Ini aku dan ibu. Perempuan hebat dan kuat yang seluruh hidupnya dihabiskan hanya untuk merawat dan membesarkan kami. Buatku, ibu adalah matahari yang pijarnya menerangi seluruh jalan hidupku. Maka tugaskulah menjaga agar pijar itu tidak pernah redup. Tapi kadang-kadang pijar itu redup juga, bergantung mendung di wajahnya, air hujan menetes-netes dari kedua matanya. Dan sudah dua hari ini hujan turun dengan lebatnya. Membadai. Membuatku ikut terhirup dalam pusaran badai itu.
Jika kami sedang berdua, kami akan saling bertukar cerita. Aku paling suka mengulang-ulang cerita masa kecilku, karena itu masa-masa paling membahagiakan buatku. Aku tinggal bersama orang tua sejak usia 0 bulan hingga tamat SD, setelah itu aku menjadi anak rantau sampai sekarang. Tak terhitung betapa banyaknya rindu pada orang tua yang sudah tertimbun. Masa-masa sebelum aku merantau itu akan selalu menjadi topik obrolan untuk bahan bernostalgia.
Beberapa hari yang lalu misalnya, ibu kembali bercerita tentang betapa susahnya aku dilahirkan. Semua jadi heboh. Ayah, abuwa, nenek, wawak. Ketika mengganti popokku, Ibu pernah tanpa sengaja menumpahkan sebotol minyak kayu putih ke wajahku. Bayi yang semula ingin diberi nama Kartini itu pun menangis melengking-lengking karena matanya perih. Wawakku yang ketika itu sedang menyuci pakaian di sumur di halaman rumah lari terbirit-birit saat mendengar lengkingan suaraku. Barangkali karena itu pula aku jadi anak yang keras kepala dalam tanda kutip. Padahal, tanpa tanda kutip pun kepalaku memang sudah keras. Berjuang agar bisa lahir selamat dan bisa menghirup udara di bumi ini bukan hal yang mudah.
Kata Ibu, dulu waktu masih balita aku suka mengganggu abang sepupu yang usianya hanya terpaut belasan hari denganku. Sejak kecil aku memang pendiam, kalau sudah marah biasanya suka menggigit. Abang sepupuku itu selalu jadi objek gigitan. Kami sering mandi hujan dan main becek bersama. Aku juga suka berebut pakaian dengannya. Pernah sekali waktu wawak membelikan kami pakaian. Karena aku perempuan, tentunya aku dibelikan pakaian perempuan tapi aku menolaknya. Aku malah merebut pakaian abang sepupu. Akhirnya wawak terpaksa membeli pakaian lain untuk abang. Barangkali itulah asal muasal kelak aku menjadi gadis yang tomboi. Bajuku seringkali sama dengan baju adik lelakiku.
Kapan (pakaian) aku menjadi feminim? Ah, itu setelah ibu bisa menjahit, saat aku mulai sekolah SMP. Hampir semua pakaianku hasil jahitan ibu, berbagai macam model. Baju lebaran yang biasanya selalu ada celana jeans, mulai berganti dengan rok dan celana kulot jahitan ibu. Setelah aku tamat SMP ibu berhenti menjahit karena kondisi tempat tinggal yang belum permanen akibat huru-hara. Aku kembali membeli baju-baju toko saat lebaran. Aku mulai mengenal rok dan baju gamis sejak kuliah. Semua koleksi celana jeans aku pensiunkan. Suatu ketika ibu mengatakan; Mak pikir kamu nggak akan 'jadi' perempuan lagi. Aku tersipu mendengarnya.
Dulu waktu aku kecil dan ibu berladang, aku ditidurkan dalam ayunan yang diikat di keranda di bawah menasah. Ibu cuek saja ketika ada tetangga yang bertanya-tanya, kok anaknya ditidurkan di keranda. Ibu paling takut ketika aku dikejar-kejar sapi jantan yang (mungkin) sedang berahi. Arghhh...
Sementara itu, ibu paling suka menceritakan kehidupan masa kecilnya ketika di Tanjung Genteng, Aceh Tamiang. Kehidupannya berbanding terbalik dengan kehidupan masa kecilku yang bahagia. Cerita-cerita masa kecil ibu jadi pengantar tidur yang asyik dan seru. Semua itu berproses membentuk daya imajinasi kanak-kanakku.
Malam ini, semua memori itu muncul kembali dalam ingatan. Aku merunut semua kejadian demi kejadian tentang aku dan ibu. Sampailah pada titik di mana mendung dan hujan bergumul di wajah ibu dalam dua hari ini. "Karena Ibu adalah perempuan kuat dan tegar, kalau orang lain mungkin sudah tak sanggup menghadapi semuanya," kataku sambil memeluk Ibu sore tadi.
Ibu...[]
Ibu adalah wanita kuat yang mengajari kita para perempuan juga harus kuat untuk menggantikan perannya kelak menjadi ibu juga.
Ibu, tentu saja adalah ingatan terfavorit :)
ah....iyaaaa..... beruntunglah anak-anak yang dirawat dan dibesarkan dengan cinta ibu.
Ibu... tak cukup diksi untuk mendeskripsikan kelembutan hatinya, keelokan jiwanya, dan pengorbanannya yang tiada tara.
Doa kami semoga gemuruh dan gelungan mendung segera sirna dari Ihan dan Ibu.
Ibumu.. Ibumu.. dan Ibumu. Nyan ka putoh surah, sabib Nabi peuingat. Lhee geu ulang le Rasulullah, ka lebih dari sep mengabarkan bak tanyoe bahwa Mak nyan alah... Hana lon teu oeh peugah pih le. Sengkak teuh wate ta ketik. #rindumak
Ibu adalah ikatan batin untukku..
Ibu is the best dari yg the best, jga dan bhagiakan selagi kita diberi kesehatan
Nice life story, @ihansunrise! Sayangilah ibu seperti beliau mnyayangi kita tanpa batas. Ibu, emg sosok pahlawan kehidupan yg luar biasa.