Manusia itu dalam bentuknya, dalam rupanya, dagingnya, daranya sama. Meraka hanya berbeda dalam semangat. Sehingga satu dari mereka dianggap sama dengan ribuan manusia.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di beri pilihan antara dunia dan akhirat dan dia memilih akhirat. Dan dia berseru, “Ku pilih Ar-Rafiiq Al-A’laa.” Dia mengarahkan kita untuk mengejar surge Al-A’laa, yakni surga yang tinggi. Abu Bakar Radhiyallahu Anhu menanyakan padanya, “Apakah ada seseorang yang dipanggil dari delapan pintu surge?” Rasulullah bersabda,” Ya, aku berharap engkau menjadi salah satu dari mereka.” Rasulullah tidak menyebutkan itu kecuali karena ketinggian semangatnya. Sebab Abu Bakar termasuk salah satu orang yang sangat rajin melakukan shalat, melakukan puasa, senantiasa berdzikir kepada Allah dan senantiasa berinfak di jalan Allah.
Umar Radhiyallahu Anhu tidaklah tidur pada malam hari kecuali sangat sedikit. Dia berkata ,”Andaikata aku tidur pada siang hari, maka sia-sialah rakyatku dan andaikata aku tidur pada malam hari, maka sia-sialah diriku.”
Utsman Radhiyallahu Anhu telah membeli dirinya dengan berinfak di jalan Allah, dan menyrahkan seluruhnya untuk Allah.
Dunia dibentangkan pada Ali Radhiyallahu Anhu, namun dia menolaknya dan dia mengucapkan diri dengan roti dari gandum dan pakaian yang kumal.
Sementara Masruq bin Al-Ajda’ menunaikan ibadah Haji, dan dia tidak tidur saat itu kecuali dalam keadaan sujud.
Said bin Al-Musayib selalu datang ke masjid sebelum adzan dikumandangkan dan selama enam puluh tahun dia tidak pernah ketinggalan takbiratul ihram.
Sebagian ulama membagi malam-malam mereka menjadi tiga bagian : Sepertiga untuk tidur, sepertiga untuk tahajjud, sepertiga lainnya untuk belajar ilmu. Ibnu Aqil Al-Hambali di sela-sela masa senggangnya mampu mengarang buku “Al-Funun” dalam tujuh ratus jilid. Sementara itu Al-Muzanni membaca buku “Ar-Risalah” karya Imam Asy-Syafi’i sebanyak lima ratus kali. Bahkan di antara mereka ada yang mampu mengulang membaca Shahih Al-Bukhari sebanyak sepuluh kali.
Imam An-Nawawi tidak pernah tidur, kecuali dalam keadaan sangat darurat. Sementara itu Atha’ bin Abi Rabah menuntut ilmu di Masjidil Haram dan dia tidur di tempat itu selama tiga puluh tahun.
Jabir bin Abdillah Radhiyallahu Anhu melakukan perjalan dari Madinah ke Mesir selama sebulan penuh untuk menuntut satu hadits saja.
Milik Allah lah mutiara semangat, alangkah agungnya dia dan alangkah indahnya mutiara itu.
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://achkhadafy86-terbaru.blogspot.com/2011/08/himmah-semangat-tinggi.html