ISTILAH Pelakor belakangan ini kian membumi, bahkan salah satu stasion televisi swasta mengemas sinetron dengan judul Orang Kita, Kenapa? apakah menjadi pelakor itu kian yang makin ngetrend atau hanya karena istilah Pelakor itu beken? Saya juga tidak tahu, entahlah. Buang-buang waktu kalau harus memikirkan hal itu siang malam. hehe.
Nah, pada tulisan ini saya hanya ingin mengajak kita menguji logika. Sebutan Pelakor (perebut laki orang) itu disematkan kepada wanita yang menjalin hubungan dengan pria beristri. Walau sudah disingkat menjadi Pelakor, sebutan itu tetap makna sebenarnya itu merendahkan.
Sahabat Stemian, salahkan Pelakor itu?. Bagaimana kalau wanita itu ternyata hanya korban? korban dari pria beristri yang kadang mengaku single, atau pura-pura sudah pisah dengan istrinya.
Bayangkan ada seorang wanita lugu polos dan baik didekati oleh seorang pria beristri, dia dirayu dengan berbagai jurus agar mau menjadi istri atau pacarnya. Namun saat si lugu ini sudah membuka hati dan menjalin hubungan baru diketahui jika pria idamannya sudah beristri. Pasti kebayang sakitnya. Ditambah lagi dengan label pelakor yang disematkan padanya.
Lalu pertanyaan mendasarnya adalah kenapa selalu wanita yang disalahkan, kenapa seolah-olah pria beristri yang selingkuh dianggap menjadi korban?
Wanita pada dasarnya menggunakan kelembutan hatinya dalam menyikapi segala sesuatu sehingga rawan tertipu. Terutama tertipu oleh gelagat seseorang terutama pria yang hidungnya hitam putih (belang). Memang bukan tidak ada wanita yang sengaja merebut suami orang seperti di film-film demi harta.
Cerita ini logika belaka, jangan ditanggapi serius kali. baca dari pertama sampai habis dengan senyum. Jangan baper karena tulisan ini dibuat asal jadi tanpa referensi.