Bertemu Dengan Dokter yang Galak (pregnant)

in #pregnant7 years ago (edited)

Hai steemians, saya akan melanjutkan cerita pregnant saya yang sebelumnya, karna kaya merasa punya hutang kalo cerita ga kelar. biar steemians yang udah terlanjur ngikutin ga penasaran dengan endingnya.

Singkat cerita, Setelah baca-baca threads di beberapa website forum kehamilan, akhirnya kami memutuskan untuk tidak ke lab seperti yang dokter sarankan. Karna khawatir dokter mengambil tindakan yang terlalu dini sesuai dengan rencana dokter yakni: jika hasil lab ternyata negatif, maka akan diberikan obat peluruh atau jika perlu tindakan kuret, tetapi jika positif maka dokter akan memberikan obat penguat. Bayang-bayang kehamilan sebenarnya sudah jauh dari harapan. Karena kantung kehamilan yang sebelumnya terlihat jelas sudah tidak tampak lagi saat pemeriksaan. Tetapi karna pernyataan dokter tentang ketebalan dinding rahim yang hanya memiliki 2 kemungkinan, akan haid atau akan hamil. Maka harapan itu kembali muncul. Walaupun sebenarnya mustahil karna sejak keguguran saya belum pernah melakukan hubungan badan dengan suami. Banyak sekali kata "mungkin" yang terlintas di kepala. Mungkin pembuahan baru akan terjadi, mungkin memang sebenarnya sudah ada kantung tapi belum terlihat jelas, mungkin.... ahhh begitu banyakkkk sekali kata mungkin yang terlintas.

Saya dan suami memilih untuk tetap memperlakukan diri saya seperti saat masih hamil. Untuk jaga-jaga kalau saja benar, tapi tidak lupa juga untuk menyiapkan mental jika ternyata saya tidak hamil. Dengan ketebalan rahim sebesar 1,85 cm pada wanita normal biasanya akan mengalami haid tidak lebih dari 3 hari setelahnya. Karna ketebalan rahim wanita yang akan haid normalnya hanya mencapai 0,8cm - 1,2cm, sedangkan saya sudah jauh melebihi itu. Hal ini yang membuat saya merasa benar-benar hamil. Apalagi haid tidak kunjung tiba dalam seminggu lalu dua minggu. Walaupun tanda-tanda kehamilan tidak saya rasakan seperti sebelum mengalami keguguran. 20 hari setelah pertemuan itu, akhirnya saya mengalami flek. Sebenarnya ingin sekali langsung ke dokter khawatir terjadi keguguran, tapi kemungkinan itu adalah tanda haid juga bisa saja. Akhirnya kami putuskan untuk ke dokter di hari ke dua saja, karna jika benar saya haid, maka waktu terbaik untuk program hamil adalah saat haid hari ke dua.

Hari ke dua pun tiba, tapi darah haid hari ke dua yang seperti biasanya tidak keluar. Masih flek, dan keluarnya hanya disatu waktu saja. Akhirnya kami undur lagi sampai hari ke tiga ternyata masih flek juga. Saya jadi khawatir kalau saya memang benar hamil maka ini bisa berbahaya untuk kehamilan saya. Akhirny kami putuskan untuk ke dokter saat itu juga. Tapi sayangnya kami bukan ke dokter sebelumnya. Karna suami saya maunya harus dokter wanita, lalu kami menemukan sebuah rumah sakit umum swasta yang ada poly obgyn dan ditangani oleh dokter wanita. Kebetulan rumah sakit ini adalah rumah sakit favorit saya kalo saya sakit. Karna pelayanan dan keramahan semua karyawan dan dokter yang saya jumpai sangat baik. Jadi saya merasa seluruh dokternya juga pasti demikian. Mungkin saja rumah sakit ini mengutamakan pelayanan dan keramahan. Jadi seluruh karyawannya wajib bersikap ramah.

Sambil menunggu antrian, saya mencari tahu profil dokter yang akan menangani saya melalui googling. Saya tidak menemukan cerita yang menarik tentang dokter ini. Saya hanya menemukan satu data dan itupun berkaitan dengan masalah pidana yang sudah digelar dipengadilan. Tidak jelas itu perkara apa. Apakah beliau korban, pelaku atau saksi dalam kasus itu, saya belum sempat membaca semua, karna filenya berbentuk pdf yang harus didownload terlebih dulu. Dilihat dari fotonya, dokter ini masih muda, mengenakan hijab dan wajahnya terlihat judes. Tidak berapa lama seseorang keluar dari ruangan poli obgyn. Saya berusaha menebak dia siapa. Ya, saya tahu dia adalah dokter obgyn yang akan memeriksa saya. Dia sangat mirip dengan foto profile yang saya temukan digoogle, bedanya disini dia tidak mengenakan hijab dengan garis wajah yang tegas membuat dokter ini terlihat galak. Dengan alasan tidak ada cerita prestasi menarik tentangnya dan dokter tidak terlihat ramah, saya meminta suami untuk membatalkan rencana kami dan mencari dokter yang sudah terkenal saja. Suami saya juga merasakan hal yang sama. Takut usaha kami berujung sia-sia dengan hasil yang tidak memuaskan. Kami berdua merasa dilema, ke dokter yang sudah terkenal pasti tidak dapat antrian untuk hari ini, tapi kalo masih bertahan dengan dokter ini takutnya tidak memuaskan penjelasannya. Ahhhh... ya sudahlah. Kita jalani saja yang ini. Kita pakai prinsip dont judge the book by its cover. Semoga saja dugaan kita salah.
IMG_0179.JPG

