[Camera Maker : Canon EOS 800D, Location : Aceh Jaya]
Mengetahui bahwa @thekitchenfairy sedang mempersiapkan beberapa hal untuk perayaan Hallowen dan Entah dorongan apa yang membuat jari jemari ini ingin sekali "membelai" tombol-tombol keybord laptopku dan mengajak pikiranku berdendang riang dengan sejumlah kalimat yang akan kutuliskan berikut ini.
Disana, di luar negeri memang ada perayaan yang konon adalah perayaan yang berasal dari bangsa Celtic, nenek moyang bangsa Eropa yang kemudian menyebar sampai ke benua-benua lain seperti Amerika dan Australia. Festival Halloween sendiri dirayakan dengan menggunakan kostum-kostum bercita rasa "seram". Tapi, ada tapinya ya. Tulisanku kali tidak sedikitpun akan menyentuh, mengulas dan membahas tentang perayaan itu. Justru kata "Hallowen" ini mengingatkan aku pada daerah tercinta dimana aku dilahirkan. Ya, Dataran Tinggi Gayo dengan kekayaan budaya dan alamnya.
"Hallo wen, nge ke semiyang ?, Terdengar suara ringkih dari pesawat telepon, saat seorang ayah berbicara dengan anak pertamanya yang kini sedang menempuh pendidikan tinggi di salah satu kampus terkenal di Banda Aceh. Suara itu memang kerap terdengar di smartphone sang anak saat subuh dan setelah magrib. Meskipun kadang si Anak merasa bosan, namun Sang Penelpon sepertinya tidak pernah bosan untuk menyapa si Anak di waktu tersebut.
Pernah suatu ketika si Anak merasa jengah karena si Ayah menelpon saat si Anak sedang sibuk sekali, ada peninggian intonasi suara dari si Anak kepada si Ayah yang berada di ujung telepon. "Ayah, aku lagi sibuk, apakah ayah tidak bisa menelepon nanti..!", begitu sang anak berkata lelaki yang sudah tidak muda lagi itu. si Ayah yang mengetahui bahwa anaknya merasa terganggu dengan telponnya meminta maaf seraya berkata "baiklah wen, jika nanti kamu sudah selesai denga kegiatanmu, segeralah melapor kepada-Nya dan...", belum lagi kalimat sempurna diucapkan, si anak telah terlebih dahulu mematikan telponnya.
Namun yang terjadi, si Ayah setelah mengukur waktu dan merasa tepat untuk menelpon kembali anaknya tersebut dengan pertanyaan pembuka yang sama. "Hallo wen, nge ke semiyang ?. Jawaban si Anak membuat hati si Ayah begitu gembira. "Nge ayah, ben ilen mari semiyang aku." Mendengar jawaban itu, si Ayah segera berterimakasih kepada anaknya dan meminta izin untuk menutup telpon. Lalu hari berikutnya juga berjalan sebagaimana biasa, si Ayah tetap menelpon anaknya dan anaknya selalu menjawab telepon dari si Ayah.
[Camera Maker : Xiaomi Note 3 Pro, Location : Central Aceh]
Cerita illutrasi di atas mungkin akan membingungkan para pemirsah esteemian bukan ? saya tidak bingung karena saya adalah orang Gayo dan mengerti arti dari percakapan di atas. Baiklah, saya akan menjelaskan sedikit bahwa dalam konteks kekinian, sudah lumrah saat ini kita melakukan komunikasi melalui pesawat telpon, smartphone atau handphone. Cerita di atas adalah tentang Seorang Ayah yang berada di Aceh Tengah dan selalu berusaha menelpon anaknya sekedar memberitahukan dan mengingatkan anaknya untuk tidak lupa dalam mengerjakan shalat 5 waktu. "Hallo Wen" berarti "Hallo Anak Lelakiku" sebuah panggilan dari ayah kepada anak. Wen artinya panggilan untuk anak lelaki di dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah. Sedangkan "Nge ke semiyang ?" artinya adalah "Apakah kamu sudah shalat ?
Ya, cerita di atas adalah bagaimana sikap dan pendirian ayah dalam mendidik, membina dan mempersiapkan anaknya untuk lebih dekat dengan Sang Maha Pencipta Manusia dan seluruh mahluk hidup, menunaikan kewajiban shalat adalah sebuah keharuan dan hal termudah yang bisa dilakukan agar kita semakin dekat dengan Sang Maha Bijaksana. Penting untuk diketahui, bahwa dahulu setiap ayah atau orang tua akan harus bersusah payah dalam membina komunikasi jarak jauh dengan anak kecuali dengan menjenguknya secara langsung.
