Ini adalah Idul Fitri pertama saya Steemit, dan tentunya menjadi kebahagiaan sendiri karena bisa menambah banyak silaturahmi baik teman maupun keluarga di manapun berada. Ada banyak sekali pengalaman, peristiwa dan juga karya berguna bermanfaat yang bisa dipetik baik selama ini, dan bagi saya pribadi, ini sangat membantu diri saya sendiri belajar banyak dan terus memperbaiki diri. Namun sebelum lebih lanjut, saya ingin mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri dan 1439H. Mohon maaf lahir dan bathin, maafkan segala salah yang dibuat sengaja tak sengaja dan yang disadari maupun tak disadari.
Seperti kebiasaan setiap tahun, menjelang lebaran adalah waktu yang luar biasa repot dan melelahkan. Saya anggap sebagai ujian Ramadhan, karena memang membutuhkan sekali kesabaran dan kemampuan menguasai diri pada saat-saat seperti ini. Bagaimana tidak? Biasanya ada yang membantu membersihkan rumah, giliran menjelang Lebaran, yang biasa membantu libur dan pulang kampung, kan? Tuan Putri yang biasanya sibuk kerja dan sampai ke rumah bisa langsung tidur dan istirahat, mau tak mau harus turun tangan sendiri membersihkan rumah, memasak, mencuci baju, dan lain sebagainya. Ditambah dengan persiapan hidangan makanan dan segala macam kue serta hidangan pada saat lebaran, semakin minta ampun rasanya, yah?! Belum lagi setrikaan yang bertumpuk, aduh!!!
Jujur saja, saya keteran banget menjelang Lebaran kali ini. Ada banyak sekali kegiatan yang harus dilakukan di luar rumah, ditambah lagi dengan pekerjaan di rumah, bisa dibilang saya tidak sanggup untuk membuka Steemit seperti biasanya. Jangan menulis, untuk membaca tulisan teman-teman dan bercanda ria di group pun sepertinya sudah tidak sanggup. Pola tidur yang kacau balau karena ada banyak sekali yang dipikirkan dan dikerjakan, juga membuat diri harus memaksakan diri lebih banyak istirahat dan tetap memiliki semangat serta tenaga untuk menyelesaikan segala sesuatunya. Maklum saya ini kalau sudah membersihkan rumah, susah juga berhentinya. Lebih baik tidak menyentuh sama sekali atau bisa terus berhari-hari tidak berhenti membersihkan rumah. Ada saja yang ingin dibersihkan, gemes!
Anyway, bukan ini yang ingin saya ceritakan di posting kali ini, tetapi ada pemikiran yang mengganjal di dalam benak saya pada saat malam takbiran. Ada yang hilang dari kebiasaan malam takbiran di kota Bandung, tempat saya tinggal. Rumah saya berada di atas bukit dan bisa melihat sekeliling kota Bandung, Cimahi, bahkan sampai ke daerah Lembang, sehingga setiap ada perayaan pada malam Tahun Baru, Imlek, dan juga takbiran, saya bisa melihat semua kembang api yang dipasang di mana-mana. Biasanya, saya dan anak-anak selalu menanti di teras atas lantai 3, sambil duduk-duduk dan ngemil untuk melihat suasana, dan begitu juga pada malam takbiran kemarin. Saya sudah berencana untuk naik ke atas juga.
Anehnya, biasanya dari selepas Isya sudah langsung banyak yang menyerukan takbir, tetapi kemarin seperti agak terlambat. Masjid besar di sekitar rumah saya cukup banyak, mulai dari masjid kompleks, masjid Darut Tauhid, masjid Perumahan tentara, kampus UPI dan kampus-kampus lainnya, serta masjid di perkampungan semuanya sama, mereka tidak langsung takbir. Saya tidak tahu apa alasannya, tidak juga melihat berita, siapa tahu memang ada keterlambatan pengumuman, kan? Namun tetap saja bagi saya ini agak aneh.
