Sastra dunia mengenal pantun berkait asal melayu sebagai pantoum, serangkaian kwatrin (stanza 4 baris) yang saling berkait. Pola rimanya adalah abab.
Biasanya sedikitnya terdapat empat stanza dalam satu pantoum. Baris kedua dan keempat dari stanza 1 menjadi baris kesatu dan ketiga pada stanza 2, baris kedua dan keempat stanza 2 menjadi baris pertama dan ketiga stanza 3, dan seterusnya. Baris kedua dan keempat stanza terakhir merupakan baris pertama dan ketiga stanza 1.
[Stanza 1]
A
B
C
D
[Stanza 2]
B
E
D
F
[Stanza 3]
E
G
F
H
[Stanza 4]
G
I (atau A atau C)
H
J (atau C atau A)
Jika pada baris kedua dan keempat stanza terakhir bukan dari stanza pertama, maka disebut imperfect pantoum (pantun tak sempurna).
Di bawah adalah pantoum yang dibuat penulis sebagai contoh, terdiri dari 7 stanza.
KALAH USIA
berjalan jauh melemah tungkai
duduk terkapar menggantung lengan
tampangku lusuh macam keledai
usia tua rambut beruban
duduk terkapar menggantung lengan
perut membusung gelambir lemak
usia tua rambut beruban
nafas tersengal batuk berdahak
perut membusung gelambir lemak
pandangan sayu matapun rabun
nafas tersengal batuk berdahak
banyak begadang bertahun-tahun
pandangan sayu matapun rabun
sang dewi lalu takkan tersilap
banyak begadang bertahun-tahun
lihat yang ayu masihlah kalap
sang dewi lalu takkan tersilap
ternyata sudah ada yang punya
lihat yang ayu masihlah kalap
salah duga pria dandan wanita
ternyata sudah ada yang punya
tersilap mata jauh melangkah
salah duga pria dandan wanita
aku tertipu gincu nan merah
tersilap mata jauh melangkah
berjalan jauh melemah tungkai
aku tertipu gincu nan merah
tampangku lusuh macam keledai
Bandung, 3 Desember 2015
Kalau bentuk gurindam ? lupa Bu...