Lanjutan cerita tadi

in #story7 years ago

image
“Makanya, Ra. Gue bilang kan. Ini semua hanya tinggal bagaimana gue bisa melawan diri gue sendiri saja. Ya mungkin memang hanya sampai di sini saja sih main-mainnya gue sama dia. Gue nggak akan menghilang dari semua ini. Tapi gue tidak akan menjadi Layla yang seperti cacing kepanasan ngajakkin kalian cabut-cabutan lagi.” Hara menatap saya diam. “La?” “Apa?” “Pernah nggak terbesit kalau sebenarnya Ben juga ngerasa cocok sama lu? Mungkin dia juga sedang ada di dalam perang melawan dirinya sendiri. Soalnya dia selalu nyambung kan ngobrol sama lu. Dan selalu seru. Sama gue juga selalu seru sih. Tapi suka mentok aja kan, nggak ada topik baru lagi. Kalau sama lu, dia selalu jadi Energizer Bunny.” “Hmmm. Nggak sih. Kalau iya, ya masa laki-laki kaya gitu amat. Sebanci-bancinya Ben, dia nggak mungkin sepengecut itu nggak mau ngaku kalau dia merasa cocok sama gue.” Saya mendorong mangkok bakso di hadapan saya akhirnya. Mual. “Yuk, Ra, balik. Gue mau meeting sama Babe ‪jam 1‬ nih. Belum kelar bahannya,” saya bangkit dari kursi saya.
Hara menatap saya diam sesaat, lalu kemudian menepuk pundak saya perlahan lalu berjalan di depan saya.
Ya mungkin memang lebih baik dia jalan di depan saya saja. Karena saya sendiri pada akhirnya sibuk menaksir dari mana saya mendapat kemampuan untuk kembali berbohong. Karena nyatanya saya berbisik di dalam hati saya sepanjang perjalanan balik dari kedai amigos itu ke gedung kantor saya. Saya berucap demikian pada punggung Hara.