Kotaku tak senyaman dulu
Pohon jiwaku telah ditebang
Tanah lapangku hilang beserta suara keheningan
Sungai yang mengaliri airmataku, terasa pedih
Kornea hatiku telah berubah merah darah
Hutan kesabaranku dibakar hangus ludes
Hingga meracuni paru-paruku
Kabut asap pekat membungkam celoteh bocah
Hingga tak mampu lagi untuk bercerita
Cerita nenek moyang yang menanami jiwa kita dengan pepohonan
Aku sungguh tak nyaman dengan kotaku yang baru
Panas, kering, kumuh, berdebu
Bahkan tak layak aku ceritakan pada anak cucuku
Aku harus bagaimana?
Bila kotaku tak seramah dulu,
Air sungai yang mengaliri airmataku
Telah berubah sebagai limbah perusak mata
Hutan yang dulu aku singgahi,
Daun-daun kehidupannya telah hitam, sehitam dukaku
Apalagi tanah lapangku
Telah keras sekeras beton,
Dengan pagar yang menyekat tawa sekaligus kecewa
Aku sungguh rindu dengan kotaku yang dulu