Bringing Back the Smiles of Children, Victims of Disasters Through Low Cost Psychosocial Activities [ENG-IND]

in #psychology7 years ago (edited)

DSCN0935.JPG

In time of disasters, everyone is grieving. Some victims lost their homes, others are in grief because they are left by loved ones and some others even have to bear both kinds of burdens.

Saat bencana datang, semua orang berduka. Ada korban yang kehilangan tempat tinggal, ada sebagian lainnya yang menanggung duka ditinggalkan orang-orang yang dicintai. Sebagian lainnya bahkan menanggung kedua beban itu.

The emergency aid that the victims receive are targeted on the physical situation such as treating the wounded, searching for missing victims, cleaning up the disaster site, distributing logistical aids, etc. After some time, the emergency phase will gradually turn into a recovery until everything is back to normal.

Bantuan darurat yang para korban terima menyasar pada keadaan fisik seperti pengobatan korban luka, pencarian korban hilang, pembersihan lokasi bencana, pendistribusian bantuan logistik, dsb. Setelah beberapa waktu, keadaan darurat akan berganti menjadi fase pemulihan sampai keadaan berangsur-angsur menjadi normal.

However, it often takes a very long time for the survivors to return to normal life, especially in major disasters that cause massive loss and casualties. This causes the victims to experience severe physical and mental fatigue. Those who lose home are displaced and have to live in a refugee shelter with all sorts of problems. In addition, if the disaster has caused them to lose their livelihoods, the burden is even more heavier.

Akan tetapi, sering kali perlu waktu yang sangat panjang bagi para korban untuk dapat kembali pada kehidupan normal, terutama pada bencana-bencana besar yang menimbulkan kerugian dan memakan begitu banyak korban. Hal ini menyebabkan para korban mengalami kelelahan fisik dan mental yang sangat berat. Korban-korban yang kehilangan tempat tinggal harus hidup di pengungsian dengan segala macam problemanya. Ditambah lagi jika bencana telah menyebabkan mereka kehilangan mata pencaharian juga, sudah dipastikan bahwa beban mentalnya juga akan berlipat-lipat.

Children Are Vulnarable

Not only adults, children are also very likely to suffer from emotional disorders due to drastic changes that suddenly occur. Their very young age can not fully digest and understand what really happen. Why they become victims? Why are they wounded? Why they lost their homes? Why are their friends, their families dead? Why should they stay in refugee camps?

Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga sangat mungkin terganggu kondisi kejiwaannya karena perubahan-perubahan drastis yang mendadak terjadi karena bencana. Umur yang masih sangat belia tidak mampu sepenuhnya mencerna dan memahami apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa mereka menjadi korban? Kenapa mereka terluka? Kenapa rumah mereka hancur? Kenapa teman, keluarga mereka ada yang meninggal? Kenapa mereka harus tinggal di pengungsian?

The drastic changes that children experience because of disasters are very likely to cause trauma and take away the joy and smiles from their cute faces. As a result, they are no longer enthusiastic in living their daily lives, especially if they have to stay in refugee camps. They might experience being restless, depressed, unable to sleep well, and other psychosomatic symptoms. Therefore, an intervention is needed to help restore the psychological condition of disaster-affected children.

Perubahan-perubahan drastis yang dialami anak-anak karena bencana sangat mungkin menyebabkan trauma dan merenggut keceriaan dan senyum dari wajah-wajah mungil itu. Akibatnya, mereka tak lagi antusias dalam menjalani kehidupan sehari-hari, terlebih jika mereka harus tinggal di pengungsian. Gelisah, murung, tidak nyenyak tidur, dan berbagai macam gejala psikosomatis lainnya bisa saja dialami setiap hari. Karenanya, suatu intervensi diperlukan untuk membantu memulihkan kondisi kejiwaan anak-anak korban bencana.

One example of the intervention is to conduct psychosocial activities which aim to restore the social function of the people which are lost after the disaster. The types of the activities are varied according to the local habits, culture, and needs of the respective community.

Salah satu yang dapat dengan mudah dilakukan adalah dengan mengadakan kegiatan psikososial yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi sosial masyarakat yang hilang setelah bencana. Bentuknya bermacam-macam sesuai dengan kebiasaan, kebudayaan, dan kebutuhan masyarakat setempat.

