~Jadi begini ceritanya, ceritanya jadi begini. 😅
Sudah lama berkeinginan membawa orin tracking ke destinasi wisata baru di dataran tinggi gayo ini. Hari yang ditunggu akhirnya tiba, diminggu pagi diawal bulan september kami mendaki bersama sahabat safar dan gayo creative.
Dari parkiran motor yang kami titipkan di salah satu rumah teman ke kaki bukit kami berjalan sekitar 10 menit. Kami disambut dengan ramah oleh seorang PS (Pemuda Setempat) membagikan kami sticker, mengucapkan selamat datang dan sedikit memberikan arahan bila sampai dipuncak hanya boleh menginjak papan yang berbentuk "love", ia juga meminta biaya kebersihan yang tidak ditentukan diminta seikhlas yang kami berikan dan pemuda tersebut mempersilahkan kami mulai pendakian.
Jalur pendakian bervariasi, banyak bonusnya kalau kami bilang, jadi banyak tempat titik peristirahatan. Sepanjang rute pendakian hilir mudik pengunjung-pengunjung lain, ada yang nekat membawa motornya walau jalurnya sulit diusahakan hingga sampai jalur terakhir yang tidak bisa ditembus lagi. Ada pula jasa sewa angkut pengunjung oleh masyarakat setempat, bila ada pengunjung yang tidak kuat mendaki mereka akan menggunakan jasa sewa motor tersebut.
Selama perjalanan orin beberapa kali minta berhenti, melihat kakak abang yang lain pakai tongkat kayu, sugest dia minta juga.. tapi lumayan memudahkan beban langkah kakinya..
Naik naik kepuncak gunung, tinggi tinggi sekali *sing 😀
ya.. bur lancuk leweng ini bisa jadi alternatif bagi yang rindu ingin mendaki gunung, tracknya lumayan ngos-ngosan tapi klimaks summitnya soooo wonderfull. Sebagian negeri gayo dan sebagain pemandangan danau lut tawar menjadi suguhan mata yang tak habis-habisnya untuk dinikmati.
Dipuncak tidak terdapat banyak pohon hanya di dominasi oleh tanaman rumput seperti ilalang, dibeberapa titik terdapat bibit pinus yang nampaknya baru ditanam oleh pengelola tempat tersebut.
Sudah ada pula satu warung kecil disana, mungkin ada pengunjung yang tidak membawa bekal air dan makanan disediakan di warung kecil tersebut. Jika pengunjung membutuhkan air untuk cuci tangan, mengambil air wudhu dll sudah ada juga tampungan air hujan yang dibuat dari terpal.
Bur lancuk leweng menjadi destinasi wisata baru bagi pemburu spot cantik untuk diunggah di IG/medsos lainnya ataupun si pejalan yang memang hanya suka jalan-jalan dan menikmati suasana baru. Spot foto buatan hanya ada beberapa tapi dengan latar belakang yang indah sudah cukup membuat pengunjung puas.
KUDA. ya.. hari itu kami melihat seekor kuda yang merumput diatas sana. tentu menjadi lirikan bagi si para pengumpul foto.
Setelah selesai kami merujak, menikmati gayo dari ketinggian, menikmati pula beragam selfie mode pengunjung diatas ornamen I Love Gayo 😉, merasa cukup juga membawa bukti bahwa kami sudah menapakkan kaki di tempat yang sedang digandrungi itu. Dan kamipun beranjak pulang..
Penanjakkan dan penurunan sama-sama bikin tergopoh-gopoh. Pas turun tapak rem sepatu/sendal mesti pakem, salah pijakkan bisa bikin cedera lutut atau malah keseleo. Nah yang lari juga hati-hati bisa tersandung bisa bikin terbang loh.. 😋
Moment turun inilah saya manfaatkan memberi sedikit makna pada perjalanan orin si anak semata wayang. sepanjang jalur pendakian kami mendapati sampah yang dibuang oleh pengunjung yang tidak bertangggung jawab. Fokus doktrin edukasinya pas turun karena fisik tidak secapek pendakian.
Awalnya saya dulu yang mengutipi sampah, barulah Orin mengikuti.. sampai puntung rokokpun tidak kami lewatkan. pokoknya sesuatu yang tidak layak dan tidak pantas untuk dipandang, yg tidak seharusnya berada di alam seindah itu kami masukkan kedalam plastik kresek yang juga kami temukan dijalan.
"Orin.. indah ya pemandangannya? tapi kalau ada sampah plastik begini masih indah tidak? kasian kan kalau lingkungan yang indah begini kita kotori begitu saja.. jelek jadinya ya kan nak?"
Terus dan teruus kami berjalan mengutip sampah sambil ngobrol. Ditemani bang prisma yang bercerita dan kak back yang juga ikut menjumputi sampah, dan ternyata juga jadi paparazi emak dan anak yang lagi jadi pemulung.... eh, si orin minta megangin 4 bungkus besar sampah yang sudah terkumpul, senang sekali sepertinya dengan hasil memulungnya.
Sesampainya dibawah, narsis dulu foto-foto...😀 dua orang pemuda setempat menunggui pengunjung-pengunjung yang turun dengan memberikan sebuah aqua gelas. Kami mengira itu aqua gelas dibeli, dengan semangat kami minta barter dengan sampah. Eeehehehe... gratis. Namun orin tetap menyerahkannya pada abang-abang itu, diamanahkan agar dibuang ditempat yang seharusnya.
Lancuk leweng oh lancung leweng.
Jujur dari saya pribadi.. biar saja dia begitu, jika ingin di kelola lagi, dikelola dengan alami, dengan tidak merusak kenaturalannya.
Di lancuk leweng ini bisa di kembangkan program edukasi lingkungan.
Jika jalan sudah bagus dan mereka yang datang hanya tinggal mengendarai sepeda motornya sampai sepertiga jalan, pesona dan tantangan ke lancuk leweng ini jadi kurang menarik.
Penempatan tempat sampah di beberapa titik pendakian sampai keatas sana juga sebenarnya sudah bisa di adakan.
Seorang sahabat berceloteh
" Kalau terlalu banyak sepeda motor lalu lalang, sangat mengganggu sekali bagi kita pejalan kaki.. berisik, dan kita tidak leluasa melihat pemandangan atau saling menegur sapa dengan pengunjung lain "
Semoga Lancuk leweng terkelola dengan baik, banyak pengunjungnya dan bermanfaat.
Aamiin.
~ we LOVE gayo ~
Congratulations @evizamk! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!
Congratulations @evizamk! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!