banyak jalan pintas yang diambil murid itu tidak sesuai dengan guru ajarkan, banyak penyalahgunaan dengan copy tulisan orang contohnya di platform kontribusi utopian, banyak murid yang menggunakan jalan pintas dengan mengcopy 100% dari konten orang, menerjemahkan bahasa lain selain bahasa indonesia, menggunakan berbagai trik sehingga dia bisa membuat banyak postingan. Akibatnya, kita dipandang sebelah mata orang luar negeri, karena banyak pengguna yang plagiat.
sebagai guru kita sudah mengingatkan namun murid tetaplah manusia, mereka bebas melakukan apa saja.
Jadi cik gu cuma bisa ngelus ngelus dada melihat tingkah sang murid LOL
Persis! Berbagai petuah telah disampaikan, tapi tetap sia-sia. Sebuah takzim yang tak lagi sakral telah membawa kepada kehancuran.
Nah, itu juga kan yang pernah ditulis oleh @paulag beberapa waktu yang lalu mengenai pengguna Steemit di Indonesia? Selain menceritakan bagaimana stigma negatif orang luar terhadap pengguna Steemit Indonesia-meskipun tidak mengeneralisasi- yang bersangkutan juga berharap besar pada pengguna Steemit di Indonesia, karena memang kita ini potensial, malah dari salah satu komentar di tulisan tersebut, pengguna terbesar adalah orang Indonesia.
Dan itu menjadi tanggung jawab kita bersama dalam menyerbarkan informasi tentang Steemit. Anggap saja Steemit ini seperti media sosial lainnya, bedanya ya kita diberikan rewards atas kontribusi kita dalam memberi nilai ke platform ini.
Kita datang bukan untuk mengambil, tapi hadir untuk memberi. Memberi konten-konten yang asli dan bermanfaat. Mindset seperti ini yang harus kita tanamkan dalam diri sendiri, juga pada pengguna baru yang mengenal Steemit dari kita.