ﻭﻟﻘﺪ ﻓﺘﻨﺎ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻣﻦ ﻗﺒﻠﻬﻢ ﻓﻠﻴﻌﻠﻤﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺻﺪﻗﻮﺍ ﻭﻟﻴﻌﻠﻤﻦ ﺍﻟﻜﺬﺑﻴﻦ
”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS Al-Ankabuut 2-3)
@foto mudik tipis2 malang-kediri (Umar Faaz Hanifa umur 3 bulan. Barakallah y nak. Teladanilah Umar bin Khattab seperti doa kami atas namamu