Sebagai manusia, kita tentu melakukan banyak aktifitas dan target untuk meraih sesuatu dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar orang lebih dulu melakukan perencanaan untuk mendapat sesuatu yang dinginkan. Lalu apakah semua itu akan pasti terwujud? Jawabannya barangkali bisa iya atau mungkin juga tidak.
Jika bisa terwujud, rasa puas dan senang akan dirasakan oleh kita. Namun jika tidak terwujud maka rasa tidak puas, depresi, bahkan bisa jadi stress berat akan menghinggap di jiwa (traumatis). Jika ini terjadi, maka perlu cara ataupun media untuk mengatasi masalah kejiwaan itu. Salah satu caranya adalah dengan menulis ekpresif (expressive writing).
Expresive Writing pertama sekali dipopulerkan oleh Pennebeker, seorang professor Psikologi Sosial dari Texas University, tahun 1989. Menulis ekpresif dapat didefinisikan proses menuangkan gagasan, pikiran, atau uneg-uneg atas masalah atau kondisi yang dialami seseorang dengan cara menuliskannya. Kondisi atau masalah yang dimaksud tersebut termasuk rasa senang dan rasa susah.
Seseorang yang telah membuat suatu rencana dan melakukannya dengan baik lalu tidak mendapatkan hasil yang diinginkannya cenderung memendam rasa kecewa dan tidak puas degan hasil didapatkannya. Rasa kecewa bisa tampak pada raut muka yang bawaannya mau marah, dari biasanya girang menjadi pendiam, dan terbiasa suka keramaian tiba-tiba menyendiri. Beberapa hal tersebut bisa dikarnakan oleh adanya pertanyaan yang berkecamuk dipikiran seseorang.
Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud seperti “saya sudah buat dengan benar caranya kenapa tidak mendapatkan hasil?”, “apa yang salah dengan saya?”, “siapa yang menghambat saya?” dan lain sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan semacam ini bisa menjadi bahan yang untuk ditulis kedalam tulisan ekspresif.
Kenapa harus dengan menulis? Seperti banyak diketahui bahwa proses menulis adalah bentuk komunikasi atau penyampaian pesan/ informasi dalam bentuk tulisan. Tidak semua orang dengan mudah menceritakan masalahnya secara lisan dengan jelas dan detil. Ada banyak kendala seperti rasa malu, segan, ataupun takut sehingga dengan menulis menjadi alternatif.
Pada tahap awal menulis ekpsresif dapat berupa tulisan bebas. Maksudnya adalah bentuk tata bahasa, kebakuan bahasa, dan bentuk paragraf bukanlah hal utama untuk diperhatikan. Ini dikarnakan bahwa tulisan tersebut bertujuan untuk meyampaikan permasalahan dalam pikiran seseorang.
Lalu bagaimana expressive writing dapat membantu seseorang dengan kondisi kejiwaan yang dijelaskan di atas? Dalam praktek penyembuhan kejiwaan, seseorang dengan banyak masalah dan kejiwaan yang tidak bahagia pertama sekali dibuat rileks kemudian diminta menuliskan perasan yang dialami apa yang mereka pikirkan.
Jika seseorang kecewa, mereka diminta menuliskan sebab kecewa dan akibat yang dirasakan karna kekecewaan itu. Rasa yang yang berkecamuk dalam pikiran seseorang itu ditulis sesuai alur pikiran mereka. Jika memiliki mood kurang sehat, maka hal itu akan hilang setelah menulis sehingga dapat merasakan ketenangan. Rasa tenang inilah yang kemudian menjadi energi orang tersebut dan diharapkan dia bisa menjalani hidupnya kemudian dengan energi pikiran/mood yang lebih positif.
Selain rasa tenang, ada beberapa hal lain yang bermanfaat dalam menulis ekpresif bagi kesehatan (Pennebeker, 1989). “Berikut ini sejumlah manfaat kesehatan yang bisa diambil dari kegiatan expressive writing:
- Tingkat stres yang semakin berkurang;
- Meningkatkan fungsi paru-paru;
- Meningkatkan fungsi hati;
- Meningkatkan suasana hati atau mood;
- Merasa lebih sehat secara psikologis;
- Mengurangi rasa traumatis;
- Meningkatkan fungsi imun tubuh.”
(dikutip dari: https://www.vemale.com/segar-dan-rileks/62916-expressive-writing-menuliskan-pengalaman-traumatis-itu-ternyata-menyembuhkan.html )
Singkatnya, expressive writing merupakan tulisan mengungkapkan perasaan ke dalam tulisan. Penulisnya cenderung mengutarakan perasaan traumatis yang pernah dialami. Ini disebabkan karena ada kejadian yang tidak sesuai harapan mereka atau tidak diduga. Dengan menulis expresif rasa truma tersebut akan berkurang sehingga yang merasakannya menjadi tenang dan juga bermanfaat bagi kesehatan.
Tulisan mengenai menulis ekpresif ini penulis rangkum dari salah satu pertemuan dengan Forum Aceh Menulis (FAMe) tanggal 19 April 2019. Materi tersebut disampaikan oleh Ibu Dra. Nurjannah, M.M.,C.Ht, seorang psikolog di Kota Banda Aceh dan dipandu oleh Yarmen Dinamika, Jurnalis senior Serambi Indonesia.
Congratulations @redhatija! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!
Congratulations @redhatija! You received a personal award!
Click here to view your Board