Keterlambatan itu membuat saya pun jadi sedikit ragu untuk naik ke atas, apalagi kemudian saya tidak mendengar banyak petasan dan kembang api yang meletus. Biasanya sangat ramai dan tidak henti hingga menjelang subuh, tetapi kali ini hanya sedikit banget. Ada perasaan senang juga sebetulnya, karena jadinya tidak terlalu ribut dan saya bisa lebih tenang, tetapi tetap saja rasanya aneh. Sama seperti malam pergantian tahun baru yang lalu, kembang api dan petasan juga tidak sebanyak seperti biasanya. Saya pun jadi berpikir, apa ini tanda memang orang sudah paham betapa sayangnya membakar uang percuma atau memang karena saat ini ekonomi sudah semakin sulit sehingga orang tidak memprioritaskan lagi bersenang-senang dengan kembang api dan petasan?! Bisa jadi memang karena sedang susah uang, yah!
Saya pun menengok-nengok ke jalan dan mencari-cari keramaian, memang tidak seramai seperti biasanya. Tahun-tahun yang lalu, perumahan tempat saya tinggal ramai sekali karena merupakan jalan pintas orang yang mau pergi menuju Lembang, dan malam takbiran adalah salah satu malam yang biasanya macet dan gaduh kendaraan lalu lalang di sekitar perumahan. Apalagi karena rumah saya juga dekat dengan Masjid dan pesantren Aa Gym, jadi biasanya selalu saja ramai, tapi kali ini tidak. Tetangga-tetangga yang biasanya juga pada sibuk dengan tamu dan keluarga, terlihat dari deretan kendaraan bermotor di depan rumah-rumah, kali ini juga biasa saja, tidak ada bedanya dengan hari-hari yang lain. Jadi, nih, sepanjang malam takbiran saya malah berpikir soal masalah ekonomi negeri ini, deh! Hedeh, susahnya menghindarkan diri dari hal ini.
Setelah semua acara shalat Ied di masjid-masid selesai, saya pun segera berkunjung ke rumah beberapa orang tetangga yang memang sudah tua. Kebetulan saya hanya sendirian saja bersama anak-anak di rumah, ibu dan adik-adik serta keluarga saya yang lain sedang di Jakarta, sehingga ya kami lebaran sendirian saja. Begitu juga dengan para tetangga yang sudah sepuh dan jauh dari anak-anak dan keluarga, mereka juga hanya sendirian saja, tidak pergi ke mana-mana dan menunggu anak-anak serta keluarga mereka datang agak siang. Jadi saya pun sesegera mungkin mampir dulu, sebelum ramai dan biar bisa berbincang dan basa basi. Maklum kalau ketemu orang yang sudah tua, kita harus sopan, mereka biasanya senang bila diajak ngobrol dan kalau ada yang mau mendengarkan mereka bicara. Mereka sudah kesepian dan memang banyak yang masih "post power syndrome" juga.
Perbincangan soal sepinya malam takbiran dan masalah ekonomi tidak bisa lepas begitu saja, karena ternyata bukan hanya saya saja yang berpikir yang sama. Mereka pun sempat bertanya, kenapa takbiran kali ini bisa dibilang jauh lebih sepi dari biasanya. Soal ekonomi, menurut mereka itu sudah dirasakan oleh semua kalangan, bukan hanya mereka yang di bawah saja tetapi juga sampai ke kalangan atas.
Yang paling parah tentunya kalangan ekonomi menengah, yang pengeluaran dan maunya banyak, tuntutan juga banyak, tetapi penghasilan yang semakin lama semakin menurun. Untuk menurunkan standard sulit, maunya menaikkan terus standard, tetapi untuk mempertahankan standard pun sudah beratnya minta ampun. Jangankan membuat hidangan sebanyak biasanya, menurut perbincangan para tetangga saya ini, tidak ada lagi kebiasaan membeli pakaian baru saat Lebaran. Pakai pakaian yang ada saja, dan kalau pun beli tidak yang harus sampai berlebihan. Menurut mereka, prioritas harus utama, dan sepertinya karena susah uang, maka yang penting-penting saja dulu yang dilakukan. Urusan pakaian, hidangan, dan lain sebagainya, bukan hal yang wajib, itu hanya faktor kebiasaan saja.
