Mengawali pendakian ini, kami melakukan doa bersama. Pendakian ini tidak akan sampai puncak tapi sebatas Ranu kumbolo dengan alasan terbatasnya waktu dan ada kesibukan lain yang menanti. Esok, jika masih ada waktu, kami akan kembali lagi untuk melakukan perjalanan sampai ke puncak. Esok tidak pernah ada yang tau tapi kami tau harapan itu sudah kami gantung di atas langit dan selalu ada keajaiban yang akan terjadi. Selalu ada hal tak terduga yang datang dan mimpi itu akan menemukan jalannya.
Bismillah. Kami melakukan perjalanan. Menyusuri jalanan setapak dengan ransel di bahu masing-masing. Menyapa satu dua pendaki yang kami temui atau jika sempat menanyakan dari mana mereka berasal. Berhenti sejenak melepaskan lelah, menghirup nafas dalam-dalam dan mengumpulkan kembali tekad kemudian melanjutkan perjalanan.
Selama perjalanan, hal baru yang aku ketahui tentang Mahameru adalah adanya penjual yang menjajakan makanan. Ada gorengan yang tidak akan mungkin kamu bisa santap dalam keadaan panas karena di sana gorengannya dingin seperti di masukkan ke kulkas. selain itu ada juga semangka yang sudah di potong-potong beberapa bagiannya dan ini menjadi favorit. Di Aceh jika kamu mendaki, hal seperti ini tidak akan pernah ada. Aku tertawa lucu.
Naik kemudian turun dan naik kembali dan turun kembali dengan jalan memutar, akhirnya kami melihat Ranu kumbolo. Perjalanan yang panjang hingga akhirnya senyum kami merekah. Akhirnya sampai. Sebuah kepuasan yang dalam. Sedalam rasa takjub yang hadir, dimana sebelumnya aku tidak pernah tau akan sampai kemari, jauh di sana di pulau Sumatra di daerah yang terkenal karena tsunami, Aceh. Di dalam kamar yang dindingnya sudah banyak ku coret mimpi-mimpi tak kasat mata. Di langit-langit kamar yang sudah penuh kugantung angan-angan. Aku sampai kemari di waktu senja.
Mendirikan tenda dan memasak untuk makan malam. Terima kasih untuk chef Annas yang memasak dengan baik. Aku masih ingat rasa pudding yang di buatkan sebagai makanan penghangat sambil menatap bintang. Luar biasa, aku terpesona, sebelumnya aku belum pernah melihat bintang sebanyak dan seindah ini. aku akan selalu merindukan malam itu dan mensyukurinya.
Bagian lain yang memukau adalah suasana pagi. Ketika asap melingkupi danau Ranukumbolo dan udara pagi yang jauh dari kata polusi. “Subhanallah, sesuatu” menirukan kata-kata yang sering di ucapkan Syahrini-penyanyi Indonesia-. Setelah puas menikmati pemandangan tersebut, seperti pagi biasanya di rumah. Aku akan menuju toilet untuk hajat yang perlu di tuntaskan dan disinilah aku berdiri terpaku, di depan pintu toilet yang kamu pasti akan paham sendiri bagaimana wujud dan bersihnya. Lah namanya juga toilet umum dan letaknya juga berada di gunung.
Mencoba beberapa kali masuk dan dalam hitungan detik langsung berlarian keluar. Aku tidak tahan bahkan tidak cukup bisa tahan untuk menggambarkan bagaimana kondisi toilet darurat itu. Jalan terakhir yang bisa di tempuh adalah mencari semak-semak yang menutupi aktivitas aku nantinya dengan keramaian orang-orang yang mendaki dan pastinya jauh dari tenda-tenda para pendaki. Akhirnya lega. Mencuci tangan dan kembali ke tenda untuk memasak sarapan dan ternyata di sana teman-teman sudah melakukan aksi memasak untuk pagi ini. menimbrung dan membantu bagian yang belum selesai, selebihnya menonton.
Pagi ini kami di penuhi keceriaan. Tertawa bersama tentang masakan kak Mawaddah-salah satu teman di tim mendaki kami- yang menggoreng sosis dan beberapa teman lainnya yang merasa itu hal lucu. Menyeruput sup buatannya chef Anas yang ala kadarnya karena di posisi berada di gunung tapi tetap enak. Kami menyantap sarapan dengan tenang dengan pemandangan Ranu kumbolo yang mengagumkan.
Sebelum pulang, kami memutuskan menambah sedikit lagi bagian pendakian di tanjakan cinta. Tanjakan cinta ini sangat terkenal dengan mitosnya yang mana bagi siapapun, jika menaiki tanjakan cinta ini dan selama pendakiannya terus memikirkan orang yang dicintainya maka cintanya akan terwujud. Syaratnya hanya tidak boleh melihat ke belakang. Disini kak Mawaddah dengan semangat ’45 melakukan pendakian dan aku serta mas Anas yang bertugas merekam aksi tersebut tertawa cekikikan. Sebuah perjuangan cinta.
Di atas tanjakan cinta, aku kembali terpukau. Sungguh kuasa Allah atas segala yang ada di langit dan di bumi. Kita manusia terlalu kecil untuk merasa hebat. Sebuah pelajaran dari perjalanan singkat ini. bergegas dan pulang. Segalanya tertinggal di pinggiran danau Ranu kumbolo. Sebentuk kenangan yang tidak akan di lupakan dan seikat rindu yang maharindu untuk kembali.
Tanjakan cinta tanpa Alang biasa aja
Alang sedang berkelana mencari jalan pulang :D
ranu kumbolo sangat indah