Hatiku seperti strawberry ini sekarang. Aku masih ingat kapan kau menggigitnya untuk yang pertama kali. Lalu pada kali yang berikutnya. Saat matahari di puncak kepala, tetapi terhalang loteng warna-warni. Oh, mungkin hanya polos saja. Aku sudah lupa. Lalu saat senja akan tiba.
.
.
Apa yang harus kuingat dari semua peristiwa yang terjadi? Atau, apa yang semestinya tak dilupakan. Ah, sama saja toh?
.
.
Selapis tirai pernah menjadi tameng bagi matahari. Saat siang dan malam sukar dibedakan. Lampu-lampu memonopoli cahaya. Udara diatur oleh mesin. Kita termegap-megap dalam gugup dan kikuk. .
.
Aku masih bisa merasakan saat kamu menggigit hatiku. Aku berjinjit menahan gelitik. Tergelepar karena nyeri. Darahku berdenyar-denyar. Seluruh nadiku berdenyut hebat.
.
.
Hatiku seperti strawberry itu. Bentuknya mungkin takkan pernah utuh lagi. Tetapi rasanya takkan pernah berubah. Cinta seharusnya begitu, kan?[]
Posted from my blog with SteemPress : https://senaraicinta.com/2019/05/16/hati-yang-tergigit/