Seorang tetangga yang biasa berjualan properti jua mengeluh karena sudah lama tidak bisa menjual atau menyewakan rumah kliennya. Menurut dia, konsumen dari dalam negeri merosot drastis dan beruntung bila dapat konsumen dari luar negeri, itu baru enak. Yah memang bisa diperhatikan juga dari penjualan rumah di sekitar rumah saya saja, sudah harganya dipangkas hampir setengah dari awal harga dibuka, tetap saja banyak yang masih terpampang papan dengan tulisan "dijual". Malah ada yang sudah sampai 'desperado' banget, yang penting dikasih uang dulu sedikit untuk kehidupan sehari-hari, rumah boleh ditempati, tapi tetap tidak ada yang mau juga. Kasihan juga!
Buat saya sendiri sangat terasa sekali, karena pendapatan makin sulit sementara pengeluaran ampun-ampunan meningkatnya. Listrik saja, dari yang biasanya per bulan paling banyak Rp. 600.000,- sekarang tiap bulan bisa mencapai Rp.700.000,- lebih. Dalam setahun ini, harga beras saja sudah naik berlipat-lipat, dari tahun lalu beras Rp. 11.000,-/kg sekarang harus saya beli antara Rp.13.500,- - Rp.14.000,-. Untung di rumah saya walaupun orangnya banyak, tetapi bukan pemakan nasi yang banyak, satu karung 25 kg baru habis satu bulan lebih, terbayang kalau keluarga yang banyak makan nasinya. Jangan tanya soal urusan masak dan pengeluaran sekolah anak-anak, wah bisa sakit kepala kalau tidak biasakan diri tenang dan belajar hemat. Uang satu hari Rp. 200 ribu itu sepertinya amat sangat kurang, karena untuk masak satu hari saja paling tidak sekitar Rp.75.000,- harus keluar, kecuali mau irit dengan hanya makan sayur-sayuran. Itu masih bisa sekitar Rp.25.000,-. Jadi harus pintar-pintar banget mengaturnya.
Ya, entahlah apa semua ini mau diakui atau tidak oleh pemerintah dan masyarakatnya sendiri. Barangkali ada juga yang merasa bahwa keadaan ekonomi tidak ada yang buruk bahkan membaik, segala kemungkinan tetap bisa ada. Yang pasti, memang ada banyak perubahan suasana malam takbiran dan Lebaran kali ini. Mau mengeluh juga tidak baik karena hendaknya disyukuri saja semua yang ada, tetapi tidak ada penyakit yang bisa diobati kalau tidak mau mengakui sakit, kan?! Semoga saja apa yang terjadi saat ini juga bisa menjadi berkah yang bermanfaat, sebab susah itu bukan berarti kemudian harus menderita, ada banyak hal lain yang bisa dipetik. Contohnya adalah kita jadi belajar untuk bisa memilih prioritas dan hidup berhemat, tidak berlebihan, dan juga bisa menikmati segala yang ada dengan lapang dada. Kalau terus ikuti keinginan, mengeluh, mencaci-maki, dan sampai frustasi lalu nekat melakukan hal-hal yang tidak baik hanya karena urausan uang, ya buat apa juga, malah akan semakin merusak dan menghancurkan diri sendiri. Ya, kan?!
Sekali lagi, mohon maaf lahir dan bathin. Selamat Idul Fitri dan selamat juga berkumpul dengan keluarga, kerabat, dan handai taulan. Ekonomi sulit, bukan berarti kita tidak bisa bahagia, kok!
