Tegap cepat langkahnya
Mengais rezeki
Menggema Adzan seantero
Kota
Tak tersirat di hatinya
Untuk bersujud pada sang ilahi
Iniliah ia kini
Nafasnya berubah dengan asap
Matanya hitam menatap hampa pada jembatan massa depan yang tumpu
Berotasi pada intelektual
Yang hanya sekedar teori
Mengambang tak menentu arah
Saat surat kelulusan di ambang pintu
Entah kemana menuju pulang
Pada satu impian
Hidup tenang saat rambut
Beruban
Kini ia rasakan
Keringat bercucur deras
Hancur hitam legam kepalan
Lengan
Melekat pada tubuh sebuah kehinaan
Siang malam panas dingin
Melipat memeluk diri
Beralih fropesi
Beralih tak tik dimensi
Jatuh bangun mental sesak nafas
Sebuah topeng drama
Hiasan lengan tatapan sebelah mata
Jadilah ia begini
Legam hitam raut muka
Di paksa hancurkan jalanan
Layaknya hidup di perantauan....