Entahlah. Aku tak mengerti tentang hubungan yang pernah terdekap erat yang kini dengan ego menumbuhkan ilalang-ilalang disela jerami tajam yang menusuk-nusuk hingga membuat aku tergores luka dengan tiba tiba.
Meman Kuncup bunga mawar merah yang menyelipkan cinta itu kini memaparkan duri-duri tajam yang mengiris dengan lincah tiap perasaan yang sudah beribu lamanya coba ditanam. Gundah, perih, rasa terapuh yang kukiaskan dengan senyuman manis memang cukup mengibaratkan kata topeng yang kini bermukim untuk waktu yang cukup lama dalam diriku. Aku tak tau kemana lagi menapak, sebab jejak-jejak kakiku telah tersapu arus kuatmu yang menggulung untuk memintaku pergi.
Ada banyak hal yang ingin kugapai agar sisa-sisa amarah itu segera redam. Tapi awan menggetir. Hujan selalu datang bergantian menyeka air mata yang tak tumpah dari sudut mata. Hingga pada akhirnya bekasan kenang itu masih belum menghilang dengan hujan yang perlahan tak lagi deras.
"MAAF" Ucapan itu selalu bersemedi di mulut manisku yang tentu selalu kukatakan padanya. Jika pada akhirnya sayap-sayap kokoh yang selalu kuperjuangkan kini patah, aku hanya bisa terisak menonton ia perlahan pergi. Aku telah mencoba menahan nya terbang dan pergi, tetapi sayap itu melawan dan ingin pergi dari sisi ini. Aku tersipu lemah, pada siapa aku harus bercerita. Aku ingin terbang jauh iya jauh sekali tapi aku terjatuh karna sayapku sebelah telah pergi bersamanya. Sampai kapan aku begini, aku masih ditempat ini menunggu sayap itu kembali, berjam, berhari berbulan bahkan bertahun mungkin sayap itu enggan kembali padaku..
Entah sayap itu telah lupa atau benci padaku. Aku ingin sayap itu bisa jadi miliku lagi. Tapi entah kapan aku tak tahu, sungguh aku sangat merindukan sayap itu kembali kepadaku seperti hari hari dulu. Sungguh aku ingin itu~~
Salam dariku @dekka