Berdesir napas sastra fi'li
kala ilusi menyusun asma puisi
sirr rahsa bergelayut kagum
memanen musim semi
nektar kangen bersemayam
suara ibu bumi manja merayu
memanggil, membaca nama perempuanku
Purba hasratku memeluk pesta-raya lamunan
menelusup penuh ke dalam detak nadi
singgah pada merah lakuna sukma
bergeming, semoga-ku mendekap tubuh malam
tangan-tangan kata menggambar purnama temaram
Mungkinkah... ku-nyala kembali, ilusi yang 'tlah berkabung ini?
... menghayal puisi bermekaran lagi.
Sungguhkah... batinku 'tlah hidup serupa itu, menanam hasrat menuju perempuanku?
Berdesir napas sastra fi'li
pada akhir yang tak ingin kutulis
mata langitpun menerjemah citramu dewi
dalam sunyi yang malam ciptakan
tiada fana, tanpa ritus yang melanggar aksamala
sukmaku terdiam dalam lamun waktu
kala sentuh-ku mengimani rahsa puisi
menunggu nyala terang purnama
di keabadian bunga ilusi.