Bandung, 16 Juni 2018
Salam hangat selalu,
Mariska Lubis
Saya pikir cara memilih judul yang dilakukan @mariska.lubis sangat bagus, ini bisa jadi strategi menarik minat untuk membaca tuntas tulisan ini sekaligus berbagi sudut pandang.
Judul yang dimulai dengan tanda tanya (?) Biasanya digunakan seorang penulis untuk membuka ruang diskusi baik dengan bacaan yang sedang dihadapi ataupun berdialog dengan dirinya sendiri untuk menentukan sikap mau menerima atau menolak ide kreatif yang ditawarkan seorang penulis lewat tulisannya. Tentu baik menerima maupun menolak pastilah sudah dihadirkan indikator-indikator yang sudah diyakini masing-masing person
Ya judul itu penting dalam setiap tulisan apalagi untuk menarik perhatian jika menulis di dunia maya.
Selamat lebaran. Mohon maaf ya Teh...
sama-sama, mohon maaf juga yah...
Saya mengucapkan selamat hari lebaran untuk mbak ayu @mariska.lubis beserta keluarga. Mhn maaf lahir batin ya. Salam kangen dari jauh
Sama-sama maaf lahir bathin juga. Duh pasti dirimu masak yg spesial nih buat hari raya.
Wah sudut pandang yang masuk akal. Beberapa cerita kawan yang berkunjung ke tanah Abang katanya disana baru semarak setelah thr turun padahal biasanya menjelang lebaran orang sudah mengansur kebutuhan tapi ini tidak.
Moga selalu ada jalan keluar untuk Indonesia tercinta ini kakak.
Minal Aidin wali Faizin juga kakakku
Kawan-kawan yang jualan pakaian juga banyak yang mengeluh hal sama, biasanya mereka panen pas lebaran, tapi kali ini hanya ada kenaikan penjualan sedikit sekali... semoga saja yah ada perbaikan yang signifikan.
mohon maaf lahir dan bathin yah...
Mohon maaf lahir dan batin ya Teh..
sama-sama, mohon maaf lahir bathin juga ya...
Minal Aidin wal faidzin ya teh.
Semoga tahun selanjutnya perekonomian akan membaik dan tentunya kita bisa kembali merasakan lebaran tahun depan dengan lebih meriah.
Amin... Semoga ada perbaikan di masa mendatang... Mohona maaf lahir bathin yah...
Kondisi ekonomi masyarakat menjelang dan saat lebaran kata pengusaha bagus @mariska.lubis, dimana tunjangan hari raya (THR) untuk PNS dan pensiun mendorong roda perekonomian saat libur Lebaran. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani, saat hadir di open house Lebaran Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya mengatakan, kondisi ekonomi saat libur Lebaran ini cukup positif, bahkan lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Ini karena ada tambahan tunjangan dalam komponen THR PNS.
"Kondisi ekonomi bagus ya, sekarang ini yang positifnya itu karena ada ke-13 dan tambahan THR itu lumayan lah jadi lebih baik dari tahun lalu. Itu yang mendorong konsumsi," kata Hariyadi saat berkunjung ke rumah dinas Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Jakarta, Jumat (15/6/2018).
Hariyadi mengatakan momentum pencairan THR para PNS ini sesuai dengan libur panjang cuti Lebaran yang diberikan oleh pemerintah. Beberapa sektor yang cukup terdongkrak mulai dari perhotelan, ritel, dan hiburan.
"Karena gaji ke-13 dan THR jadinya pas momentumnya, kalau belum keluar THR mungkin situasinya sama atau bahkan turun dibanding tahun lalu. Itu di sektor leisure ya, hotel, restoran, destinasi wisata, supermarket, dan lainnya," kata dia.
Namun demikian, kondisi itu lebih banyak dinikmati sektor ekonomi di daerah. Sebab, pada libur panjang ini masyarakat banyak melakukan mudik ke kampung halaman.
"Kalau di Jakarta sepi, itu lebih ke daerah. Jadi THR dan gaji 13 untuk daerah membantu banget," tuturnya.
