Judul: Kimi No Na Wa (Namamu, dalam Bahasa Indonesia)
Tahun Rilis: 2016
Genre: Drama, Fantasy, Romance
Sutradara: Makoto Shinkai
Rating : PG
Pendapatan Global: $357.986.087,-
Kisah 2 remaja yang bertukar tubuh dan meteor yang jatuh ke bumi
Kimi No Na Wa (selanjutnya saya singkat menjadi KNNW) menceritakan tentang 2 orang remaja.
Yang lelaki bernama Taki Tachibana, umur 17 tahun, seorang siswa SMA yang hidup bersama ayahnya di Tokyo. Pekerja keras ditambah agak keras kepala. Untuk menambah uang jajannya, Taki bekerja paruh waktu di sebuah restoran Italia sebagai pramusaji. Bermimpi menjadi seorang arsitek, yang didukung pula dengan bakat menggambarnya yang luar biasa jago untuk anak seumurannya. Walau tidak dijelaskan di dalam film, sutradara menjelaskan bahwa orangtua Taki bercerai sebelum kisah dimulai, makanya dalam film Taki terlihat hanya tinggal bersama dengan ayahnya dalam sebuah apartemen kecil.
source
Yang perempuan bernama Mitsuha Miyamizu, umurnya juga 17 tahun, siswi SMA yang manis dengan model ikat rambutnya yang unik. Mitsuha tinggal di sebuah desa yang berbanding terbalik dengan Tokyo. Mitsuha adalah anak dari penjaga kuil di desa tempat tinggalnya di Itomori. Mitsuha benci dengan kehidupan di desanya. Yang membuatnya bertahan hanyalah kedua teman dekatnya, Nenek yang merawatnya dan adik perempuan satu-satunya. Setelah kematian sang Ibu, ayahnya yang depresi meninggalkan keluarganya (Dalam film, ayahnya lalu berhasil menjadi kepala desa Itomori). Sebagai penjaga kuil, Mitsuha mau tidak mau harus meneruskan kebudayaan turun-temurun di sana. Hingga suatu saat, di puncak kekesalannya, Mitsuha berteriak:
Aku benci desa ini! Aku benci hidup ini! Aku ingin menjadi cowok ganteng di Tokyo di kehidupan berikutnya!!
source
Cerita
Adegan pembuka film ini memperlihatkan sebuah benda seperti pecahan meteor yang sedang menuju bumi. Adegan kemudian berpindah ke dalam sebuah kamar, pagi hari. Alarm dari handphone berdering, memberi perintah untuk bangun. Dengan malas, seorang perempuan membuka matanya, melihat sekitarnya namun masih belum sadar apa yang sebenarnya terjadi. Perempuan ini kaget bukan kepalang ketika berkaca dan membuka bajunya (tenang saja, nggak keliatan kok) lalu menyadari kalau tubuh yang dilihat dalam pantulan cermin bukanlah dirinya. Inilah awal Taki bertukar tubuh dengan Mitsuha.
Mitsuha, di waktu yang sama, bangun di sebuah apartemen dengan tubuh laki-laki. Dengan segala keengganannya (risih karena tak pernah berurusan dengan tubuh pria), harus meladeni “panggilan alam” di pagi hari. Mitsuha (dalam tubuh Taki) pada saat ini menganggap dirinya hanya bermimpi sebagai orang lain. Hari itu Mitsuha menjalani kehidupan Taki di Tokyo dengan segala kemewahan, keribetan dan hiruk pikuknya.
Kejadian ini berlangsung berkali-kali, hingga Mitsuha dan Taki sadar kalau mereka bukan bermimpi, namun bertukar tubuh. Pertukaran ini terjadi di sembarang waktu. Katalisnya adalah ketika mereka tertidur. Ingatan mereka ketika ada pada tubuh yang lain juga akan memudar dan perlahan menghilang ketika kembali ke tubuh sendiri. Agar si pemilik tubuh tidak bingung, mereka selalu menulis diary di handphone masing-masing ketika tubuh mereka tertukar. Jadi besoknya si pemilik tubuh tinggal baca dan langsung tau kalau kemaren udah ngapain aja. Hal ini mengundang gelak tawa ketika Mitsuha memberi peraturan pada Taki terhadap perlakuan ke tubuhnya, seperti:
- Tidak boleh mandi
- Tidak boleh memegang dada (Selalu dilanggar setiap Taki terbangun dengan Tubuh Mitsuha)
- Kalau duduk nggak boleh ngangkang
- Jangan suka cari berantem sama orang
namun inti ceritanya tidak seenteng ini untuk selanjutnya..