Types of Psychososial Activities for Children

Psychosocial activities for children are mostly simple and do not require much equipment or cost. Here are some examples of psychosocial activities that my old office did to help the victims of the 2004 earthquake and Tsunami in Aceh.

Untuk anak-anak, kegiatan yang dapat kita lakukan umumnya bersifat sederhana dan tidak memerlukan banyak peralatan maupun biaya. Berikut adalah beberapa contoh kegiatan psikososial yang dapat dilakukan oleh kantor saya dulu untuk membantu anak-anak korban gempa dan Tsunami 2004 di Aceh.

Singing is probably the easiest and most popular activity. No tools needed. Any song will do. Invite the children to move their hands and body to make it more lively. I remember one of the songs we sang was a song about an earthquake where children were taught not to be afraid of an earthquake, and told things to do to keep them safe.

Menyanyi merupakan kegiatan yang paling mudah dan populer. Tidak ada alat apapun yang diperlukan. Lagu apa saja bisa dinyanyikan. Ajak anak-anak menggerakkan tangan dan anggota badan lainnya agar suasana makin semarak. Saya ingat salah satu lagu yang kami nyanyikan adalah lagu tentang gempa di mana anak-anak diajak untuk tidak takut jika terjadi gempa, dan diajarkan hal-hal yang harus dilakukan sebagai upaya agar selamat.

DSCN1646.JPG

Another activitiy that does not require tools or costs is storytelling. It will be more interesting if the storytellers have the ability to improvise and good at gestures and facial expressions.

Kegiatan lainnya yang tidak memerlukan alat maupun biaya adalah mendongeng. Akan lebih menarik lagi jika pendongeng memiliki kemampuan berimprovisasi dan pandai memainkan gestur ataupun mimik muka.

DSCN3867.JPG

In addition to storytelling, a similar activity that children love is a puppet show. However, we must provide some props such as dolls or stage (if any). However, the presence of the property is in fact always successful in attracting the children and make them immerse in the story. This is the best time to include some values that can help children live their lives cheerfully again.

Selain mendongeng, kegiatan yang serupa yang disukai anak-anak adalah pertunjukan boneka. Memang kita harus menyediakan beberapa peralatan seperti alat peraga berupa boneka maupun panggung (jika ada). Akan tetapi, kehadiran properti tersebut nyatanya selalu sukses membuat anak-anak larut dan menghayati jalan ceritanya. Inilah saat yang tepat untuk memasukkan beberapa nilai yang dapat membantu anak-anak menjalani kehidupan mereka dengan ceria kembali.

puppet.jpg

Aceh has a lot of phenomenal dances. They are not only famous in Indonesia, but they are already acknowledged by international community. Dynamic movements and colorful costumes make Acehnese dances always steal the show. Therefore, dancing can be used as one of the psychological activities for children. They will make children cheerful and be able to enhance their dancing skills as well as cooperation with other comrades.

Aceh memiliki berbagai macam tarian yang fenomenal. Tak hanya terkenal di nusantara, tarian-tarian Aceh juga berhasil menawan hati masyarakat internasional. Gerakan-gerakan yang dinamis ditambah dengan warna-warni kostum membuat tarian Aceh selalu mencuri perhatian. Karenanya, tak salah jika menari sangat bisa dipilih sebagai salah satu kegiatan psikososial untuk anak-anak. Tak hanya membuat hati riang, tapi juga mampu melatih ketrampilan dan kerja sama kelompok.

P3130032.JPG

Drawing, painting, coloring is also the most popular variety of activities because it can be done anywhere, anytime. The equipment needed is not much, we only need pieces of paper and colored pencils or watercolors. Let the children pour their imagination, their sadness, or their dream on the paper.

wert433.jpg

Menggambar, melukis, mewarnai adalah ragam kegiatan yang paling populer karena bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Peralatan yang diperlukanpun tidak banyak, hanya kertas dan pensil warna atau cat air. Biarkan anak-anak menuangkan imajinasi mereka, rasa sedih mereka, ataupun mimpi-mimpi mereka dalam lembaran-lembaran kertas.