Dahulu, banyak pelajar dari Tanah Gayo yang harus berlinang air mata saat mendapat perintah dari "Sang Jenderal" (baca:ayah) agar segera menjauh dari istrinya (baca: ibu kandung). Bukan tanpa sebab, bagaimanapun tidak berada di dekat ayah dan ibu adalah hal tersulit yang harus diterima dan dituruti saat "Jenderal" sudah memberi ultimatum merantau dan sekolah. Jarak yang jauh serta transportasi yang sulit saat itu, membuat orang tua dan anak hanya bisa berjumpa kurang lebih 6 bulan sekali. Sekarang ? sepertinya jarak dan waktu bukan lagi sebagai hambatan, media komunikasi banyak ragamnya saat ini. Jadi tidak ada lagi hal sulit bagi orang tua untuk bertemu dengan anak yang sedang berada jauh dari negeri kelahirannya.
[Camera Maker : Canon EOS 800D, Location : Aceh Jaya]
Berada jauh dari anak, membuat orang tua terkadang risau tentang kondisi anaknya di perantauan. Maka komunikasi menjadi faktor penentu bagi keberhasilan anaknya sekaligus keberhasilan orang tua. Lho kok bisa ? Alasannya adalah saat anak bersama orang tua secara fisik, maka kekurangan anak bisa dilengkapi oleh orang tua, hal yang belum diketahui oleh anak, orang tua bisa memberikan pelajaran dan pengisian terhadap jasmani dan ruhani si anak. Namun saat berjauhan ? Kontrol itu hampir tidak ada lagi. Telepon dari si Ayah kepada si Anak di atas adalah sebagai salah satu kontrol ruhani bagi si anak dan juga kontrol komunikasi antara anak dan orang tua.
Bagaimanapun orang tua tetaplah orang tua, mereka adalah guru pertama setiap orang dan paling mengerti bagaimana karakter anak sebagai murid istimewanya. Jauh lebih dalam lagi adalah saat mereka harus menahan haru, menahan tangis dengan perginya si anak ke dalam perantauan ilmu, pendewasaaan diri serta perjuangan personal si anak sebagai bukti keberhasilannya dalam menjalankan amanah dari Sang Pencipta. Setiap tutur katanya pastilah karena orang tua sangat menginginkan kebaikan untuk kita dan kebaikan untuk dirinya, karena kecintaannya kepada Sang Maha Cinta yang menghadirkan cintanya kepada anak. Karena orang tua sadar bahwa yang kelak menjadi pendoa setelah dirinya tiada adalah anaknya sendiri bukan orang lain, bukan anak yatim dan bukan kenduri (waladun shalihun yad'u lahu).
So, bagi siapapun yang saat ini berada jauh dari orang tua, baik dalam pendidikan, perantauan atau sudah berdikari dengan keluarga sendiri. Sempatkanlah mengangkat telepon dari orang tua, berusahalah untuk mendahului menelpon sebelum dirimu mendapat telepon darinya. Ingatlah, bahwa setiap telepon dan suara yang muncul di seberang sana akan sangat berharga dari segala-galanya sebelum akhirnya kamu merasa kesepian dan hanya bisa menatap telepon jadul yang ditinggalkannya.
Note :
- "Hallo wen, nge ke semiyang ? artinya adalah "Hallo Wen, Apakah kamu sudah shalat ?
- Wen adalah panggilan untuk anak laki-laki dan Ipak adalah panggilan untuk anak perempuan.
[Camera Maker : Xiaomi Note 3 pro, Location : Banda Aceh]
My best regard
@khaimi
What do you think of my photography ? I am still an amateur photographer and really need input, criticism and guidance from steemian who has knowledge about photography. I really appreciate if you give me an opinion in comment below. Hopefully in the future I can be better at presenting photography. Thanks for esteem @esteemapp @good-karma, the place I learn in @eu-id class, @qurator @curie, @c-squared @ocd for your high appreciation to originality content.
For Spirit on Community, please Join Discord below
eSteem Discord
Steemit Indonesian Community Discord
Arteem discord
Silentzen Discord
Sevenfingers discord
Curation Collective Discord
Qurator Discord
Curie Discord
Vote for Witness @good-karma
Vote for Witness @qurator
Vote for Witness @thekitchenfairy
Vote for Witness @ocd
Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq
i love it. terimakasih sudah sharing bos
bapak ibu apa masih ada? semoga beliau berdua sehat selalu
i love your pictures by the way!
Ayah masih ada, ibu meninggal dunia tahun 2001. Makasih atas apresiasinya @thekitchenfairy.
Posted using Partiko Android
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by khaimi from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.
@khaimi upvoted this post via @poetsunit
Poetsunited - DISCORD - @poetsunited - witness upvote)
Tulisan ab udah semakin bagus ya, udah banyak peningkatan selama gabung di esteem, terutama di bidang photografinya, udah keren² banget foto²nya, I love it... Keep it up bro @khaimi
Nice story Wen.. jadi ingat ayahku.. hikssss