Adakah luka yang tak terasa sakit
Mampukah mata menahan linangan
Adakah hati yang tentram
Masih bisakah anggota dari badan bergerak dengan lincah
Saat sifat kebinatanganku, keluar
Ada, hanya dikamu wahai wanitaku
Rasa sakit, linangan air mata, ketentraman dan keleluasaan
Kau mampu menaklukkannya
Memberi senyum padaku dan berusaha membuatku tertawa
Belasan tahun, telah berlalu
Badai besar menerpa bahtera cinta
Terlewatkan dengan meninggalkan berjuta pengalaman
Menjadikannnya seolah kokoh bagaikan karang
Kau wanita aneh, yang kukenal
Saat mentari menyingsing, kau memulai pengabdian
Pengabdianmu kau akhiri saat kelopak mata, menutup
Berakhirkah pengabdian itu, tidak
Saat tengah malam sibungsu menangis minta netek
Belum sempat kelopak mata itu kau tutup, abang si bungsu minta temanin
Tiada henti pengabdianmu, wahai wanita aneh
Kau wanita aneh, yang kukenal
Makianku kau anggab hiburan
Kesedihanku, kau olah menjadi kebahagiaan
Itulah dia si wanita aneh, yang kukenal