Awal mula mengenal Steemit, saya berkeyakinan bahwa Steemit akan menjadi media yang akan memberikan saya sedikit penghasilan sampingan --seperti orang-orang lain yang lebih duluan mengenal Steemit. Ternyata mengarungi bahtera Steemit ini tidak semudah yang kita bayangkan di awal.
Ada banyak tahapan dan proses yang mesti dilalui untuk sukses di Steemit. Mulai dari menghasilkan postingan yang orisinil sampai dengan etika dalam berinteraksi dengan Steemian (istilah pengguna akun Steemit) lainnya. Karena itu juga, tak ayal ada banyak Steemian pula yang langsung berhenti dan menggulung lapak mayanya (baca; akun Steemit) setelah melihat dan memahami jika Steemit tidak semudah dengan yang diimpikan diawal.
Meskipun begitu, harus diakui, bahwa semenjak lahirnya media Steemit yang mengedepankan apresiasi bagi setiap penggunanya dengan "dollars" telah banyak melahirkan pula penulis-penulis baru. Ini merupakan dampak positif dari adanya Steemit disamping banyak dampak positif lainnya.
Namun yang sangat disayangkan --tentunya tidak semua, di lautan Steemit ini ada pula orang-orang yang bersikap ku'eh dan tidak adil dalam memberikan nilai upvote. Saya katakan tidak adil, karena melihat ada Steemian yang dari segi tulisannya jika kita lihat memang sangat bagus dan bermanfaat. Akan tetapi sepi dari apresiasi; votenya rendah dan kolom komentarnya nihil.
Sementara dilain pihak, ada Steemian yang dia cuman menghasilkan karya abal-abalan di akun Steemitnya, namun apresiasi yang dia dapatkan sungguh cukup meriah.
Sungguh, ini merupakan sesuatu yang sangat kita sayangkan. Karena kalau tidak salah berdiri dan bergeraknya media Steemit, oleh pendirinya, diharapkan agar semua penggunanya dapat saling mengapresiakan antara orang yang satu dengan yang lainnya.
Namun demikian, jika kita sejak awal berlabuh di lautan Steemit motivasinya hanyalah untuk berlatih menulis atau menjadikan Steemit sebagai media mengaktualisasi diri --mengutip istilahnya pak Ketua KSI Pidie bung @Rezaacoi, maka sepinya apresiasi dari Steemian lain bukanlah suatu masalah. Meskipun tak terpungkiri juga, sedikit banyak semangat seorang Steemian dalam menulis di Steemit terpengaruhi oleh apresiasi dari Steemian lain.
Akhirnya, tanpa maksud menggurui, hanya sebatas mengajak bagi kangkawan Steemian, marilah kita hidup dan besar bersama di Steemit. Mari kita bersikap adil di lautan Steemit ini. Kita kesampingkan sifat-sifat primordial dan subjektif dalam mengapresiasi sebuah karya. Siapa tahu, dengan cara mengapresiasi yang demikian, hanya dengan sebuah engkol kosong (vote yang tidak bernilai) membuat semangat seseorang dalam menulis menjadi bertambah besar. Sehingga ada semacam perubahan pada diri seseorang itu berkat dari wujud apresiasi kita terhadap karyanya itu.
Dan, bukankah menjadi bagian dari perubahan (positif) orang lain merupakan suatu ibadah juga?
Senin, 07 Mei 2018 II @emsyawall
Pat lokasi lapak steemit nyan bg
Itu bahasa metavor bg @sulaiman4917 hehe
Ya, keadilan itu mustahil diwujudkan di steemit, setidaknya saling mendukung sesama stemian agar terus bersemangat di steemit
setuju sekali bang @hericopter. Kita pakai filosofi ini; kelaut sama mendayung, kegunung sama mendaki.
#nyanban hehe
This post has received a 0.18 % upvote from @drotto thanks to: @flowerfairy.
Thank you for you vote <3
Best wishes from the @flowerfairy
Thanks @flowerfairy
You are welcome <3
Thanks you so much @drotto
Postingan @emsyawall memberikan pencerahan dan pencerdasan bagi kita semua (steemian), terkadang adil dan memberdayakan sesama hanya sebatas slogan dan daya tarik saja, sementara realita yang terjadi adalah sepenuhnya usaha sendiri.
itulah bang @hamdanirz. Ada kesenjangan antara wacana dan realita memang hehe