Adalah sangat tidak mungkin bahwa anda akan menggunakan hakama anda, menggantungkan katana anda disisi pinggang anda, dan berjalan-jalan di jalanan bersiap-siap untuk menggunakan ketrampilan iaijutsu anda untuk membela diri atau membela orang yang tertindas seperti di zaman para samurai dulu. Lalu apa manfaat latihan iaijutsu?
Kenyataan bahwa anda tidak akan mungkin pernah terlibat dalam suatu pertempuran pedang yang sebenarnya, secara bertentangan, adalah merupakan manfaat terbesar dari latihan pedang! Mereka yang berlatih seni beladiri yang mempunyai aplikasi praktis modern, seperti karate-do atau judo, terlalu sering menjumpai diri mereka sendiri terlibat dalam ketrampilan untuk mengembangkan aplikasi beladiri fisik dari seni bela diri mereka sehingga mereka melewatkan atau memandang sepele pelatihan mental dan spirit mereka.
Secara alami, sebagai seni beladiri yang sangat di ritualkan, yang memiliki langkah yang sedang, dan tanpa aplikasi “jalanan” secara nyata, iaijutsu memberikan suatu lingkungan yang ideal untuk memperbaiki disiplin mental dan spiritual. Semua seni beladiri seharusnya mengembangkan kualitas-kualitas ini, namun sedikit sekali yang menekankan kualitas-kualitas tersebut di dalam praktek di zaman modern ini.
Hal ini bukan berarti bahwa iaijutsu itu tidak praktis atau tidak bermanfaat - samasekali tidak! Iaijutsu mengembangkan kualitas-kualitas yang bukan hanya bermanfaat untuk bela diri, jika diperlukan, tetapi juga meningkatkan pengalaman kehidupan sehari-hari seseorang. Untuk alasan inilah di dalam seni beladiri yang tampaknya “tidak praktis” ini adalah jauh lebih praktis dibandingkan mempelajari teknik-teknik “perkelahian-jalanan” untuk seseorang kecuali preman.
Budo no Arikata
Tujuan Seni Beladiri
Untuk memahami fungsi pelatihan seni beladiri, kita hanya perlu memahami tujuan seni beladiri tersebut: untuk menang!
Sederhana sekali.
Secara bersamaan, hal tersebut ternyata jauh lebih rumit. Secara nyata, kita mempelajari suatu seni beladiri adalah untuk menang dalam suatu pertempuran. Kita pasti tidak akan menghabiskan waktu bertahun-tahun latihan hanya untuk di kalahkan! Walaupun demikian, pelatihan seni beladiri melibatkan hal-hal yang jauh lebih banyak daripada hanya belajar bagaimana melukai atau membunuh orang lain dalam pertempuran.
Suatu legenda Jepang berabad-abad yang lalu, menceritakan ada dua samurai yang hubungannya lebih dekat dibandingkan saudara sendiri. Ketika mereka berdua sudah dewasa dan bersiap-siap untuk melakukan musha shugyo mereka – perjalanan yang biasa dilakukan oleh samurai untuk menyempurnakan keahlian mereka – jelas kelihatan bahwa jalur yang mereka ambil akan memisahkan mereka untuk beberapa tahun. Maka, sebelum berangkat mereka berjumpa di suatu aliran sungai kecil yang tenang dan berjanji untuk bertemu lagi di tempat yang sama duabelas tahun lagi untuk membagi cerita tentang latihan dan pengalaman mereka. Sesuai dengan janji mereka, mereka kembali ke pinggiran sungai tepat pada hari yang di janjikan duabelas tahun kemudian, tetapi mereka menemukan bahwa hujan akhir-akhir ini telah membuat arus sungai yang kecil menjadi aliran yang sangat deras, menghalangi jalan mereka ke tempat yang sama di pertemuan terakhir mereka.
Bertekad untuk berbuat sesuai dengan isi surat dan spirit sumpahnya, dan untuk mempertunjukkan ketrampilannya yang luar biasa yang telah di kuasainya selama berpisah dua belas tahun, seorang samurai berlari ke sungai dan melakukan suatu lompatan yang spektakuler yang berhasil membawa nya menyeberangi aliran sungai yang mematikan itu ke sisi lain yang aman. Lompatan tersebut melebihi record Olympic saat ini, dan pastilah akan membuat kagum teman nya. Sebagai gantinya, samurai yang lainnya dengan santai berjalan beberapa langkah ke hulu dan menyewa seorang tukang perahu untuk menyeberangkan dia ke seberang dengan hanya membayar 5 mon (kalau zaman sekarang kemungkinan sekitar Rp. 1.000,- untuk jasa menyeberangi sungai).
