Duhai steemians, entah kenapa tadi sore saya begitu "melankolis". Maka teringatlah sebuah ungkapan klasik soal kehidupan sosial kita. Para endatu sudah cukup santun dalam menyusun ungkapan itu. Dalam kehidupan nyata, kita jamak mendapatinya.
"Mulia Wareh Ranup Lampuan, Mulia Rakan Mameh Suara.."
Kita sudah sering mendengar analogi kehidupan. Makanya, saya pun tak ingin sedetail mungkin menjabarkan lagi apa yang sudah kita pahami. Tapi setidaknya, kondisi-kondisi seperti ini sudah biasa dalam rangkaian kehidupan.
Akhir-akhir ini, entah kenapa kemulian wareh (kerabat) itu tidak ditentukan oleh ranup lampuan atau sirih dalam cerana. Atau kemuliaan rakan (sahabat) untuk pada manisnya suara. Manis disini bisa ditafsirkan dalam banyak ragam. Keramahan, kebaikan, kepedulian atau macam hal lain yang membuat rakan itu menjadi mulai.
"Mungken nyoe dijak rakan u rumoh, manok-manok dara tasie keu teumon bu cot uroe.."
"Bah pih droe teueh ta pajoh eungkot masen di malam..."
Kondisi pajoh eungkot masen ini bisa kita jabarkan laksana, "bu beungoh di Garot, bu seupot u Keumala..." Betapa tidak enaknya kondisi yang diungkapkan dalam hadih maja Aceh ini.
Tapi, kemuliaan itu -- semoga tidak benar --- sudah ditentukan oleh tebalnya isi dompet. Ini fenomena milineal yang tak terbantahkan. Hidup zaman edan, hepeng mangatur negarawon. Ini ungkapan usang dari Negeri Batak. Dan, faktanya juga begitu. Tapi uang abang ku tendang, bila ada uang abang ku bawa pulang.
Lalu, kemulian pada rakan zaman sekarang dibuktikan dengan seringnyanya bertukar kabar. Hidup dalam zaman android, jangan bilang dekat dengan sesorang bila tak punya nomor kontaknya. Atau tidak pernah sama sekali bertegur sapa melalui pesan singkat alias es-em-es.
Saling memberi kabar, sepertinya sudah menjadi bentuk kemuliaan pada rakan di zaman terkini. Apalagi, bila domisili para rakan tidak berdekatan, tak bisa dijangkau dalam medio 12 jam perjalanan darat. Maka es-em-es menjadi pengganti kunjungan.
Karena itu, selanjutnya, saya "menukar" ungkapan warisan nenek-moyang dengan bahasa baru sesuai zaman:
"Mulia Wareh Dompet Teubai, Mulia Rakan Es-em-es Teuka"
Semoga anda tidak setuju dengan saya. Sebab ini adalah coretan di ujung senja.
like it my grand mother
yeach, my grandmother also likes it,
up vote me
aktif that mantong rupajih
han jeut peu keundo, hehehe
lon ka keundo 😂
Hehehehe
Seru ta baca tulisan kali nyoe bg... Mengalir meunan. Sang beutoi2 menghayati... :D
hana, cuma bek kosong jatah esteem mantong nyan, hahaha