ENTAH
Adakah kita berjalan diantara puing-puing kehancuran tahta
Atau kita hanya sekedar melawatinya dari waktu ke waktu
Tanpa peduli bagaimana tahta itu sendiri telah hancur berkeping karena termakan usangnya moral kita
Berliku jalan atau lurus hanyalah suatu manifestari
Tak lebih, juga tak kurang
Peradaban pun hanyalah sebuah sesembahan semu yang tak memiliki makna yang jelas, hanya sebuah ambigu.
Bila kita hanya mampu melihat kehancuran.
Lantas dengan bahasa apa lagi aku harus berteriak.
Telah serak suara ku.
Menolehlah sedikit saja
Lihat bagaimana tahta telah hancur
Jangan hanya bisa berbisik pada tetangga
Terkadang brader @lamkote berteriak pada tembok usang reruntuhan peradaban itu, hati-hati suaranya akan memantul balik ke wajahmu. jangan pula berteriak di padang savana, apa lagi padang pasir, hanya rerumputan dan pasir yang akan merasa gaungnya. Tapi teriaklah di telinganya, hingga mereka pekak, dan menghadau wajahmu dengan ketakutan yang dalam.
Saya dan kita semua juga bagian dari peradaban ini, jadi kita memiliki tanggung jawab yang sama dengan fungsi yang berbeda-beda, sesuai kadar kita.Sangat benar aduen @isnorman. Mungkin sekarang hanya ini cara yang bisa saya lakukan.
Tulisan keren
Posted using Partiko Android
Gmna kabarnyaThank's @jassy.
Kok belum tidur udah tengah malamAlhamdulillah baik mas @lamkote
Posted using Partiko Android
Maklum dah jadi kelelawar.
Hahahaa
Ntar paling jam dua baru pulang
Bangunkan dia dari impian belaka. Keren sangat Abang @lamkote
kata Iwan Fals, ini hanya celoteh cemas camar tolol