Miris sekali rasanya saat saya membaca sebuah tulisan di beranda akun sosial seorang teman. Dengan judul Negeri Tanpa Ayah, tulisan tersebut membahas bagaimana peran ayah di keluarga masyarakat Indonesia kebanyakan. Ayah yang melepaskan tanggung jawab mendidik anaknya secara penuh pada istrinya. Saya melihat fenomena yang sama di Aceh, dan rasanya cukup menyesakkan.
Bagaimana tidak, kaum Adam di Aceh secara umum lebih senang menghabiskan waktunya di luar rumah. Sudah sibuk seharian bekerja, pulang ke rumah untuk makan dan istirahat. Me time-nya pun cukup sering, bahkan hampir setiap hari, yaitu menghabiskan waktu berjam-jam di warung kopi.
Urusan anak siapa yang dibebankan? Tentu saja istri! Jika istri ibu rumah tangga penuh, maka dalil suami sudah lelah mencari nafkah adalah senjata paling ampuh yang dilontarkan. Namun, jika istri juga bekerja, maka dalil anak-anak memang tanggung jawabnya istri adalah jawaban yang kerap dinyatakan.
Jika memperhatikan pola hidup masyarakat di Aceh, khususnya Pidie, pagi-pagi buta para ibu yang katanya IRT, sibuk menyiapkan segala kebutuhan anak dan suami, bahkan ada yang sibuk turun ke sawah. Sementara para ayah, pagi-pagi buta sudah bertandang ke warung kopi di kampungnya untuk menikmati secangkir kopi dan beberapa potong kue. Pulang ke rumah untuk kemudian bersiap-siap berangkat ke tempat kerja. Jika ayah seorang pegawai, maka sejak pagi telah meninggalkan rumah.
Bekerja seharian di luar, jelas menguras banyak energi dan menimbulkan lelah jiwa dan raga. Maka, saat berada di rumah, yang benar-benar diinginkan adalah istirahat, tanpa adanya gangguan dari manapun. Anak-anak juga didokrin untuk takut pada ayah, sehingga jangankan untuk bersenda gurau, menyapa ayah-pun rasanya menakutkan.
Padahal, Al-quran mengajarkan sebaliknya. Ingatkah kita pada sosok Luqmanul-Hakim? Seorang ayah yang Allah abadikan namanya menjadi salah satu surah dalam Al-quran. Mengapa bisa? Allah contohkan kepada kita tugas seorang Ayah yang sesungguhnya melalui kisahnya dalam mendidik anak-anaknya.
Di antara nasihat Luqman yang terdapat dalam surah Luqman antara lain sebagai berikut.
- Jangan mempersekutukan Allah (Luqman 31:13).
- Berbuat baik kepada kedua orang tua (Luqman 31:14).
- Sadar bahwa manusia berada dalam pengawasan Allah (Luqman 31:16).
- Dirikan salat (Luqman 31:17).
- Berbuatlah kebaikan (Luqman 31:17).
- Jauhilah kemungkaran (Luqman 31:17).
- Sabar menghadapi cobaan dan ujian (Luqman 31:17).
- Jangan sombong (Luqman 31:19).
Jika waktu ayah untuk anak saja sangat minim, kapan ia bisa memberikan nasihat-nasihat kebaikan untuk anak-anaknya. Jika ia terlalu menjaga wibawa dan jarak dengan anaknya, bagaimana mungkin anaknya memiliki kedekatan dan kelekatan padanya.
Akankah para ayah zaman now, mampu meneladani Luqman, menjadikan dirinya pendidik utama anaknya yang hidup di era penuh kerusakan. Karena seorang Ayah, akan jelas dimintai pertanggungjawabannya kelak atas istri dan anak-anaknya.
Maka, wahai para ayah, pulangkah ke rumahmu. Bersamailah tumbuh kembang anakmu, bermainlah dengan mereka, bersenda guraulah secara santun dengan mereka, dan tanamkanlah nilai-nilai kebaikan dalam setiap kebersamaanmu dengan mereka.
pesan yang baik.. thanks
Welcome. Saling mengingatkan hal2 baik juga anjuran agama @emisa
Congratulations @muazzah04! You received a personal award!
Click here to view your Board
Congratulations @muazzah04! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!