Jadi dua hari yang lalu adalah hari di mana aku menghadapi ujian praktik. Ya, ujian praktik seni budaya untungnya, jadi aku tidak perlu banyak mempersiapkan hafalan atau materi. Ujian praktiknya adalah batik celup, lumayan simpel. Setiap siswa hanya perlu membayar sebesar Rp12.000 untuk sebuah kain yang entah apa namanya karena aku lupa, dan tinta batik celup, agar tangan tidak terkena tinta maka disediakanlah sarung tangan plastik dan karet untuk membuat motif-motif yang bervariasi.
Namun karena aku tidak mempersiapkan apa-apa, bahkan apa yang akan aku buat/gambar dari batik tersebut pun tidak terpikirkan olehku. Saat aku lihat teman-temanku, mereka semua sudah mempersiapkan motif yang akan mereka buat dengan menggunakan karet yang dililit entah seperti apa dan kain yang digulung-gulung. Namun karena ini adalah ujian praktik, maka aku akan mencoba segalanya oleh diriku sendiri.
Walaupun sudah 30 menit aku berfikir, masih saja belum terbayangkan apa yang akan aku buat nanti. Akhirnya aku berharap penuh terhadap tangan-tanganku yang antusias bergerak dengan sendirinya tanpa memikirkan apa jadinya nanti. Aku melilitkan dua buah karet di dekat ujung kain yang berbentuk persegi, lalu aku buat jarak antar lilitan karetnya.
Setelah itu aku mencoba untuk memberikan tinta warna yang aku pilih dengan spontan di ujung lilitan karet tersebut, lalu digeserkan ke bawah sedikit dan aku berikan tinta warna lain, lalu digeserkan ke bawah sedikit lagi dan aku berikan tinta warna lain lagi. Begitu pula dengan lilitan karet lainnya dengan cara yang sama. Karena dirasa terlalu banyak "space" warna putihnya, aku berikan tinta warna yang aku pilih dengan spontan lagi di bagian ujung kain yang tidak dililit karet dan aku buat agar tinta yang aku berikan lumayan menutupi kain yang tidak diwarnai.
Setelah aku buka lilitan karetnya, sebenarnya aku terpukau oleh apa yang aku sendiri lakukan karena hasilnya lumayan bagus. Beberapa saat kemudian, aku menyadari bahwa motif yang aku buat menyerupai pembelahan suatu sel, dari situlah aku terpikirkan sambil tertawa, "Anak ipa ujian sbk jadinya gini ya?". Ya setelah itu aku perlihatkan kepada guruku untuk dinilai, lalu aku keringkan dan setelah kering aku bawa pulang kain "buatan anak ipa" tersebut.