Bagaimana kabarmu sayang ?
Masih tentang hujan, deras atau pun gerimis.
Kamu tetaplah memiliki ruang tersendiri yang bersembunyi di balik gemuruh.
Luka, senang, sedih, dan bahagia, semua hanyalah dikotomi.
Tangis, curiga, dan air mata, semua hanyalah intuisi.
Masih tentang hujan, Aroma tanah basah dan dinginnya hati.
Telah menggigilkanku yang pernah hangat dengan ucapan Janjimu.
Walau semua itu palsu dan hanya semu.
Di bawah guyuran kamu berlarian mencari tempat berteduh dan berkata:
“Bersegeralah menengadahkan tangan, Inilah waktu yang tepat untuk bermunajat”
Tapi bagiku inilah waktu yang tepat untuk menyamarkan luka
Berharap dirimu tidak pernah tahu.
Kalau yang jatuh kala itu bukan cuma air hujan, tapi juga air mata.
Ya, Kamu tetaplah kamu yang tidak pernah peduli bagaimana lukaku.