Ya itu uang rakyat juga yg dibagikan untuk THR pegawai negeri dan semoga saja jerih payah rakyat untuk pemerintah digunakan sebaik-baiknya untuk semua.
selamat lebaran... mohon maaf lahir batin ya teh 😊
Mohon maaf lahir bathin.
hmm orang-orang sekarang lebih tertarik beli gadget flash sale di online shop mungkin daripada beli kembang api. Malah ada salah satu e-commerce yang growth transaksi nya 6x lipat dari lebaran taun lalu, amazing. Gak akan lama lagi planet bumi bakal jadi digital hehe
Mohon maaf lahir batin kak @mariska.lubis
Kayaknya yah... Gadget bisa dipakai untuk hal-hal yang lebih berguna daripada membakar uang lewat petasan dan kembang api... Selamat Idul Fitri dan mohon maaf lahir bathin.
Selamat lebaran kk. Mohon maaf lahir bathin 🙏🏻🤝😇
Makasi banyak udah diperkenalkan dengan Steemit ini 😉😘😊
Sama-sama, maaf lahir bathin dan selamat bersenang-senang di Steemit.
Mohon maaf lahir dan batin teh mariska.
Kalau di daerahku masih banyak petasan+ kembang api teh, tapi orangnya yang pada ga ada, krn pada kerja keluar....karn cari krjaan yang semakin sulit sdang biaya hidup yg makin besar.
Hehehe... Sayang yah, mending uangnya buat didonasikan ke yang gak mampu. Btw, mohon maaf lahir bathin ya.
Ya. Negeri ini memang masih keteteran dengan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.
Postingan yang mengingatkan untuk kegidupan kedepan agar lebih baik.
Selamat Idul Fitri.
Salam KSI
Irman Syah | @mpugondrong
Memang menyedihkan kondisi negeri ini dan tugas kita semua unthk berupaya memperbaikinya. Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan bathin.
Mohon maaf lahir dan bathin Kak @mariska.lubis
Sama-sama, mohon maaf lahir bathin.
Mohon maaf lahir & bathin kak. Tp lebaran x ini mmg sedikit beda, suasananya beda, terasa ada yg kurang memang. Biasanya kami ngumpul sambil ngejek satu sama lain, tp x ini terasa lbh kaku. Mgkn krn gak semua ngumpul.
Hehehe saya juga hanya sama anak2 saja, dan yang berbeda karena suasana di sekitar yang berbeda saja dari biasanya. Maaf lahir bathin juga ya.
Selamat idul fitri kak @mariska.lubis
Pantauan hari kedua lebaran di Indonesia khususnya daerah kakak bagaimana? Apakah ada peningkatan aktivitas?
Selamat Idul Fitri... Bandung biasanya macet hari kedua, kali ini biasa saja.
Selamat hari raya kak dari kami di aceh.
Selamat Idul Fitri, maaf lahir bathin.
Saya suka itung²annya mbak.
Minal Aidin wal Faizin juga mbak
Tapi Kami Aceh tetap dengan budaya Meriam Bambunya. Hehehee
Hehehe... Seru juga yah meriam bambu... Mungkin lebih murah dari kembang api juga karena bahan2nya bisa didapat mudah murah, dan rakit sendiri.
Prosesnya yang super mahal mbak. Hehehe
Maaf lahir bathin kak @mariska.lubis
Di kampung saya kata ibu juga sepi banget tidak ada gemlegar kembang api seperti biasanya. Dan daya kunjung tetangga sekarang ke rumah tetangga juga g seantusias dulu. Dulu waktu lebaran akan banyak anak kecil yang datang sekarang bisa dihitung jari. Lebaran seperti hari2 biasa saja, sakralnya hanya terasa saat malam takbir. Hehe
Iya memang saya juga di rumah jadi terasa sepi... Mohon maaf lahir bathin ya.
Sama2 kak @mariska
Mohon maaf lahir dan batin teh🤗😊
Sama-sama, mohon maaf lahir bathin juga.