Wild Morning Glory. Ketika pertama kali ke Takengon, tahun 2007, saya terpesona dengan bunga-bunga berwarna ungu ini. Biasa saya lihat sebagai tanaman hias di pot dan kebun, di Dataran Tinggi Gayo ini justru tumbuh liar. Merambati pagar dan tanaman lain. Bahkan dianggap gulma, tanaman pengganggu.
Lalu saya melihat, banyak tanaman 'mahal' di tempat lain, juga bernasib serupa di sini. Mint, dianggap gulma. Rambatan Chayote atau Labu Siam pun ditebas karena mengganduli batang-batang pohon di kebun.
Di tempat lain. Tanaman-tanaman itu dirawat dan dijaga dengan baik. Mungkin karena terlalu banyak, jadi dinilai tak berharga.
Jadi terpikir. Bagaimana kalau alam membalas. Karena manusia sudah terlalu banyak, maka alam memutuskan manusia sudah menjadi hama. Lalu alam menciptakan mekanisme untuk menghabisi hama itu.
Konyol? Siapa yang bisa menjamin itu tidak akan terjadi?
Ntar kalau manusia jadi gulma, terus gulma jadi apa??? 😀😀😀😀
Gulma jadi kesal. Trus demo. Menuntut haknya. Hehehe
Hahahaha... Cerdas
Kami ke Takengon tempo hari, wuuiihh gatal kali mau moto, cantik2 bunganya, tanamannya subur2.
Iya, bunga yg tumbuh di hutan, kebun, halaman. Kami juga sering motret, kadang-kadang sampai berhenti mendadak di pinggir jalan.
Tapi ga berlaku buat Bunga Desa. Itu ga berani foto, alamat kena sidang di rumah hahahaha
wakakakakka... kok nakal ini komen?
ini yang disebut "Bunga di Tepi Jalan" itu bang @dngaco ya ?
Tergantung jenis bunga yg dicari @mahlizarsafdi 😄
alaaaah, ka keunong lom adek bak bang sayed nyoe