Taki yang semakin sering bertukar tubuh, semakin pula mengetahui sejarah desa Itomori. Mitsuha, sementara itu, malah membantu kisah asmara Taki dengan teman kerja paruh waktunya. Namun kencan yang sudah diatur Mitsuha untuk Taki berakhir tidak menyenangkan, karena Taki sedikit demi sedikit mulai menyukai Mitsuha. Taki pun pertama kali menekan nomor telepon Mitsuha, ingin mengabari keadaannya. Namun, teleponnya tidak pernah tersambung. Mulai dari sini, Taki tak pernah bertukar tubuh lagi dengan Mitsuha.
Di momen yang sama, Mitsuha galau setengah mati sampai-sampai memotong pendek rambutnya. Penyebab galaunya Mitsuha akan dijelaskan di bagian akhir film, saya tidak mau spoiler di sini kecuali ada yang minta, wkwkwk. Kembali ke cerita, Malamnya Mitsuha dan kedua temannya datang ke festival yang ada di pusat desa. Malam itu juga, sebuah komet bernama “Tiamat” sedang melintas dekat bumi. Fenomena yang hanya terjadi 1000 tahun sekali ini dapat dilihat dari seluruh dunia.
di sinilah momentum film ini terjadi..
Tiamat pecah di angkasa. Membelah dirinya. Sebagian tetap melaju pada orbitnya. Sebagian menuju bumi. Kejadian ini divisualisasikan dengan sangat indah. Namun tidak bagi Mitsuha..
Mata Mitsuha terbelalak, ketika menyaksikan pecahan komet, tanpa ampun, siap menghantam tempat tinggalnya..
Selesai cerita dari saya. Selanjutnya lebih asik ditonton langsung. Sekarang waktunya..
Review
Story: *****
Visual: *****(*)
Music: ****
Agak berlebihan? Tapi menurut saya film ini layak sekali mendapat nilai tinggi. Di Jepang sendiri, film ini merupakan film animasi jepang dengan pendapatan tertinggi sepanjang masa mengalahkan 3 mahakarya Studio Ghibli (Spirited Away, Howl’s Moving Castle, Ponyo.. these 3 are great movies, trust me). KNNW sendiri memenangkan 14 penghargaan dan berhasil masuk dalam 22 nominasi.
Alur cerita dalam film ini seolah sempurna. Saya tidak bisa menemukan plot hole yang tidak terjelaskan. Makoto Shinkai selaku sutradara sekaligus penulis cerita benar-benar berkembang pesat dibanding dengan film-filmnya terdahulu (yang menurut saya juga memiliki cerita yang kuat). Saya masih ingat ketika saya nonton di bioskop, saya sempat beberapa kali lupa bernafas karena plot twist yang diberikan.
Selaku the man behind the film, Makoto bahkan disandingkan dengan nama legendaris Hayao Miyazaki. Bahkan lucunya, Hayao yang sebelumnya sudah pensiun jadi “panas” dan memutuskan kembali berkarya setelah karya-karyanya bersama Studio Ghibli dibalap pelan-pelan dalam angka pendapatan olej KNNW.
Dari segi visual, saya sudah tidak ragu dengan Makoto Shinkai. Film-filmnya terdahulu juga memiliki visual yang indah (kalau tidak boleh dibilang sempurna). Bisa dilihat dalam KNNW, bagaimana penyajian komet Tiamat yang berwarna-warni membelah angkasa, atau dalam film “Kotonoha no Niwa” yang menyuguhkan tetes hujan dan dedaunan yang memikat mata, atau lagi dalam film “5 cm per second” yang menggambarkan indahnya pedesaan dan gemerlap Tokyo.
Musik dalam film ini dikerjakan oleh band rock Jepang: RADWIMPS, yang walau berbentuk band rock namun mereka mampu menjalin nada-nada lembut dalam adegan manis hingga irama menghentak pada lagu opening. Musik favorit saya di film ini adalah “Yume Torou” dan “Nandemonaiya”.
Jadi,
Saya merekomendasikan film ini untuk ditonton. Walau gagal masuk dalam nominasi Oscar pada waktu itu, film ini tetap layak bersanding dengan film-film animasi holywood lainnya. Namun karena ada beberapa adegan yang kurang layak untuk anak di bawah umur, jangan ditonton bareng anak kecil ya mentang-mentang ini “kartun”.
Terima kasih.
Nice post.
Sayangnya, saya tak suka film animasi. Sukanya berimajinasi.
Padahal lumayan untuk menambah referensi imajinasi
Tontonanku all about romance. ehehehe
Loh ini romance loh, hahaha.. Nonton dulu deh, sabtu aku bawain filmnya..
Film animasi juga seru dan punya tempat tersendiri bagi para penggemarnya......
Bener banget, umur juga bukan batasan menyukai film animasi seperti ini.
Asyik nih. DI CGV ada gak?
Dulu saya nontonnya di CGV mas, sekarang udah bisa beli BD-nya atau streaming di internet..hehe
Luar biasa
seruu
lanjut saudara