Dear steemians.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) is the minimum limit in the form of numerical values that must be owned by students. The requirement is intended to make the student due diligence on certain subjects. The implementation of KKM has only started since the application of Curriculum 2006. Previously KKM was not known in the education system especially in schools. As a result, many students do not complete because it has not been able to reach the KKM.
KKM itself increasingly massive use included in Curriculum 2013. Beginning implementation of Curriculum 2013 KKM values are applied uniformly. At that time, the national KKM is 60. Gradually the KKM continues to rise. There are even schools that are competing to raise the KKM to reach 80. Even the Head of Aceh Education Office requested that the value of KKM applied to the number 80. This is very unreasonable. If this is applied then students who received grades below 80 uncompleted. Of course very surprising where students who have been able to complete mastery over 75% but not complete.
Basically the value of KKM can not be determined at will or the taste of the officials. There is a provision in applying KKM scores. There are 3 factors to be considered in determining the value of KKM. The three factors are 1) Complexity, 2) Intake , and 3) Carrying capacity. Elucidation of these three factors are as follows.
Complexity
The complexity in determining KKM is related to the subject matter. So complexity is meant here is the complexity of the subject matter. In determining the value of this complexity associated KKM apply a negative way. The negative way is that the more complicated the subject matter, the lower the KKM value. While other criteria apply positive where the bigger the higher the KKM value. So KKM will be high if the subject matter more easily.
Intake
Intake students in determining the value of KKM very large influence. Intake students is the ability of students to absorb the subject matter. The easier the students to absorb the subject matter, the higher the value KKM. There are many errors in the determination of this intake related KKM. The majority of teachers make intake value is different for every indicator or basic competence. Though the value of intake students is the same for one class. Then how to determine the value of intake students? The trick is to take the average value in the previous year for certain subjects. What about class X students? The value of intake is taken from the average grade of the final semester of the previous grade. If the high school level is taken from the average grade of junior high school grades.
Carrying Capacity
Carrying capacity here is related to the fulfillment of school facilities and infrastructure. The more complete the means that support learning on a particular material, the greater the value of the KKM. Vice versa. Complete facilities certainly getting easier for teachers and students in the implementation of learning.
All three factors are very determine the magnitude of the value of KKM subjects. So the value of KKM is not forced at will, but there are provisions and signs that must be met. It is okay for someone to ask for the value of KKM at a certain number, but first meet the determinants of KKM. For example the carrying capacity. If the facility is very minimal, it is impossible to force the KKM value to number 80. Once again KKM should not be forced, but runs over time according to the determinants of the value of KKM.
Thus posting on this day. May be useful.
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) merupakan batas minimal dalam bentuk nilai secara numerik yang harus dimiliki siswa. Keharusan ini dimaksudkan agar siswa tersebut tuntas terhadap mata pelajaran tertentu. Pemberlakuan KKM baru dimulai sejak penerapan Kurikulum 2006. Sebelumnya KKM tidak dikenal dalam sistem pendidikan terutama di sekolah. Akibatnya banyak siswa yang tidak tuntas karena belum mampu mencapai nilai KKM.
KKM sendiri semakin masif digunakan termasuk dalam Kurikulum 2013. Awal penerapan Kurikulum 2013 nilai KKM diberlakukan secara seragam. Saat itu nilai KKM secara nasional adalah 60. Lambat laun nilai KKM terus naik. Bahkan ada sekolah yang berlomba menaikkan KKM sampai mencapai angka 80. Bahkan Kepala Dinas Pendidikan Aceh meminta agar nilai KKM diterapkan pada angka 80. Hal ini sangat tidak masuk akal. Jika ini diberlakukan maka siswa yang memperoleh nilai di bawah 80 tidak tuntas. Tentu sangat mengherankan dimana siswa yang sudah mampu menyelesaikan ketuntasan lebih dari 75% tetapi tidak tuntas.
Pada dasarnya nilai KKM tidak dapat ditetapkan sesuka hati atau sesuai selera para pejabat. Ada ketentuan dalam penerapan nilai KKM. Terdapat 3 faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan nilai KKM. Ketiga faktor tersebut adalah 1) Kompleksitas, 2) Intake, dan 3) Daya dukung. Penjelasan ketiga faktor tersebut adalah sebagai berikut.