DSCN0916.JPG

In addition to paper, coloring or painting can use other media such as stones. This activity is called rock painting.

Selain kertas, mewarnai atau melukis bisa menggunakan media lain seperti batu. Kegiatan ini biasa disebut rock painting.

rock.jpg

P3100074.JPG

Hello, Smiles!

Psycosocial activities are much helpful to reduce the emotional burdens that the children suffer. Doing them together with other comrades will also enhance their creativity and cooperation skill as well as socialisation skill.

Aneka kegiatan psikososial seperti di atas akan mampu membantu mengurangi beban emosi anak-anak. Melakukan kegiatan bersama teman-teman juga meningkatkan kreativitas dan ketrampilan bekerja sama dalam kelompok serta bersosialisasi.

At the end of the day when the activity is over, we will be very touched to see bright smiles on each child’s face. We do hope those smiles will not fade away until they are grown up.

Di penghujung hari saat kegiatan selesai, kita akan terharu melihat senyum mengembang di wajah tiap-tiap anak. Semoga senyum-senyum cantik itu akan terus menghiasi wajah-wajah mereka sampai mereka besar nanti.

P2170074.JPG

Finally, I am hoping this post will inspire you. If disasters occur in your area, please do organize such psychosocial support activities for the victims, especially children as they are vulnarable, both physically and mentally. That way, they will be able to live their daily life with optimism.

Semoga tulisan ini bisa memberi inspirasi bagi teman-teman. Jika ada musibah bencana di lingkungan teman-teman, silahkan mengorganisir kegiatan psikososial untuk para korban, terutama anak-anak karena meraka sangat rentan, baik secara fisik maupun mental. Dengan begitu, mereka akan dapat menjalani hari-hari dengan optimis kembali.



Please follow @horazwiwik

Sort:  

Postingan yang sangat menginspirasi
Sukses selalu buat kak @horazwiwik

makasih byk ya ...

Inilah yang kemudian membuat saya dan barangkali kita harus mencontoh apa yang dilakukan Jepang saat negara mereka dihantam bencana. Bahwa hal pertama yang mereka khawatirkan beberapa saat pasca bencana adalah mengecek segala kerusakan yang menghantam dunia pendidikan (sekolah, guru dan murid) serta menyelamatkan anak-anak sebanyaknya dan memberi rasa aman bagi mereka. Karena saya pernah dengar satu hal tentang negeri matahari terbit ini, bahwa langkah tepat untuk menyelamatkan sebuah bangsa adalah dengan menyelamatkan pendidikannya. Dan untuk menyelamatkan pendidikan sebuah bangsa, maka menyelamatkan anak-anak adalah cara yang sangat tepat. Barangkali saat bencana tsunami 2004 lalu kita sedikit lengah tentang psikologis anak-anak. Namun kedepannya kita harus lebih sigap lagi untuk memperhatikan para korban bencana, terutama anak-anak. Super abis emak ini ahhhh.. Tabik Kak @horazwiwik.. :)

thanks for the lovely comments, @samymubarraq. Iya tuh, di Jepun kalo ada bencana, pasti yang ditanyain 'berapa jumlah guru yang selamat'. karena di tangan2 merekalah manusia2 berkualitas akan dihasilkan. kalo Tsunami di Aceh kemaren karena saking masifnya ya skala bencananya, jadi semua orang sangat shocked...

Iya Kak @horazwiwik.. Bencana di kita serba lebih. Lebih dahsyat, lebih tak siap diterima dan lebih lainnya. Dan semoga kita sudah belajar dari itu semua.. :)

Pengalaman ketika bekerja di NGO selepas bencana dulu, ya @horazwiwik. Seharusnya, pengalaman menangani korban bencana bisa melahirkan sebuah buku yang bisa menjadi referensi di berbagai negara yang rentah terhadap bencana.

iya begitulah bg @ayijufridar. Daripada cerita dan foto2 disampan di komputer, mending dishare di blockchain ini, siapa tahu ada yg terinspirasi hahaha.... wah, sayang sy ga pandai menulis, jd menulis buku itu out of my league :D