Menjadi Pendaki, Safety bukan Selfie

in #pendaki7 years ago (edited)

20171223_070916.jpg

by : Hamdan cha

Cerita ini aku tuliskan setelah melihat pendaki yang kesusahan di gunung. Survive di gunung memang sangat mengasyikan bagi sebagian orang, termasuk aku. Menjadi seorang pendaki bukanlah untuk keren-kerenan, ada hal yang lebih indah dari sekedar selfie. Merasakan suara angin menyapa daun, melihat burung bertebangan bebas, menghirup oksigen yang dihasilkan pohon, serta melihat langit cerah dan dihiasi bintang pada malam harinya.

Puncak adalah bonus, karena proses saat kita melangkahkan kaki setapak demi setapak itulah kenikmatannya. Mengalahkan ego untuk menang sendiri, memastikan sahabat kita dalam baik-baik saja, disitu akan memperkuat ikatan persahabatan. Menyapa pendaki lain jika saling berpapasan, menawarkan makanan dan minuman. Menjadi pendaki yang bisa menikmati proses, berawal dari persiapan yang matang.

Karena sekarang tidak sedikit aku temukan pendaki nekat, yang justru menyusahkan mereka sendiri. Bagaimana bisa pendaki terjebak kehujanan ditengah perjalanan, kehabisan bekal atau bahkan mendaki malam tanpa senter. Aku heran dengan yang mereka pikirkan, padahal gunung itu bukanlah mall yang semua bisa dibeli dengan uang.

Kalau boleh aku ingin sedikit berbagi pengalaman, ini cerita waktu aku mendaki Gunung Ciremai via Palutungan. Singkat cerita, kami baru selesai mendirikan tenda di POS Pesanggrahan (POS terakhir diperbolehkan camp). Langit juga sudah mulai gelap, karena sore dan awan yang hendak menurunkan hujan. Sepuluh menit setelah tenda terpasang, aku dan dua temanku memasak.

Kemudian di luar tenda terdengar suara orang minta tolong, temanku langsung mengeceknya, "Siapa?" tanyaku. "pendaki lain, 1 cowok 2 cewek. kehujanan" jawab temanku panik. kemudian kami mengajaknya berteduh, tapi mereka nggak mau masuk, mungkin karena pakaian yang basah kuyup sehingga takut membuat tenda kami basah. akhirnya kami memberikan makanan dan jas hujan. kemudian kami sarankan supaya mereka minta tolong ke kelompok pendaki lain yang jumlahnya lebih banyak, dengan perlengkapan yang lebih ektra, "Masih kuat berjalan nggak? mereka tidak jauh koq dari sini, paling dua belokan dibawah" kataku. "Kalau tidak kuat istirahat aja dulu disini,"lanjut temanku. Kemudian selang berapa lama, mereka melanjutkan perjalanan turun.

Setelah mereka pergi ke bawah, temanku merasa heran, "Koq berani sekali ya nekat seperti itu?, sudah tidak ada yang bawa tas sama sekali." Rupanya mereka memaksa pergi ke puncak dan baru turun sore hari, padahal cuaca sedang tidak bagus saat itu. Selain mereka bertiga, ternyata dua temannya sudah turun lebih dulu, koq bisa berpisah seperti itu yah. Waktu sudah malam, semoga mereka bertiga mendapatkan bantuan untuk menginap.

Untuk membayangkannya saja aku sudah merinding, kehujanan di tengah gunung tanpa jas hujan dan jalan yang gelap tanpa senter, ditambah kehabisan bekal waw.... jangan sampai kejadian itu menimpaku.

Singkat cerita, saat kami perjalanan turun. Kami bertemu kembali dengan mereka, dan dua perempuan yang kemarin kami bantu harus dibawa pakai motor untuk turun. semoga ini menjadi pembelajaran bagi kita semua.

Mejadi pendaki juga harus bisa membagi jadwal, kapan kita istirahat dan kapan kita jalan. Makan juga harus dibagi, mana yang untuk sarapan, mana yang untuk siang dan mana yang untuk malam. dan kita juga harus punya planning B, jika ada sesuatu yang terpaksa diubah, misal karena faktor cuaca atau cedera ringan.

So, menjadi pendaki safety jelas sangat nyaman dan menyenangkan. Jangan hanya karena berburu selfie, hingga mengabaikan perlengkapan.
Salam lestari.....

20171224_062431.jpg
ini aku (kanan) dan dua temanku, Noval Fansuri dan Usfatul Aeni

Sort:  

Kagak percaya bangets. Pasti banyak foto. Alasan aja masukin sedikit foto. Tu di leptop mau dikemanain foto-fotonya hahahahaha

Becanda. Makasih nasehatnya. Tapi mendaki bareng kamu itu berat. Lebih baik aku mendaki bareng Milea. Biar kamu sama Dilan saja ya hahahaha

Poto tuh wajib bang, cuma nggak jadi prioritas. sekedar buat laporan ke basecamp. hahaha

wah, apakah kita sedang merencanakan perpisahan Dilan dan Milea, bang @andrianhabibi?