Semula kata-kata
Terlahir sia-sia
Lalu datang peri
Membawa lari
Kata-kata menangis
Bak janin masih amis
Melihat dada asing
Memeluk kesepiannya
Cup cup cup...
"Duh, kata-kata malang.
Rahim mana yang tega
membuangmu sia-sia?"
Kata-kata hanya balita
Yang menemukan
kehangatannya
"Mulai saat ini, kau
tak 'kan kesepian lagi.
Di sinilah rumahmu.
Tempat kau pergi-kembali."
Kata-kata membuka mata
Ditemukan tubuhnya
bersama kata-kata lain
yang juga seumur janin
Sementara di beranda
Ibu peri menyusui
anak-anak kata
dengan dada penuh sepi
dengan tubuh penuh puisi
Sedang,
Bapak peri
entah dimana
entah kemana.