Akhirnya nama saya dipanggil. Begitu masuk, saya melihat dokter sedang duduk didepan mejanya sambil menulis dan diapit dua suster. Tidak ada senyuman apalagi sapaan yang keluar darinya, menoleh sajapun tidak. Dia bertanya keluhan apa yang saya alami dengan tetap wajah menghadap kebawah sambil menulis sesuatu di kertas. Yang pasti dia tidak menulis tentang keluhan saya. Begini kira-kira percakapan kami:
Dokter : keluhannya apa?
Saya : saya sudah 3 hari ini mengalami flek, dan riwayat sebelumnya saya divonis keguguran. Anehnya saat... (terpotong)
Dokter : sudah testpack belum?
Saya : terakhir testpack 2 minggu yg lalu saat keguguran, hasilnya negatif Dokter : kalau testpack negatif ya negatif artinya anda tidak hamil. (Padahal dari semua sumber yg saya baca, termasuk dari dokter sebelumnya test pack belum tentu akurat, karna bisa saja kadar hcg terlalu rendah jadi tidak bisa dibaca oleh testpack)
Saya : tapi dok, bukannya... (dipotong lagi)
Dokter : ya sudah kita cek saja.

Suster mempersilahkan saya naik ke tempat tidur yang disediakan. Harapan saya dokter melakukan usg dengan trans v karna hasilnya akan lebih jelas dibanding dengan usg perut. Tapi ternyata alat yang digunakan adalah usg perut. Lagi-lagi saya kecewa. Saat diperiksa anehnya dokter tidak mengajak suami saya ikut melihat padahal tidak ada monitor yang bisa dipantau oleh suami saya dari tempatnya duduk. Saya yang berinisiatif memanggilnya saat dokter sudah mulai melakukan usg, karna sayapun tidak diperlihatkan monitor saat usg. Bagaimana kami bisa tahu kalau dokter tidak melihat sesuatu yang kami lihat atau sebaliknya. Berikut hasil usgnya:
IMG_0177.JPG

Dan tanya jawabpun dimulai:
Dokter : tidak ada kehamilan nih (sambil menggeser-geser stick diatas perut saya) Saya : ohhh, lalu bagaimana dengan dinding rahimnya dok? Apakah masih tebal?
Dokter : masih tebel nih
Saya : ketebalannya berapa dok? Dokter : ya... masih normallah... (sambil menyudahi usg)
Saya : (dengan kening berkerut, kok begitu jawabnya? Kok cuma sebentar usgnya) normalnya berapa dok?
Dokter : (kembali ke mejanya) ya masih batas normal saja
Suami : soalnya kami sudah ke dua dokter, dokter pertama memvonis istri saya keguguran dan harus dikuret, dokter ke dua bilang ada penebalan dinding rahim, mungkin bisa... (dipotong)
Dokter : ini saya resepkan pelancar haid saja mau?
Saya : (saya hanya mengangguk ragu) kira-kira ketebalan dinding rahim saya berkurang ga dok dibanding dua minggu yang lalu? ( padahal dokter belum tahu ukuran tebal rahim saya sebelumnya berapa)
Dokter : berkurang kok

Whatttt? Fixed ni dokter cuma ngarang. Saya sudah tidak bersemangat lagi untuk melanjutkan pertanyaan. Tapi suami masih ingin memastikan.
Suami : jadi dok, hasilnya gimana? Apakah istri saya harus dikuret atau tidak?
Dokter. : emang dokter sebelumnya bilangnya gimana? (Kok malah bergantung dokter sebelumnya)
Suami : dokter sebelumnya minta cek lab dulu karna untuk memastikan hamil atau tidak
Dokter : anda mau dikuret atau tidak? Kalau mau biar saya kuret. Tapi kalau tidak minum obat saja, obat ini tidak akan berpengaruh seandainya anda hamil. Tapi kalau ternyata tidak hamil baru dia berfungsi membersihkan rahim. (Seolah dia tidak yakin dengan vonisnya sendiri)

Akhirnya kami pulang tanpa menebus resep yang diberikan dokter. Jelas kami sangat kecewa, dan jawaban dokter sangat tidak memuaskan. Seperti pekerjaan yang sia-sia jadinya. Semoga saja tidak ada pasien yang menjadi korbannya karna dokter hanya sembarang mendiagnosa tanpa data yang akurat. Semoga juga ada dokter yang membaca tulisan ini, supaya mereka tahu rasa nyaman adalah yang utama untuk pasien. Kalau dokternya galak begini apalagi dengan ilmu yang kurang mana mungkin pasien akan kembali ke dia saat pasien membutuhkan penanganan dokter. Kesimpulannya masih belum ditemukan apakah happy ending atau sad ending. Tunggu cerita selanjutnya hehehe... tangannya udah pegel soalnya 😂

Breath is Grace... Keep Thank To Allah SWT...

IMG_0172.PNG