Ketrampilan yang mana seseorang harus menghabiskan waktu nya seumur hidup dengan pengorbanan dan pengabdian agar bisa menguasainya, bisa ditiru dengan tanpa susah payah dengan hanya membayar beberapa rupiah saja. Sama halnya, apabila tujuan kita melulu hanya untuk membunuh orang, kita dapat dengan mudah membeli sebuah pistol, daripada harus menginvestasikan waktu kita bertahun-tahun dalam pelatihan. Maka, pelajaran pertama iaijutsu adalah, membuat diri kalian sendiri yakin bahwa latihan yang akan kalian tempuh akan mendatangkan manfaat.
Berikutnya, kita harus menyadari bahwa “menang” adalah bukan selalu mengalahkan seorang lawan; tetapi menyempurnakan diri anda sendiri – karakter pribadi anda, juga keahlian anda – kepada tingkat yang mana seorang lawan tidak akan mampu melawan anda. Sekalipun begitu, menang adalah masih lebih dari pada ini.
Di dalam iaijutsu, ada pepatah yang mengatakan: “kachi wa saya no naka ni ari” (“Kemenangan datang saat pedang masih di dalam sarung nya”). Ketrampilan fisik saja, tak peduli bagaimana sempurnanya, tidaklah cukup. Selalu akan ada seseorang yang lebih ahli, atau seseorang dengan suatu muslihat kotor yang mana tidak anda perhitungkan. Tetapi sikap adalah lebih penting daripada ketangkasan di dalam pertempuran yang sebenarnya. Kita semua tahu mengenai pertempuran antara David dan Goliath, di mana pihak yang tidak diunggulkan mengalahkan seorang lawan yang jauh lebih kuat melalu kebulatan tekad dan kepercayaan yang tulus.
Tanpa adanya keberanian atau kebulatan tekad untuk menggunakan suatu keahlian, keahlian yang sangat tinggi akan menjadi sia-sia. Akan sama halnya seperti melukis suatu karya agung (masterpiece), kemudian menyimpan nya di mana tak seorangpun yang dapat melihat nya. Ini bukan hanya suatu pemborosan waktu, bakat dan usaha, tetapi hilangnya sesuatu yang berharga bagi umat manusia.
Maka, tujuan iaijutsu yang lebih tinggi adalah untuk mengembangkan pikiran dan spirit seorang warrior (samurai), yaitu suatu sikap dan kekuatan karakter yang akan memenangkan pertempuran bahkan sebelum pertempuran itu dimulai. Ini adalah bukan suatu hal yang sederhana untuk dicapai. Ini membutuhkan waktu bertahun-tahun latihan sehari-hari untuk memperkuat sifat-sifat ini dan untuk membersihkan diri sendiri dari reaksi dan sikap, seperti kemarahan, ketakutan, egois, kecemburuan, dan benci, yang sangat counter-produktif (tidak produktif) atau self-destruktif (merusak diri sendiri).
Lebih jauh lagi, menang haruslah di capai tanpa berusaha untuk menang! Sekali lagi, konsep ini pada mulanya tampak berlawanan. Bagaimana mungkin anda bisa menang jika anda bahkan tidak berusaha untuk menang? Jawabannya adalah bahwa kunci untuk memenangkan suatu pertempuran adalah kebulatan tekad yang kuat untuk tidak kalah.
Ini lebih dari sekedar suatu perbedaan semantik; ini membutuhkan suatu pergeseran fokus dan komitmen yang mendalam. Apabila anda berusaha untuk menang, anda akan cenderung untuk mengambil resiko yang tak perlu dalam kebulatan tekad anda untuk mengalahkan lawan anda. Tetapi apabila sebaliknya anda bertekad untuk tidak kalah dalam pertempuran, anda mempunyai keuntungan dalam menanti lawan anda untuk melakukan kesalahan sehingga anda kemudian bisa memanfaatkan nya untuk mencapai kemenangan.
Bagaimanapun juga, latihan iaijutsu masih menuntut suatu tujuan yang lebih tinggi dan lebih mulia dari pada hanya masalah menang (atau kalah) dalam pertempuran. Ahli Siasat Cina yang hebat Sun Tzu berkata bahwa prinsip paling tinggi dalam Seni Perang adalah untuk memenangkan suatu pertempuran tanpa bertempur. Ini adalah cita-cita iaijutsu yang sesungguhnya, sebagaimana diwujudkan dalam huruf kanji Cina untuk “seni beladiri” (“martial arts”): Bu-Jutsu, lambang kanji yang kita terjemahkan sebagai “beladiri” (“ bu” seperti di dalam bujutsu/budo) dibentuk dari dua karakter kanji: “tomeru” (mencegah) dan “hoko” ( konflik)
Oleh karena itu, terminologi “seni beladiri”, sejak dari waktu yang paling awal, sungguh-sungguh telah berarti “Seni Mencegah Konflik.” Cara pelatihan Iaijutsu untuk memenuhi cita-cita ini hanya dapat ditemukan dengan memahami cita-cita dasar seni beladiri.