Aceh Lon Sayang
Deru langkah menghentak tanoh suci negri kami
langkah-langkah invantri, cavaleri serdadu-serdadu negeri yang seakan tak bertuan hingga-hingga mereka liar bak binatang jalang
Aceh lon, tanoh pusaka titipan indatu-indatu yang gagah lagi berani; yang rela syahit di ujung senjata berkaliber berapapun itu
26 Maret 1873 kalian hujamkan Aceh dengan meriam-meriam dari kapal kemegahan kerajaanmu itu, Citadel Vananterswiten
Apa salah kami? apa salah negri kami? durjana...!
Salah nariet peudeung peuteupat, salah seunumbat teupeuro dumna
Aceh bukan anjing-anjing di lorong-lorong gelap kota yang sudi kau giring sesuai titah ratu kerajaanmu.
Serdadu bergelar jendral kutumbangi hina tak bernyawa di depan rumah tuhan ku.
Johan Hermes Rudolf Kohler sungguh layaknya Ilahi menyidangmu kaphe-kaphe Beulanda
Salah apa negri kami? hingga-hingga darah kebencian kau tanamkan ke lubuk negri makmur para aulia
Kalian dera Ulama-Ulama kami lalu kalian antukkan dengan Ulee Balang-Ulee Balang sehingga darah cumbok bergelimang di Bumoe Aceh
Berapa banyak wahai kaphe-kaphe bijeh Aceh yang kehilangan ayah, inoeng-inoeng menjadi bale karena keserakahan
Tidak elokkah Negri Kincir Anginmu? Tidak makmurkah Negri Gandummu? hingga-hingga tanoeh rempah kauciumi emas lalu kau babukan pribumi-pribumi.
Aceh........Aceh.......
Cukup Kaphe. Cukup
Tanamkan kecongkakan mu itu ke dalam Kerkhof di Pusat kerajaan yang dikenal Darussalam
Entahlah Kaphe-Kaphe, entah kami masih Darussalam layaknya Darussalmnya kami sebelum kapal-kapalmu berlabuh ke Tanoh Aceh Lon Sayang.
Gampong Laksana, 27 April 2017