Ku sambung kata demi kata untuk menulis sebuah puisi...
Mengapa meluap rasa saja susah payah? Terasa bimbang membeku dalam pedih kalbu. Sungguh aku tak bisa memahami kelamnya keadaan yang semakin mencekam, menuntut diri menulis sebuah puisi
Syaraf-syaraf ku menjadi bisu diam tak menentu. Pikiranku menjadi layu mengingat senyum tawamu. Apakah aku kehabisan akal karena memikir keberadaanmu, kasih? Mungkinkah semua rasaku termakan oleh indahnya lekuk tubuhmu, kasihku?
Tidak, kurasa isi kepala masih harus di tuang dengan air yang berisi sobekan-sobekan kertas
Tenanglah kasih, ini semua bukan perkara kau. Aku sadar diri kepalaku masih terasa nyaring bunyinya
Suatu saat kasih, sebelum jemari kita keriput dan pipi indahmu kian mengendur
Suatu saat kasih, sebelum gigi-gigi kita ompong dan rapuh termakan usia
Aku akan mengukir puisi indah untuk kau nikmati di kala usia senja
Aku akan mengukir puisi indah agar menemani kau di kala aku pergi
Dua belas pas, Januari 2018