Saya termasuk salah satu orang yang suka menonton TED/TEDx. Acara tersebut selalu menghadirkan orang-orang yang (buat saya) menginspirasi, terutama jika ada pembicara di bidang sosial dan lingkungan. Kemarin siang, seorang teman menyarankan saya untuk menonton TEDx Teen: Lauren Singer.
I am a kind of person who love watching TED/TEDx. Because it always present an inspiring person, especially on social and environmental issues which I passionately work for it. My friend suggested me to watch a TEDx Teen: Lauren Singer.
Lauren merupakan alumni dari New York University, jurusan studi lingkungan. Di usia mudanya, dia pernah menjadi Manager bidang keberlanjutan di Perlindungan Lingkungan, New York. Ia juga menulis di blognya www.trashisfortossers.com, aktif di youtube dengan akun Trash is for Tossers, dan memiliki usaha produk organik:
The simpy co.
Lauren is the alumni of NYC on environmental studies. At her young age, he was a Sustainability Manager at NYC Department of Environmental Protection. She is also the author of her blog www.trashisfortossers.com, actively share her ideas on her you tube account "Trash is for Tossers" and handle a shop of organic products The simply co.
Hal yang menakjubkan adalah ditengah gemerlapnya New York, ia mencoba untuk hidup ramah lingkungan. Hal ini bermula saat ia duduk di bangku kuliah, belajar segala hal tentang lingkungan, lalu saat ia pulang ke rumah dan membuka kulkasnya, ia melihat banyak sekali makanan dengan bungkusan kemasan plastik. saat itu, ia tersadar bahwa percuma ia hanya belajar tentang konservasi, jika tidak menerapkan teori yang telah ia dapatkan di bangku kuliah dalam kehidupannya sehari-hari.
It's amaze me how she live a zero waste life style in the middle of the sparkling NYC. It started since she was a student at her college. She went home, open her refrigerator and found lot of food with plastic bags. At that moment, she realized that it was useless to learn conservation, without implement the theories she has gained in college in his daily life.
Sejak saat itu, ia mencoba berkomitmen untuk hidup dengan mengurangi penggunaan kantong plastik, dimulai dari diri sendiri. Ia memilih untuk berbelanja sayur dan buah di pasar tradisional yang makanannya tidak dikemas, ia membawa tas belanja sendiri, ia membawa botol minum untuk membeli kopi, hingga membuat pasta gigi, lotion, dan deodorant sendiri. Berikut videonya videonya:
Since, she tries to commit to reduce plastic bags start from herself. She chose to shop vegetables and fruits in farmer markets where food was not packaged, she brings her own shopping bag, she brings a bottle to buy coffee, make her own toothpaste, lotion and deodorant. Here's the video video:
Lauren berpikir bahwa jika ia selalu mengganti pasta gigi, lotion, dan deodorant, berarti ia juga menambah produksi sampah. Jadi ia membeli bahannya, seperti baking soda kiloan dengan jumlah banyak (tanpa kemasan plastik), pengharum, dan minyak kelapa organik. Lauren juga menggunakan reusetampon saat ia menstruasi.
Lauren thinks that if she always replaces toothpaste, lotion, and deodorant, it means she also adds waste production. So she bought the ingredients and make it herself. Furthermore, she have her own decision to freely change the parfum whenever she wants to. She also uses a reusable tampons as she is menstruating.
Sebenarnya, saya juga pernah melihat teman yang menggunakan pembalut berkali pakai saat masih SMP. Saat itu, yang saya pikirkan adalah kenapa harus ribet mencuci pembalut, kalau ada yang praktis. Nah, sekarang saya menyadari bahwa ternyata pola hidup dulu adalah pola hidup yang berkelanjutan. Pola hidup zero waste.
Actually, I have seen that kind of tampon when I was on Junior High School. At that time, I thought why would I need to be complicate my self while I have that practical instant tampon to use. Nah, now I realized that the previous way of life is a sustainable life. A zero waste life style.
New York juga memberikan kemudahan untuk hidup dengan prinsip zero waste, disana ada supermarket yang jika konsumen mau berbelanja maka harus membawa tempatnya sendiri. seperti di video ini:
New York also provides the convenience to live by the principle of * zero waste *, there is a supermarket that if consumers want to shop it must bring its own place. as in this video:
Kita juga bisa melakukan hal seperti yang dilakukan Lauren dengan berbelanja di pasar tradisional dan membawa tas dan tempat sendiri untuk menampung belanjaan. Oh, dan ini tips apa saja yang perlu disiapkan untuk berbelanja dengan prinsip hijau:
We can also do as Lauren does by shopping at traditional markets and carrying our own bags and places to accommodate groceries. Oh, and these are tips on what to prepare for shopping with green principles:
Sebenarnya, hidup dengan prinsip hijau adalah hal mudah yang bisa teraplkan dalam kehidupan sehari-hari. Yang paling penting adalah kemauan dan komitmen. Tidak harus langsung berubah dalam segala hal. Cukup dimulai dengan membawa tas belanja dan botol minum sendiri saja dulu. Gimana menurut kalian?
Actually, living with the green principle is an easy thing that we can implement in everyday life. The most important is willingness and commitment. It does not have to change in every way. We can start by bringing our own shopping bag and drinking bottle. What do you think?
Cheers,
Nanda Mariska
Postingan yang luar biasa bermakna 🙌🙌🙌👍👍👍👍👍
Makasi Bang Don, semonga menginspirasi :D
Kak Nanda, saya juga suka nonton TEDX
Oyaaa? Sejauh ini, siapa yang jadi favorit?
TEDx Bandung kak, Sujiwotejo ..Yang asing banyak yang ingat nama dan masih meraba-raba bahasa Inggrisnya
Oiyaa, yg dia jelasin ttg Matematikaan gt kan? Jd keliatan asik Matematikanya krn penjelasan beliau
Iya kak.. sekarang liat sampah pun ada matematikanya hahahah
Congratulations @mariskananda! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP