Saya adalah seorang mahasiswa jurusan pendidikan bahasa inggris di salah satu universitas di Jogjakarta. Jogjakarta adalah tempat yang istimewa bagi para pelajar untuk meneruskan studi mereka, khususnya di jenjang perguruan tinggi. Saya sangat senang dan bangga sekali karena saya bisa dipercayakan oleh keluarga saya untuk melanjutkan studi bahasa inggris di Jogjakarta. Saya mendapatkan banyak pengalaman disini. Saya anak ke lima dari enam bersaudara, dimana semuanya dimana semuanya hampir sudah memiliki rumah tangga masing-masing dan menyisakan saya dan adik saya yang terakhir.
Saya tiba di Jogjakarta pada bulan juni tanggal 25 tahun 2014, dimana pada tahun ini merupakan tahun yang sangat buruk dan menyakitkan bagi saya. Empat hari sebelum memasuki kuliah pertama (OSPEK) atau masa orientasi, saya mendengar kabar dari keluarga bahwa pada saat itu juga saya harus kembali ke daerah tempat tinggal saya dikarenakan orang yang sangat saya cintai didunia ini yaitu IBU meninggal dunia. Perasaan yang terpukul karena saya telah berjanji kepada ibu bahwa saya akan memperlihatkan keberhasilan saya di di jogja, tetapi semua tidak seperti apa saya rencanakan, ternyata Tuhan memiliki rencana yang paling indah yaitu dengan mengambil Ibu saya untuk berada di sisi-Nya.
Dari apa yang alami ini, saya semakin memiliki motivasi yang tinggi untuk menjadi orang yang berguna dan bermanfaat serta bisa menunjukkan kepada Ibu saya bahwa saya bisa berhasil ke depannya, ini merupakan janji yang tidak akan pernah untuk dilupakan. Saya telah menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan, jika ini merupakan rancangan-Nya yang terbaik, maka biarlah semuanya terjadi menurut kehendak-Nya.
Pada tanggal 8 september 2014 merupakan kuliah pertama saya, dimana pada saat ini semua beban dan perasaan kehilangan masih membara sehingga semuanya seperti hampa. Seperti apa yang katakan diatas yaitu Tuhan memiliki rangangan yang terbaik bagi hidup saya. Saya dipertemukan dengan dosen agama katolik yang sangat luar biasa, kami biasa memanggilnya Pak Totok. Beliau adalah dosen agama katolik yang sangat taat dan dekat dengan Tuhan. Pada jam terakhir pelajarannya beliau mengundang kami semua di kelas untuk menghadiri pertemuan di Kanisius dimana pada saat itu diisi oleh komunitas Pergerakan Focolare.
Pergerakan Focolare merupakan pergerakan yang dibangun oleh Chiara Lubich yang berasa dari Italia. Dimana pada saat itu terjadi perang dunia kedua, sehingga Chiara berpikir bahwa apakah ada sesuatu yang bisa menghentikan peperangan ini. Pada akhirnya Chiara membangun sebuah pergerakan Focolare dimana visi terbesar dari pergerakan ini yaitu membangun kesatuan, memberikan kasih terhadap siapa saja, dan persaudaraan universal. Pergerakan ini telah di sah kan oleh Paus.
Saya sangat senang karena saya bisa bergabung dalam pergerakan ini, disini saya bertemu orang-orang yang sangat luar biasa yang hidup penuh akan spiritualistas dan tanpa lelah membangun kasih terhadap semua kalangan. Pergerakan ini juga membantu saya menjadi pribadi yang takut akan Tuhan, setiap hari kita dibiasakan untuk dapat menghidupi injil, artinya setiap injil yang kita baca bukan hanya sekedar untuk dihayati dan direnungkan, namun harus juga di praktekan dalam kehidupan kita sehari-hari. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan telah mempertemukan saya pada Pergerakan ini, saya belajar untuk bisa mengontrol diri, membangun kasih, dan yang terutama menghidupi injil dan mengasihi sesama. Saya juga percaya bahwa Ibu saya akan tersenyum di surga melihat apa yang saya lakukan di dunia ini. Terimakasih Focolare, semoga semangat dalam membawa spiritualitas tidak akan pernah padam sampai Tuhan memanggil “Waktunya untuk Pulang”
Sort: Trending