Aku seorang musafir, yang menaruh hati pada sebuah oase di gurun Gobi.
Oase yang indah, yang selama ini selalu menjaga dengan baik keindahan-keindahan yang telah dianugerahkan Tuhan kepada nya.
Yang senantiasa menjaga kehormatannya. Yang selalu menjaga agar mata air didalam nya tidak dikotori. Yang selalu menjaga rindang pohon-pohonnya agar tidak ditebang. Yang selalu menjaga agar burung-burung yang bernyanyi di dalamnya tidak mati. Dari penyamun-penyamun yang ada di gurun pasir
Ingin musafir ini berteduh, menghabiskan sisa hidupnya di dalam oase tersebut. Meminum air sejuk yang mampu menenangkan jiwa.
Ini semua tentang kesabaran, kesabaran sebuah oase menunggu seorang musafir.
Kesabaran seorang musafir dalam memenuhi isi kepala dan jiwanya, agar mampu kembali menjumpai oase itu.
Kembali pada oase tersebut, bersama, memberikan penghidupan bagi setiap kafilah yang berada di sekitarnya. Hidup untuk menghidupi orang lain.
Untuk itu, musafir ini memilih bersabar, menyelami dalamnya ilmu dan mencari kelapangan jiwa agar mampu menebar manfaat, ketika nanti hidup bersama oasenya.
musafir ini ingin kagumnya pada oase itu berubah menjadi rasa cinta. Ia akan mencari tahu seberapa sejuk mata airnya, seberapa rindang pohon-pohonnya, seberapa indah nyanyian burung-burung yang hidup di dalamnya, dari pedagang-pedagang yang pernah tinggal di dekatnya.
Dia ingin rasa kagumnya berubah menjadi rasa cinta pada oase tersebut, Cinta yang dapat menuntunnya menuju cinta kepada Sang Pencipta oase tersebut.
Ini semua tentang kerelaan. Oase berhak memilih musafir mana yang bisa berteduh di bawah rindang pohonya. Yang berhak untuk mengambil sejuk air didalamnya.
Benar oase, pilihan ada padamu. Oase berhak menerima musafir mana pun untuk berteduh. Oase lah yang memutuskan musafir mana yang ia rasa lebih baik dan lebih pantas untuk menjalani sisa waktu dengannya.
Dan Musafir ini, ia tidak tahu apakah dia diterima oleh oase tersebut nanti.
Sesungguhnya, Tuhan yang menciptakan musafir dan oase ini adalah tuhan yang sama. Yang mampu mebolak-balikkan hati si musafir dan oase tersebut.
Untuk itu, si musafir memohon pada Tuhan mereka agar meridhainya sebagai musafir yang berteduh pada sejuknya oase itu, jika memang oase tersebut adalah yang terbaik untuk hidup dan mati nya. Dunia dan akhirat nya.
Si musafir itu ingin menyampaikan pada oase tersebut untuk juga memohon petunjuk Tuhan mereka. Memohon keridhaan-Nya agar menjadi sangtuari terbaik bagi musafir yang paling baik untuk hidup dan matinya, dunia dan akhiratnya
Menurut si musafir, tidak ada yang bisa menjamin kebaikan dan kemuliaan dirinya. Tuhan lah yang memberi petunjuk, Tuhan lah yang membolak-balikkan hati. Oleh karena itu, sandarkan lah pilihan pada Tuhan, karna dia yang maha mengetahui hal yang ghaib.
Terlepas dari musafir mana yang nantinya akan berteduh di dalam oase tersebut, si musafir ini berpesan kepada oase tersebut agar tetap menjadi Pelepas dahaga bagi orang-orang yang kehausan, Tetap menjadi penyejuk bagi orang-orang yang terbakar sinar matahari terlepas dari siapapun musafir yang akan berteduh di dalam oase tersebut.
Sungguh beruntung musafir yang pada akhirnya tinggal pada oase tersebut di tengah luasnya gurun Gobi.
Dan musafir yang menulis surat ini selalu berharap agar dijadikan orang yang beruntung oleh-Nya.
Krueng Geukueh, 26 Januari 2019