Kompleksitas
Kompleksitas dalam penentuan KKM berhubungan dengan materi pelajaran. Jadi kompleksitas yang dimaksudkan disini adalah tingkat kerumitan materi pelajaran. Dalam penentuan nilai KKM terkait kompleksitas ini berlaku cara negatif. Cara negatif maksudnya adalah semakin rumit materi pelajaran, maka nilai KKM semakin berkurang. Sementara kriteria lain berlaku positif dimana semakin besar maka nilai KKM semakin tinggi. Jadi nilai KKM akan tinggi jika materi pelajaran semakin mudah.
Intake Siswa
Intake siswa dalam penentuan nilai KKM sangat besar pengaruhnya. Intake siswa merupakan kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran. Semakin mudah siswa menyerap materi pelajaran, semakin tinggi nilai KKM. Terdapat banyak kekeliruan dalam penentuan KKM terkait intake ini. Mayoritas guru membuat nilai intake berbeda untuk setiap indikator ataupun kompetensi dasar. Padahal nilai intake siswa adalah sama untuk satu kelas. Lalu bagaimana cara menentukan nilai intake siswa? Caranya adalah dengan mengambil nilai rata-rata pada tahun sebelumnya untuk mata pelajaran tertentu. Bagaimana dengan siswa kelas X? Nilai intake di ambil dari nilai rata-rata rapor semester akhir jenjang sebelumnya. Kalau jenjang SMA berarti di ambil dari nilai rata-rata rapor jenjang SMP.
Daya Dukung
Daya dukung disini terkait dengan pemenuhan sarana dan prasarana sekolah. Semakin lengkap sarana yang mendukung pembelajaran pada materi tertentu, semakin besar nilai KKM. Demikian juga sebaliknya. Fasilitas yang lengkap tentu semakin memudahkan guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.
Ketiga faktor tersebut sangat menentukan besaran nilai KKM mata pelajaran. Jadi nilai KKM bukan dipaksakan sesuka hati, tetapi ada ketentuan dan rambu-rambu yang harus dipenuhi. Boleh saja seseorang meminta nilai KKM pada angka tertentu, tetapi penuhi dulu faktor-faktor penentu KKM. Misalnya daya dukung. Jika fasilitas sangat minim, tidak mungkin memaksa nilai KKM pada angka 80. Sekali lagi KKM tidak boleh dipaksakan, tetapi berjalan seiring waktu sesuai faktor-faktor penentu nilai KKM.
Demikian postingan pada hari ini. Semoga bermanfaat.
Follow me @darmawanbuchari
thanks for sharing @darmawanbuchari semoga bisa kita sikapi dengan bijaksana demi kemajuan pendidikan anak bangsa, bukan demi ego sekolah atau kepentingan elite tertentu :)
Semoga bu
Upvote untuk postingan ini !
Sekarang ini KKM 80 -untuk sekolah berakreditasi A- kalau saya tidak salah. Tetapi yang menjadi permasalahan adalah KKM terus meningkat tapi tidak dibarengi dengan kualitas pembelajaran, sehingga KKM 80 seperti " dipaksakan", artinya bahwa ada sekolah (tidak semua) yang belum siap dengan KKM 80 tetapi dipaksa harus siap. Apalagi nilai raport menjadi unsur perhitungan nilai kelulusan siswa dari satuan pendidikan.
untukitu saya setuju dengan komen @dumasari "mari kita sikapi dengan bijaksana demi kemajuan anak bangsa"
salam
Jika fasilitas sangat minim, tidak mungkin memaksa nilai KKM pada angka 80. Sekali lagi KKM tidak boleh dipaksakan
nah setuju gan ... harus ada fasilitas yang memadai ...
nice post gan.. upvote !!!
Thanks.
Betul tidak boleh dipaksakan, tetapi harus tahu dengan jelas apakah penetapan KKM sudahkah memenuhi faktor intak, kompleksitasdan daya dukung atau disebut kan saja sesuai selera menurut yang dirasa. KKM kok dirasa , jangandirasa gan tapi dihitung dan dianalisa. Ketika ada kebijakan dari yang mengharuskan KKM 80 bagi yang akreditasi A. Kenapa kita seperti tidak berdaya untuk memberikan madukan dan argumentasi logis atau jangan jangan akreditasi yang diragukan. Demikian
Inilah realitanya pak.